16

2K 180 73
                                    

Halooo assalamualaikum.

Gimana puasa hari ini? Lancar?

Ok, um, Vee tuh lagi happy banget. Makanya part ini jadi 2000 kata wkwkwk. Ramein lagi kuy! Seneng banget Vee tuh kalian pada seru gini.

Oh ia, lagunya jangan lupa di play. Liriknya relate banget gak sih sama mas Jay awokawok.

Ok deh, happy reading. Ada tipo kasih tahu ya.

***

Aku adalah lelaki yang pantang menyerah memikat wanita. Dan aku pun tak akan menyerah untuk mendapat hatimu, Sing. Harusnya ini mudah saja. Aku sudah terlalu sering memikat para gadis, menjerat mereka dalam permainanku. Dan kau pun harusnya bisa terpikat denganku. Tunggu saja waktunya.

Jayanegara Baginda Maharaja Sri Tampan.

***

"Sing, kau sedang apa?" Tanya Jayanegara yang melihat Keiko asyik dengan bunga-bunga di taman.

"Menurut lo?" Balas Keiko cuek.

Jayanegara menarik sudut bibirnya membentuk bulan sabit. "Kau tahu, sing? Bunga-bunga itu kalah cantiknya ddarimu, langit biruku."

"Oyajelaaas. Keikooo gitu loh." Jawab Keiko kepedean. Tak lupa sambil kibas rambut sok syantik.

Jayanegara tersenyum gemas. Ia mendudukkan diri di samping si gadis bermata biru yang tampak tak acuh dengan kehadirannya. Buktinya, sudah entah berapa lama Jayanegara duduk di sini, tapi Keiko tak mengajaknya berbicara sama sekali. "Sing," Jayanegara berinisiatif membuka pembicaraan duluan.

Keiko diam saja. Malah, ia lebih tertarik dengan kembang seruni yang tertata apik di dalam pot yang berdiri anggun di pinggir sebuah kolam kecil. Bunga itu berwarna gelap di tengahnya, diikuti lingkaran tipis warna-warni dengan warna dominan putih, kuning, dan merah.

"Sing!" Jayanegara memanggil lagi. Masih, dengan reaksi yang sama. Keiko tak melirik ke arah Sang Prabu sekejap pun. Perhatiannya tak lepas dari bunga yang mempunyai nama lain Krisan di hadapannya. Entah apalah yang diperbuat flower dari famili Asteraceae itu sampai-sampai Keiko mengabaikan Sri Jayanegara. Lebih parahnya lagi, Keiko nampak tersipu-sipu sendiri. Tuh, kan, baru juga dibilangin. Wajah ayu milik Keiko kembali merona.

"Sing, cantik?"

Jayanegara merinding melihat Keiko bertingkah seperti orang gila. Apa mungkin mainannya rusak lagi? Kalau memang demikian, haruskah ia memanggil Rakryan Tanca untuk memperbaikinya? Apakah Ra Tanca bisa merakit mainan yang rusak? Ah, tapi, tidak tidak tidak. Bisa-bisa, Ra Tanca akan terpesona dengan gadisnya. Tidak, tidak boleh. Baiklah, singkirkan jauh-jauh nama tabib itu. Cari yang lain saja.

Eh, buat apa mencari yang lain? Jayanegara, kan, juga bisa menyembuhkan gadisnya sendiri. Benar. Jayanegara akan mencoba membetulkan Sing sendiri, tanpa bantuan Ra Tanca atau siapapun itu.

"Sing, oh, manisku, cantikku, indahku, rembulanku. Baginda Raja sedang berbicara kepadamu, cantik. Apakah kembang itu jauh lebih menarik hatimu dibanding Prabu Majapahit, hmm?" Tanya Jayanegara. Keiko melengos. "Apaan si Jay? Ganggu aja lho. Orang lagi seru juga"

Jayanegara berteriak menang dalam hati. Setelah sekian lama, gadis ini mau berbicara kepadanya. Tak menyia-nyiakan kesempatan, tangannya terangkat, jemarinya menyentuh rambut milik Keiko dan mengelusnya lembut.

Keiko melotot. "Heh! Lo tuh ngapain sih, Jay? Gaje bet tahu gak! Iiiih, guekan jadi lupa tadi mikirin apa. Gara-gara elo sih!" Keiko menunjuk-nunjuk wajah Raja emosi.

"Sing!" Seru Jayanegara agak meninggi. Pasalnya, baru sekali ini ada orang yang berani menunjuk-nunjuk wajah tampannya. Rakyat jelata pula. Ya jelas aja dong Jayanegara jadi ikutan emosi. Namun, sejelata-jelatanya seorang perempuan, Jayanegara tetap menganggapnya rakyat jelata. Rakyat jelata yang jelita. Paham? Tidak. Berarti pikiran anda masih belum menjangkau, jaringannya masih 4G. Kalau Jayanegara sudah jutaan G soalnya. Well, kita-kita ini masih so far away lah.

[Dear Majapahit] Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang