Assalamualaikum! Halooo!
Vee dan DMWM's big family udah kangen banget nih sama kalian semua. Siap untuk berinteraksi lagi bareng kita?
Lagunya jangan lupa diputer ya. Biar kerasa ada manis-manisnya gitu.
Ok deh, happy reading. Tipo kasih tahu ya.
***
Malam ternyata terasa indah. Entah karena Keiko yang mendadak peka keindahan, atau karena emang malamnya aja yang beneran indah. Tanpa polusi, suara kendaraan, apalagi pemandangan orang tawuran.
Kini Keiko duduk di depan api unggun untuk menghangatkan diri. Kakinya disilangkan. Tangannya digosok-gosok. Kata orang dulu, sih, gosok tangan tuh bikin anget.
Dinginnya malam di Majapahit tuh gak kira-kira, gengs. Dingin bet. Udah kayak winter gitu rasanya.
Nanti, Keiko bakalan tanya ke Gajah kurang gizi penyebab dingin yang menggigit tulang ini. Apakah itu yang mempengaruhi wajah bekunya? Hiyahiyahiya.
Gemeretak api yang berganti nada membuat Keiko membuka mata. Penampilan api nampak berubah. Ada sesuatu di atasnya.
"Apaan nih?" Keiko mengamat-amati. Bentuknya, sih, kayak sesuatu yang bisa di makan. Tapi apa?
"Itu singkong," suara dingin milik Gajah Mada menjawab.
"Hah? Kingkong?" Keiko menoleh ke arah kedatangan Gajah Mada.
"Terserah!"
Gajah Mada menghempaskan tubuhnya di depan api unggun. Dengan sebuah ranting, Gajah Mada memukul pelan singkongnya. "Masih setengah matang," lelaki itu berucap dalam hati.
Keiko memerhatikan saja wajah itu serius mengolah singkong. Senyumnya terukir samar.
"Apa lihat-lihat?" Gajah Mada menegur. Risih dirinya ditatap Keiko intens. Memangnya, dia bahan tontonan?
Keiko cengengesan. "Enggak, soalnya lo tuh lihatable banget. Lo kan, cogan. Eh..."
""Tunggu tunggu!" Gajah Mada menyela.
Keiko mengangkat alis. "Ya? Kenapa?"
Cogan itu manusia?" Tanyanya polos.
"Hah?" Keiko cengo. "Ma maksudnya manusia?"
"Ya, kamu itu selalu memuja cogan. Cogan itu apa? Manusia juga? Dewa?"
"Eeh... mmm..." kalimat Keiko mendadak raib entah kemana. Kini perhatiannya tidak terpusat dengan definisi cogan, tapi bagaimana Gajah Mada mulai mau berinteraksi dengannya.
Jadilah, Keiko senyum-senyum tanpa alasan. "Cogan itu adalah sesuatu yang bikin mata seger. Cogan itu membawa keuwuan yang uwu sampe ke dalam mimpi. Uwu."
"U... wu? Wuwu? Apa lagi itu?"
"Uwu itu ya kayak lo gini, hehehehe."
Gajah Mada menatap Keiko malas. Tapi, kok dia jadi salah tingkah, ya?
Kenapa kata uwu membuat wajahnya memanas? Aduh, sudah mulai tidak beres ini.
Eh serius, apakah uwu artinya tampan?
Kalau begitu, Adira mengatakannya priya tampan?
Wah, wah. Uwu ini meresahkan. Pokoknya, kalau nanti sudah kembali ke Kotaraja, Gajah Mada akan mencari Prapanca. Semoga, sahabatnya paham arti kata uwu yang membuatnya serasa terbang.
Memandang Adira yang duduk di hadapan, lelaki itu menarik sudut bibirnya. Entah mengapa, Adira yang disoroti sinar bintang tampak lebih cemerlang dibanding biasanya. Lebih berwarna, juga memesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Dear Majapahit] Why Me?
Historical Fiction#7 in timetravel, 11 April 2020. #6 in Majapahit, 5 Juni 2020. "Jujur, sampai sekarang, gue masih gak ngerti sama apa yang gue alami. Dan gue juga gak ngerti kenapa semesta berkonspirasi nyasarin gue kesini dan ketemu kalian?" Adiera keiko. Seorang...