19

1.4K 169 129
                                    

Halooo!

How are you today?

Kuy ramein lagi biar Vee seneng wkwk.

Ok deh, happy reading. Ada tipo langsung bilang ya.

***

Keiko terbangun dengan kepala yang berdenyut-denyut. Matanya mengerjab, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Dari jendela yang sedikit terbuka, sinar matahari menerobos garang. Panas plus terangnya bikin kulit Keiko kaget.

"Wah. Udah siang aje."

Keiko duduk di ranjang, bingung hendak melakukan apa. Di sini, kan, gak ada listrik sama internet. Padahal, kebutuhan utama manusia itu listrik dan kuota. Literally kebutuhan utama Keiko saat ini adalah sinyal. Soalnya kuota Keiko masih lumayan banyak. Yah, sekitar 15gb lah kalau dihitung-hitung. Kalau wifi di rumah, sih, unlimited. Bisa buat streaming drakor sepuasnya.

Tapi Keiko gak suka nonton drakor. Seruan nonton orang demo katanya. Keiko gak tahu aja, nonton drakor itu buat vitamin mata. Banyak yang bening-bening di sana. Contohnya aja secretary Kim.

Well, now we will talk about sakitnya punya kuota banyak, tapi sinyalnya gak ada. Itu sakitnya tidak ketulungan, oi. Udah beli kuota mahal-mahal, eeeh, gak bisa dipake. But in some condition, for example like at this time, she feel so lucky born in keluarga Sultan dan jadi anak Sultan.

Sultan-sultanan, ya. Bukan Sultan yang di Arab itu. Itu sih lain lagi. Tapi, kalau soal fulus, jangan ditanya. Fulusnya keluarga Keiko itu sama banyaknyalah kayak Sultan. Yang saking banyaknya sampe bisa disapu, terus dibuang ke tong sampah.

Namun, setelah dibuang, dipungutin lagi. Sayang duit cuy. Entar kalau niru gaya hidup crazy rich yang keterlaluan crazy, bisa mati muda Keiko karena gak bisa bayar wifi. Bisa depresi dia karena terpaksa jual ponsel.

Yaudah, karena gak bisa ngapa-ngapain, finally dia cuma duduk aja sambil goyang-goyang kaki.

Keiko gabut, oy. Sungguhan gabut ini. Kengerian setelah makan sup bebek berenang ngejar batang pisang alias Jukut Harsyan masih begitu terasa. Ya ia lah. Masa Keiko dikasih kemenyan sih? Kemenyan, gaes. Itu lho buat makanannya setan.

Emang sih, Keiko ngaku kok kalau tingkahnya kayak setan. Tapi gak gitu juga kalii ngasih makannya. Sedih banget Keiko tuh. Fix, yang paling waras ya cuma nasi warna-warni sama Wajik. Sama satu lagi, Red Wine. Srebad maksudnya. Tapi gimana kalau mereka juga ada kemenyannya?

Asli, gara-gara si kemenyan, Keiko kayak yang jadi parno sendiri gitu kalau mau makan. Keiko mendadak rindu Indonesia. Seenggaknya, di Indo makanannya pada waras semua. Micin, Indomie, Cilok, pentol. Nanti, kalau semesta mengizinkannya pulang, Keiko berjanji buat mukbang semuanya. Kayak Kekeyi.

Keiko mengambil tas sekolahnya yang ikutan kelempar ke jaman ini. Tas sekolah yang penuh oleh stiker-stiker Avengers. Tangannya membuka resleting, mengeluarkan benda persegi panjang dari salah satu bagiannya. Keiko menekan tombol power sampai ponsel itu menyala. "What! Masih 90 persen? Ini membuktikan kalau hp sultan emang beda,," Keiko ngomong sambil ketawa sendiri.

Gadis itu mengabrek tasnya lagi, siapa tahu ada cemilan nyelip. Well, Keiko tuh laper coy. Udah waktunya lunch inii. Eh, apa udah lewat ya? Ini jam berapa sih?

Keiko melirik layar ponselnya. Pertanyaan Keiko soal jam bukannya terjawab, malah menimbulkan pertanyaan lain. Misalnya, kenapa siang-siang gini ponselnya masih jam 7 pagi? Masa hp limited edition nya rusak? Eh biarin aja sih, entaran juga bisa beli lagi.

Yang paling penting sekarang, ponselnya hidup tanpa hambatan. Yah, kecuali masalah sinyal yang menunjukkan tanda X yang bikin sakit hati.

Keiko membuka musik player. Tak lupa menyambungkan headset dulu sebelum memutar lagu. Untung aja lagunya banyak.

[Dear Majapahit] Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang