4 : 1

20.8K 1.1K 160
                                    

Reygan menatap angkuh kedua orang tua Ajeng yang duduk berseberangan dengannya. Disamping kiri cowok itu terdapat suci yang duduk dengan keadaan ketakutan. Mungkin gadis itu mengingat kejadian dua Minggu lalu. Kejadian yang paling tidak bisa Ajeng lupakan seumur hidup.

Mereka bertiga saat ini tengah berada di ruangan VVIP salah satu ruangan di kantor Reygan. Dua jam lalu Reygan baru saja dilantik mengantikan ayahnya menjadi CEO sekaligus pemilik perusahaan ini.

"Bagaimana anda bisa membatalkan pernikahan? Disaat pertunangan sudah anda laksanakan bersama putri kami?" Tanya ayah Ajeng yang sedikit geram dengan Reygan yang seperti menyepelekan keluarganya yang bisa dibilang terpandang.

"Suka suka gue! Jangan tanya gue aja! Tanya anak lo! Dia juga setuju dengan pembatalan ini!" Jawab Reygan menaikan dagunya sombong.

Kedua orang tua Ajeng kompak melihat kearah putrinya yang sedari tadi hanya diam menunduk.

"Jawab Ajeng. Kamu tidak mau kan membatalkan pernikahan ini?" Desak mama Ajeng.

Dirinya dan sang suami memang sudah mendengar keputusan dari Ajeng untuk membatalkan pernikahan namun mereka sama sekali tidak setuju. Reygan itu termasuk orang terkaya di kota ini. Dan kabar kematian ayah Reygan membuat Reygan mewarisi segala aset yang ditinggalkan ayahnya.

Jadi mana mungkin mereka berdua membiarkan anak mereka melewati kesempatan untuk menjadi istri dari Reygan. Dan mereka menjadi menantu dari orang terkaya dikota ini.

"Aku nggak cinta sama dia mama! Aku nggak mau nikah sama dia!" Ujar Ajeng tanpa menatap kedua orang tuanya karna masih menunduk takut.

Luka di tubuhnya masih belum hilang. Dan luka itu hasil dari perbuatan Reygan. Ia sangat trauma dengan Reygan. Baru berstatus Tunangan saja Reygan sudah berani berbuat seperti itu, apalagi kalau sudah menikah. Ajeng sampai gila kalau membayangkan hal itu.

"Dengarkan! Gue udah nggak dicintai lagi sama putri kalian!" Ujar Reygan menunjuk Ajeng yang langsung bergetar ketakutan.

"Nak Reygan. Kita bicarakan hal ini baik baik. Saya yakin putri saya tidak serius mengatakan hal itu," ujar ayah Ajeng membujuk Reygan.

Reygan menyeringai, ia suka reaksi memohon ayah Ajeng."Kalau gue nggak mau! Lo mau apa?" Tanyanya menatap ketiga orang itu secara bergantian.

"Saya mohon, nak. Saya mohon. Jangan berbuat seperti ini pada kami. Kami sudah menganggap kamu seperti anak kami sendiri, tolong pikiran lagi..." Ujar maka Ajeng yang ikut-ikutan memohon.

Mendengar hal itu tawa Reygan langsung terdengar."heh dengar yah! Gue nggak Sudi punya orang tua matre kayak lo berdua! Paham?" Tegas Reygan.

"Nak, saya.." ucapan papa Ajeng terhenti disaat Reygan mengarahkan tangannya pada dirinya meminta dirinya diam karena Reygan sedang mengangkat telpon dari seseorang.

"Halo..." Wajah Reygan tampak marah dan syok."Oke gue kesana.." Reygan langsung memasukan ponsel kembali ke dalam kantong.

"Kamu mau kemana? Kita belum selesai bicara!" Tanya papa Ajeng yang marah karna sikap tidak sopan Reygan.

"Gue mau ketemu calon istri gue." Jawab Reygan lalu melirik Ajeng."Alana, dia calon istri gue disaat dia udah tahu sifat dan kelakuan gue. Dia tetap jadi calon istri gue! Dan kami mau menikah!" Setelah mengatakan hal ini Reygan langsung pergi meninggalkan ketiga orang yang bingung dengan ucapan nya tadi.

"Ada apa ini Ajeng? Kenapa dia berbicara seperti itu?" Tanya mama Ajeng pada putrinya.

Dengan keringat dingin dan wajah ketakutan Ajeng menjawab."Dia itu iblis papa mama. Wajah tampan dan kekayaan nya hanya dia gunakan sebagai topeng untuk menutupi hal biadab yang dia buat.. aku nggak mau punya pasangan hidup kaya dia!"

REYGAN (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang