Suara bel yang berbunyi tiga kali membuat Reygan berlari menuju pintu apartemennya. Rasa senang tidak dapat ia sembunyikan lagi karna seseorang yang ia sejak tadi tunggu telah sampai.
"Lama banget sih, sayang!" Wajah senang Reygan perlahan memudar dikarenakan seseorang yang ia kira Alana yang datang melainkan Ruby ibu tirinya."ngapain lo kesini, Jalang?"
Ruby menghela nafas. Perkataan yang Reygan lontarkan itu sudah sering ia dengar. Dan ia juga sudah terbiasa.
"Saya kesini mau bersihin apartemen kamu." Ruby masuk tanpa dipersilahkan.
"Yang nyuruh lo masuk siapa? anjing!" Reygan menutup pintu kasar membalikan badan."Keluar lo! Pacar gue mau datang. Biar dia aja yang bersihin."
"Nggak baik nyuruh orang padahal orang itu bukan siapa-siapa kita," jawab Ruby tanpa membalikan badan berjalan menuju sofa.
"Dia pacar gue, OGEB!" Desis Reygan membanting bokongnya keatas sofa."Bukan siapa-siapa! Lo yang bukan siapa-siapa gue!"
Ruby tersenyum tipis mendengar hal itu. Lalu ia meraih kemeja Reygan yang terletak diatas meja."Benar kita bukan siapa-siapa. Kita hanya mantan guru dan murid saja."
Reygan berdecih menatap malas kearah Ruby."Jalang! Lo udah buat gue berharap sama lo! Tapi lo malah nikah sama tua bangka itu! Dasar cewe, yang mana yang berduit disitu di nempel!"
Ruby hanya geleng-geleng kepala saja. Ia lalu masuk kedalam kamar Reygan untuk mencari baju kotor cowok itu. Kegiatan yang hampir seminggu sekali Ruby lakukan ini sudah membuatnya terbiasa mendengar ocehan Reygan seperti tadi.
"Anjing! Padahal gue mau jadiin Alana babu! Malah datang dia!" Reygan menatap pintu apartemen dengan wajah penuh berharap akan kedatangan Alana.
Tidak lama suara bel berbunyi lagi. Reygan kembali tersenyum manis dan ia sudah pastikan bahwa yang datang itu pasti Alana.
Dengan penuh semangat Reygan membuka pintu apartemennya dan melihat seorang gadis yang ia tunggu-tunggu sejak tadi."Kamu kemana aja?" Tanya Reygan lalu menarik Alana kedalam pelukannya.
"Abis joging aku langsung kesini karena telpon dari kamu," jawab Alana agak risih dengan tingkah manja yang ditunjukkan Reygan.
Reygan tersenyum hangat diperlukan Alana. Rasa rindu yang ia tidak bisa bohongi telah terobati. Cowok itu dengan masih memeluk Alana langsung menutup pintu apartemennya.
"Tadi aku lapar. Tapi bahan-bahan di dapur nggak ada. Jadi nggak bisa masak deh," adu Reygan mengangkat tubuh mungil Alana untuk menuju sofa.
"Pas banget aku bawa nasi goreng buat kamu," ujar Alana saat Reygan sudah duduk diatas sofa dan ia duduk dipangkuan Reygan."mau?" Tanyanya sedikit gugup.
Reygan menarik pinggang Alana agar lebih dekat dengannya. Lalu kening Cowok itu ia tempelkan ke kening Alana.
Reygan mengangguk singkat."Mau," jawab Reygan dengan suara serak dan mata sayu nya itu menatap lekat mata Alana.
"Lepasin aku dulu." Alana hendak turun dari pangkuan Reygan saat pelukan cowok itu mengendur.
"Nggak usah!" Tolak Reygan tiba-tiba saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka."Masih kangen," rengeknya membenamkan wajahnya ke leher Alana.
"Heh udah datang?" Tanya Ruby dengan wajah kaget melihat posisi Reygan dan Alana.
"Iya, Tante. Baru aja datang," jawab Alana gugup berusaha turun dari pangkuan Reygan.
"Lanjutin aja, Tante mau kebelakang," Ujar Ruby melangkah pergi.
Disaat mendengar Ruby yang sudah pergi Reygan menyeringai. Ia menggesek batang hidungnya ke leher putih Alana. Nyaman dan tenang dua rasa yang Reygan rasakan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYGAN (SUDAH TERBIT)
General Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) SUDAH TERBIT DI PENERBIT EL-FRANSISCO_ PUBLISHER Tentang Reygan pria misterius. Hidupnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu bersenang-senang. Membunuh adalah candu baginya. Bermain dengan gadis gadis adalah kebutuhan untukny...