26

933 118 69
                                    

Halooo

Apsen kuy. Siapa yang kangen mas Jay?

Happy reading!

***

Tujuh hari sebelumnya.

Di keraton Wilwatikta.

Kehebohan itu bermula saat seorang dayang berlari tergesa melintasi alun-alun untuk berikutnya mengetuk ruang kerja Jayanegara. Ketukkannya berusaha dibuat setenang mungkin, meski jantungnya berdebar bukan main.

"Kau?" Jayanegara terheran-heran melihat dayang itu yang terengah. "Rashmi? Mengapa kau seperti dikejar demit begitu?"

"Ampun gusti prabu. Ampunkan hamba, tuanku Jayanegara. Ampunkan hamba," Rashmi berlutut dan menyembah. Tubuhnya bergetar.

"Ada apa, Rashmi? Ada apa kau kemari? Bukankah kau harus melayani Keiko pagi ini?" Tanya Jayanegara dengan bingung yang tak bisa disembunyikan. Rashmi tambah gemetar. Kepalanya menunduk amat dalam.

"Aampun, tuanku, baginda junjungan hamba. Ampunkanlah hamba, tuanku!" Rashmi mulai terisak.

"Kau ini kenapa, heh? Kenapa kau malah menangis?"

"Ndoro Ayu Keiko, Gusti Prabu. Ndoro Ayu Keiko," Rashmi tak berani melanjutkan kalimatnya. Jayanegara pasti akan murka padanya. Ia pasti akan dipancung. Sungguh, emban muda itu amat ngeri membayangkan nasibnya kedepan.

Jayanegara mengangkat alis. "Keiko? Ada apa dengannya? Dia berulah lagi?" Jayanegara masih berusaha santai, menepis dugaan-dugaan buruk di pikirannya.

Rashmi menggeleng lemah. "Tidak, Gusti Prabu. Ndoro Ayu Keiko sama sekali tidak membuat ulah hari ini."

Wong dia hilang kok, Gusti Prabu, lanjut Rashmi dalam hati.

"Lalu mengapa? Keiko sakit, Rashmi?" Jayanegara mulai cemas. Jangan sampai gadisnya sakit. Jangan. Otomatis, kalau Keiko sakit, tak akan ada lagi gadis yang bisa ia jahili seseru saat ia berinteraksi dengan Keiko.

Kecemasan Jayanegara itulah yang membuat Rashmi tambah sulit menyampaikan berita yang dibawanya. Aduh. Bagaimanalah ini? Keluh Rashmi pada dirinya sendiri. Bagaimana cara mengatakan pada Gusti Prabu, kalau Keiko telah menghilang dari kamarnya?

Lagipula, untuk apa coba gadis itu hilang? Kan jadi dia yang repot. Rashmi mendadak kesal dengan gadis itu. Gadis yang aneh, kurang tata begitu, kok ya bisa-bisanya dekat dengan Gusti Prabu? Pakai aji-aji Pengasihan apa sih dia?

"Rashmi! Kau dengar aku bicara, tidak?" Bentakkan keras itu menyentak Rashmi dari julit diam-diamnya. Gadis itu terjengkang saking kagetnya.

"A ampun, Gusti Prabu!" Rashmi buru-buru memperbaiki posisi. Merapatkan kedua telapak tangan di depan dada, kemudian bersimpuh menundukan kepalanya dalam-dalam. "Mengapa kau tidak bergerak juga?"

"Ampun, Gusti Prabu. Bergerak untuk apa?" Rashmi betulan bingung, ia memang tidak mendengar sih waktu Jayanegara bicara. Salahnya sendiri sibuk ngejulit. Tapi, namanya juga udah kesel, Rashmi mengutuki Keiko lagi diam-diam. Gara-gara kamu Keiko. Aku jadi dimarahi oleh Gusti Prabu. Huh, menyebalkan.

"Kalau Keiko memang sakit, cepat panggil Ra Tanca. Suruh salah seorang prajurit untuk memanggil Ra Tanca kemari. Kau paham, Rashmi?"

Rashmi bingung hendak menjawab apa. Kalau ia mengiakan perintah Gusti Prabu, itu artinya dia berbohong dong. Nanti hukumannya jadi double kalau begini ceritanya. Pertama, membuat Keiko hilang dari biliknya. Kalau ini sih, sebenarnya bukan salah emban. Melainkan para prajurit yang menjaga bilik Keiko yang kurang waspada sampai-sampai yang dijaga bisa lepas. Tapi, mana mau Jayanegara mendengar? Yang ia tahu, gadisnya menghilang, dan siapapun yang bertanggungjawab dengan Keiko harus dimarahi.

[Dear Majapahit] Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang