"3!

5.5K 403 154
                                        

"Syaratnya apaan?" Tanya keiko.

Prabu terdiam sejenak. "Tapi kau harus berjanji untuk mematuhinya!" Kata prabu.

"Iya, apaan dah cepet? Sumpek nih gue." Jawab keiko sambil mengipasi wajahnya dengan tangan.

Di balik pintu, prabu tersenyum penuh arti. "Syaratnya adalah..." prabu menggantung kata-katanya, membuat keiko semakin geregetan sama si prabu.

"Syaratnya yang pertama, kau harus memmatuhi semua yang aku perintahkan, dan yang kedua, kembalikan mahkotaku!" Ucap prabu spj alias singkat, padat, jelas.

"Ok, gue terima syarat lo, sekarang, please bukain pintunya!" Pinta keiko. Prabu lalu membuka kunci lemari itu. Keiko menarik nafas lega. Sekarang dia udah keluar dari lemari. Prabu memperhatikan lekat wajah keiko, dan berhenti di mata birunya.

"Ngapa lo lihatin gue sampe segitunya? Naksir yaa?" Ucap keiko pede.

"Naksir? Apa itu?"

"Naksir itu, ah bingung gue jelasinnya." Ujar keiko. "Cantik..." Prabu berjalan mendekati keiko dan berhenti ketika jarak mereka berdua 3 langkah.

"Mau apa lo hah?" Gertak keiko sambil berkacak pinggang. "Ohya. Nama lo siapa sih? Kan gak mungkin gue panggil lo prabu aja."

"Cantik..." desis prabu.

"O, berarti nama lo prabu cantik, gitu? Tapi, masa sih bokap nyokap lo ngasih nama anak cowonya cantik sih? Gak kreatif ah ortu lo." Prabu mengerutkan alisnya. "Bokap? Nyokap? Ortu, apa itu?"

"Orang tua, kayak mama sama papa gitu." Terang keiko. "Orang tua? Setahuku, orang tua itu ayahanda, ibunda, begitu" heran prabu.

"Mmm ya begitulah. Eh, jujur to prabu, nama lo prabu siapa sih?" Tanya keiko sekali lagi. "Kau menanyakan namaku? Bagaimana bisa kau tidak mengetahui nama rajamu sendiri?" Prabu menatap heran keiko. "Soalnya lo gak terkenal sih, mmm Raja? Bukannya indonesia itu dipimpin oleh presiden? Eh ini gue dimana sih?"

"Ini? Ini di majapahit. Sepertinya kau bukan orang majapahit, karena bahasamu dan logatmu sedikit aneh. Darimana kamu berasal?"

Keiko terdiam seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Majapahit, kayaknya gue pernah denger deh. Tapi dimana ya? Mmm.

Keiko mengetuk-ngetuk jidatnya. "Astaga. Majapahit?" Seru keiko kaget. "Ya, kenapa? Sepertinya kau kaget." Ujar prabu. "Kepo banget sih lo, mmm. Trus lo prabu siapa?" Keiko mengulang pertanyaan itu lagi. "Aku, Jayanegara. Prabu jayanegara." Ucap siprabu yang ternyata bernama jayanegara. "Kalau namamu siapa cantik?" Tanya jayanegara. "Gue adiera keiko, tapi lo boleh manggil gue keiko."

"Keiko. Nama yang cantik."

Jayanegara kembali memperhatikan keiko intens. Lama-lama, keiko risih juga. "Lo napa sih, jay? Daritadi merhatiin gue mulu." Kesal keiko. "Jay? Namaku bukan jay, namaku jayanegara."

"Ya, soalnya kepanjangan kalo prabu Jayanegara. Makanya gue panggil lo jay." Jelas keiko. Jayanegara tersenyum melihat bibir mungil yang terus mengoceh itu. "Keiko." Ucap jayanegara. "Ya?"

"Kamu cantik." Gumam jayanegara sambil memegang tangan keiko. "Heh. Apa-apaan lo?" Bentak keiko galak, sambil menepis tangan jayanegara. "Oh. Ternyata kau adalah gadis yang galak rupanya." Jayanegara tersenyum sambil kembali mencoba meraih tangan keiko. Dan, hap. Jayanegara berhasil menangkap tangan itu. "Lepasin tangan gue!"

Keiko meronta. Tapi, cekalan jayanegara terhadap tangannya semakin kuat. "Woy. Lepasin! Lo gila!" Seru keiko. Jayanegara tak peduli. Ia mendekap erat tubuh keiko. "Lepasin gue! Lepasin gue raja gilaaaaaaa!" Teriak keiko sambil mendorong tubuh jayanegara hingga terbanting keras ke lantai. Tak puas, keiko menendang jayanegara dengan jurus tae kuondo yang ia kuasai, membuat jayanegara terlempar mulus ke atas ranjang. Kok enak ya? Padahal keiko ngarepnya jayanegara ngebentur dinding ato apalah yang gak enak. Suasana menjadi hening. Tiba-tiba, jayanegara turun dari ranjang. Ia menghampiri keiko. Keiko bersiaga. "Rumahmu dimana, keiko?" Tanya jayanegara. "Napa lo nanya-nanya?" Ucap keiko sambil berkacak pinggang, menantang jayanegara.

"Wow, tidak sopan sekali kau kepada seorang raja, hmmm? Padahal aku hanya ingim tahu rumahmu di mana." Ucap jayanegara. "Rumah gue jauh." Jawab keiko dingin. "Jauh? Memang kau berasal dari mana?"

"Indonesia." Ucap keiko singkat. "Indonesia? Di mana itu? Aku belum pernah mendengarnya." Jayanegara penasaran. "Lo kudet sih." Kata keiko tanpa menatap lawan bicaranya. Ia lebih memilih menatap pemandangan di luar jendela. Ternyata, hari sudah malam. "Apakah di indonesia itu, penduduknya memiliki mata biru sepertimu?" Tanya jayanegara masih penasaran. Keiko tak menjawab. Matanya sibuk mengagumi keindahan malam kota raja majapahit lewat jendela yang terbuka sedikit. Keiko merogoh sakunya. "Yes, ada!" Ucap keiko, lalu memotret dengan ponsel yang dia ambil dari sakunyatadi. "Keiko." Panggil jayanegara. "Eh? Apa?"

Keiko beralih menatap jayanegara, sambil mematikan ponselnya. "Apakah di indonesia itu, penduduknya memiliki mata biru sepertimu?" Ulang jayanrgara. "Enggak, rata-rata, mata orang indonesia itu hitam ama coklat. Tapi ada juga yang biru, itu pun bukan orang indonesia asli."

"Berarti kamu bukan orang indonesia asli?" Keiko mengedarkan pandang sambil menjawab. "Kepo lo. "

Jayanegara menggeram pelan. "Gadis ini." Batinnya gemas sekaligus penasaran. Suasana kembali hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. "Jay keiko!" Keduanya berkata bersamaan. "Kamu duluan." Ucap jayanegara.  "Mmm gue, mmm."

"Kamu kenapa?" Tanya jayanegara menatap keiko. "Emmm itu, anu."

"Kenapa?" Tanya jayanegara sekali lagi. "Anu, itu. Di sini ada hotel gak? Gue..." "hotel itu apa?" Jayanegara memotong kata-kata keiko. Keiko menaik-turunkan alisnya. "Oh ia. Di sini emang gak ada hotel ya..." cengir  Keiko. "Lah terus, gue mo tidur di mana dong? Masa gue tidur di jalan? Mamaaaa,keiko gak mauuu! Tragis banget dong idup anak mama yang cantik ini." Oceh keiko heboh, membuat jayanegara tersenyum tipis. "Gadis ini langka." Batinnya.

"Kamu tidur di sini."

Ucapan singkat itu sukses menghentikan ocehan keiko. Bibirnya terkatup rapat dengan dahi berkerut dalam. "What? Ti tidur di sini? No no no! Entar lo apa-apa lagi ama gue."

Jayanegara menarik nafas. Tatapannya lurus menatap mata biru milik keiko.

"Apa kau lupa dengan syarat yang aku berikan kepadamu?"

"Ya.", Keiko memasang ekspresi bingung. "Syarat apa?"

Jayanegara memasang ekspresi geram. "Kamu itu harus mematuhi perintahku, mengerti tidak?" Keiko menggeleng polos. "Ah pokoknya begitu, kau harus mematuhi perintahku."  Ujar Jayanegara . "Gue  boleh keluar gak?" Keiko mengganti topik. Jayanegara menggeleng tegas. "Kok gitu?" Keiko mengerucutkan bibirnya kesal. "Nyebelin banget sih!" Batin keiko. "Kamu mau ditangkap para prajurit?"

Keiko menggeleng. "Prajurit songong itukan? Gue gak mau...! "

"Kalau kau tidak mau, jangan keluar dari sini. Lagian kalau sampai para ibunda tahu kau ada di sini..." jayanegara menghentikan ucapannya. "Kenapa emang?" Tanya keiko. "Ah tidak. Lebih baik kita tidur, sudah malam." Jayanegara membaringkan dirinya di ranjang. Tak lama kemudian, keiko ikut membaringkan dirinya di sudut ranjang setelah memotret wajah tidur jayanegara.

Bersambung***

Waah. Part ini panjang yaa readers? Vee udah pegel nih ngetiknya... mo ngemil dulu. Eh, puasa ya? Lupa vee, hihihi.Jangan lupa vote dan komennya yaa readers?

Love❤

Vee~~

[Dear Majapahit] Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang