Alana menatap mama, kakak dan adiknya yang saat ini tengah duduk didepannya di atas ranjang milik gadis itu. Hampir setengah jam mereka membantu Alana untuk berkemas persiapan keberangkatan Alana esok harinya.
"Anak mama udah gede, udah mau nikah," ujar Dian menatap sendu putri keduanya itu. Barus saja ia pulang dari luar kota, dan Dian harus mendengar kabar kepergian Alana dan juga kabar rencana pernikahan gadis itu secara mendadak.
"Mama, aku kan udah bilang. Ayo pergi sama aku. Jangan kaya gini. Alana jadi sedih lihatnya," air mata Alana menetes tidak tega melihat wajah tidak rela mamanya dan juga kedua saudaranya.
"Kok lo sedih sih! Kan mau nikah." Amanda menyerkah air mata Alana."kan mau nikah. Kasihan baby nya," ujarnya seraya mengusap perut Alana. Amanda mengatakan hal itu sambil terisak.
Alana mencibik."Jangan gitu. Aku jadi nggak tega ninggalin kalian," Alana menggeleng seraya menunduk.
"Kakak yang baik yah disana." Abim memeluk erat Alana diikuti dengan yang lain juga. Pelukan terakhir sebelum kepergian Alana. Namun anehnya mereka merasa pelukan ini seperti yang terakhir mereka lakukan.
Prang!
Keempat orang itu langsung tersentak kaget mendengar suara pecahan vas bunga di ruang tamu rumah mereka. Mereka melepaskan pelukan menatap satu sama lain dengan tatapan tanda tanya.
"Siapa?" Tanya Amanda pada keluarganya.
"Abim takut mah." Abim yang gemetar memeluk erat mamanya. Di rumah hanya ada mereka berempat dan tiba-tiba saja mereka harus mendengar keributan yang entah siapa pelakunya. Wajar saja kalau mereka ketakutan saat ini.
"Kita cek aja," ujar Alana yang memang paling berani diantara yang lain. Gadis buru-buru turun dari atas ranjang berjalan menuju pintu keluar kamar. Diikuti dengan yang lain.
Dan pada saat membuka pintu mereka syok karna seseorang dengan tubuh kekar sudah berdiri di depan pintu kamar Alana. Dan mereka sangat mengenal orang itu. Dia Dani.
"Om Dani! Ngapain kesini om?" Tanya Alana dengan wajah agak kesal. Bukanya hanya dirinya tapi mama dan kakaknya juga kesal dengan kedatangan Dani yang datang secara tidak sopan. Main masuk ke rumah orang tanpa permisi itu adalah ketidak sopanan diluar batas.
Belum sempat Dani menjawab seseorang yang sangat Alana kenal datang bersama dua pria berbadan besar berdiri dengan gagahnya di belakang cowok itu.
"Untuk jemput calon istri gue.." ujar Reygan dengan senyuman miring berdiri dihadapan Alana dan keluarganya.
"Siapa yang mengizinkan kamu untuk masuk kerumah saya?" Dian yang sudah emosi dengan kedatangan Reygan langsung berdiri menjadi tameng untuk kedua anaknya. Karna tahu dan yakin kedatangan Reygan pasti untuk mencari masalah dengan mereka.
"Santai.." Reygan meraih tangan Alana lalu ia cekal sekuat mungkin."Gue nggak perlu bacotan lo! Yang gue perlu anak lo! Calon istri gue!" Geramnya menatap Alana penuh dengan amarah.
"Gila lo!" Sentak Amanda memukul kasar tangan Reygan agar tangan itu melepaskan tangan adiknya."Lepasin adek gue! BRENGSEK!" Bentak Amanda
Mendengar hal itu Reygan hanya tersenyum lalu satu tangannya meraba-raba kearea belakangnya seperti mencari sesuatu. Dan disaat sesuatu itu berhasil diraihnya. Reygan langsung mengeluarkan sesuatu itu dan menodongkan ke arah Amanda. Pistol. Sesuatu itu adalah pistol.
"AMANDA!" Teriak Dian menjauhkan Amanda dari todongan pistol Reygan. Bukan hanya Amanda tapi juga kedua anaknya."Tolong jangan apa apakan anak saya! Kalau kamu punya dendam lampiaskan saja kepada saya."
Abim dan Alana yang melihat situasi seperti ini tentu saja takut dan cemas. Kedua kakak beradik itu saling memeluk kakak dan mama mereka.
"KELUAR DARI RUMAH GUE!" Teriak Amanda yang tidak ada takutnya. Gadis itu memeluk erat Alana karna melihat tatapan tidak biasa Reygan untuk adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYGAN (SUDAH TERBIT)
General Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) SUDAH TERBIT DI PENERBIT EL-FRANSISCO_ PUBLISHER Tentang Reygan pria misterius. Hidupnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu bersenang-senang. Membunuh adalah candu baginya. Bermain dengan gadis gadis adalah kebutuhan untukny...