1 : 4

18K 1.2K 110
                                    

"Mabuk lagi lo?" Alana menghela nafas kasar menatap malas cowok dengan wajah linglung dan wajah sempoyongan berdiri dihadapannya menghadang dirinya yang baru keluar dari cafe tempat gadis itu bekerja.

"Kenapa?" Tanya Reygan dengan wajah cemberut lalu tersenyum."Kenapa kamu tolak cinta aku, Ala? Kurang aku apa?"

"Kak Reygan!" Alana menahan tubuh tegap Reygan yang mulai kehilangan keseimbangan."Gue antar pulang lo!"

"Nggak mau!" Tolak Reygan memberontak dari pegangan Alana."Apa gue psikopat, jahat kriminal suka bunuh orang. Itu alasan lo tolak cinta gue, hmm?"

Alana lagi-lagi menghela nafas kasarnya. Gadis itu memegang kedua bahu Reygan mengarahkan pandangan cowok itu padanya.

"Dengerin gue!" Ujar Alana dan Reygan mengangguk."Gue bukan nolak cinta lo. Tapi memang gue nggak ada perasan apapun sama lo! Jadi...."

"Jadi lo tolak cinta gue!" Sambung Reygan dengan wajah sedih bercampur mabuknya."Gue emang nggak pantas dapatin cinta lo. Cinta cewe kaya lo! Gue akuin gue emang brengsek! Tapi gue tulus, Ala."

Alana mengusap wajahnya kasar. Tidak paham lagi dengan cara apa lagi ia menjelaskan kepada Reygan. Alana berbalik ingin masuk kedalam cafe untuk mengambil minuman untuk Reygan. Namun perkataan Reygan berhasil menghentikan langkahnya.

"Gue cinta sama lo, Alana."

Alana berbaik menatap tanpa arti Reygan.

"Kenapa gue cinta sama lo. Gue juga nggak tahu."

"Dimana dan bagaimana gue juga nggak tahu."

"Dan gue sama sekali nggak bisa berfikir hidup tanpa adanya lo, Ala."

Reygan dengan air mata yang sudah berlinang berjalan mendekati Alana. Kedua tangan cowok itu mengusap air matanya dengan keadaan terisak.

"I love you, Ala." Kepala Reygan mendekat ke pundak Alana. Ia miringkan dan tidurkan kepalanya itu di pundak Alana."Jangan tolak gue lagi! Gue bakal mati kalau sampai itu terjadi."Perlahan mata Reygan tertutup.

Alana dengan perasaan bimbang menggerakkan kedua tangannya untuk memeluk Reygan. Memberikan kehangatan pada cowok yang sudah membuat hatinya bergetar.

Dan disaat Alana membalas pelukan Reygan dan berucap."Tidur aja. Gue antar lo pulang. Jangan nangis lagi. Gue nggak suka hal itu."

Dan disaat itulah senyuman miring dan mata tajam Reygan terpancar di wajah licik cowok itu.

.............

Kening Alana mengerut tidurnya terusik karna suara telpon yang sejak tadi berusaha ia abaikan. Dari pada bertambah muak gadis itu memilih bangun lalu mengangkat telpon yang terletak percis di atas meja samping ia tidur.

Tanpa duduk dulu Alana membuka mata lalu melihat adiknya Abim lah yang telah menelpon dirinya.

"Mampus gue!" Alana mendelik tajam buru buru duduk menatap sekitar. Ia saat ini tengah berada di dalam apartemen Reygan di ruang tamu diatas sofa. Semalam ia sangat mengantuk karna lelah memapah tubuh tegap Reygan dari cafe sampai di apartemen cowok itu.

Sebenarnya Alana hanya ingin duduk sebentar semalam tapi entah kenapa ia malah jadi ketiduran di sofa ini.

"Halo, dek." Alana mengucek matanya.

"Hiks... Kak, mama kambuh lagi. Mama cekik aku kak. Pulang kak. Abim takut. Kakak dimana? Pulang kak."

Nafas Alana tercekat disaat Abim adiknya mematikan telpon secara sepihak.

"Halo, dek. ABIM!" Alana dengan cepat memasukan ponselnya kedalam saku bergegas ingin pulang.

Namun seorang pria paruh baya yang ia cukup kenal dan seorang wanita menghampirinya.

REYGAN (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang