Halo halooo!
Di chapter kemarin, Vee seneng bangeet kalian udah pada mulai bermunculan. Di part ini, kita seru-seruan lagi kuy!
Kalau ada tipo kasih tahu ya, ders. Ok deh, happy reading, emesh-emeshnya Keiko.
***
Tidur adalah satu dari banyak hobi Keiko di dunia. Dengan tidur, Keiko bisa bebas mengekspresikan dirinya. Contohnya saja, ketika Keiko lagi ingin tawuran, ia akan membuat ranjangnya menjadi morat-marit tak karuan.
Malam sudah semakin larut. Tapi Keiko masih belum bisa terpejam. Dia sudah guling kanan, guling kiri, sampai lempar-lempar bantal juga sudah dia lakukan, namun tetap saja kantuk belum menghampiri gadis bernetra biru itu. "Keikoo, bobok woi! Go to sleep, now, Ad... Kei. Ih, kok gak bisa bobok siiih?"
Keiko mengacak-acak ranjangnya. Bantalnya dilempar ke bawah, trus di ambil lagi, dilempar lagi, begitu seterusnya. Kurang kerjaan banget emang. Salahkan otaknya yang tak mau berhenti berpikir. Salahkan matanya yang tak mau nurut. Padahal, tubuhnya sudah sangat mengantuk. Sial betul memang.
Keiko membaringkan dirinya setelah lelah melempar bantal. Matanya menatap langit-langit kamar, memandang setiap detail di atasnya. Cicak yang merayap pelan di dinding, nyamuk yang berngiiing-ngiiing lirih di dekat kupingnya, debu yang menempel tipis di lemari. Oh, jangan lupakan meja, kursi, dan furnitur-furnitur berukir rumit yang mengisi bagian kamar. Nampak mewah, berkelas dan sangat elegan.
Keiko berguling memindahkan posisi tubuhnya. Di kamar yang cukup besar ini cuma ada dirinya seorang. Coba, ya, kalau di sini tuh ada guling Spiderman. Pasti Keiko gak bakalan ngerasa jadi jomblo terngenes. Beneran deh.
"Matamu matamu matamuuuu!" Keiko bersenandung keras dengan keindahan suara yang merdu tiada dua. Itu dibuktikan dengan jendela yang berderit seperti hendak bersiap memisahkan bagian-bagiannya.
"Mataaamuuuuuuuu wooooo! Ooooh mataaamuuuuu kumulai jatuuuuuuuhhh"! Huwoooooowoooooo! Waaaaa aaaa aaaa!
Jendela bergetar semakin keras. Seekor cicak jatuh dari atas dinding. Cicak itu bingung, kemudian merayap pelan meninggalkan kamar itu. Katanya tempat gue udah gak feel comfortable lagi karena bencana suara yang bisa bikin budek dalam waktu singkat. Musuhnya, nyamuk, juga ikutan mengungsi ke tempat yang aman.
"Gara-gara matamuuuuu matamuuuu uwooo auooooo! Ooooo kamuuuuuuu wawaaaaaooo!"
Tok tok tok.
Keiko bernyanyi semakin keras.
Tok tok tok
Keiko tidak mendengar ketukkan pintu.
Tok tok tok tok tok. Ketukkan itu tambah kencang, berusaha menimpali suara brutal milik Keiko.
"Ndoro Ayu Keiko, apakah Ndoro baik-baik saja di dalam sana?"
"Gueeeee gak baik-baik ajaaaaaa huwooo!" Keiko menjawab pake nada.
"Apakah Ndoro membutuhkan sesuatu?" Tanya sosok di balik pintu.
Keiko terdiam, "gue butuh apa ya? Gue tuh gabut bet rasanya. Apa gue diem aja kali ya?"
Keiko menghentikan nyanyian gabutnya yang membuat jendela happy karena gak jadi hancur. Ya habisnya, sepi banget perasaan. Keiko kan jadi gabut, terus gak bisa bikin ribut, apalagi tawuran. La wong dia sendirian doang di sini.
Suara langkah kaki terdengar menjauh. Keiko menghela napas, then, sendiri lagi, sendiri lagi. Betul-betul jomblo sejati kalau sudah begini.
Berbaring sendirian membuat pikirannya melayang kemana-mana. Raja Jay yang nyebelin, kota yang ramai, pasar yang sibuk, temen-temen Bhayangkara yang seru, dan... dan. Astaga, iniii yang bikin Keiko gak bisa terbang ke alam mimpi.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Dear Majapahit] Why Me?
Historical Fiction#7 in timetravel, 11 April 2020. #6 in Majapahit, 5 Juni 2020. "Jujur, sampai sekarang, gue masih gak ngerti sama apa yang gue alami. Dan gue juga gak ngerti kenapa semesta berkonspirasi nyasarin gue kesini dan ketemu kalian?" Adiera keiko. Seorang...