1 : 8

15.5K 1.1K 167
                                    

"Baru pulang, Ma?"

Dian yang baru saja masuk kedalam rumahnya sontak melihat kearah Alana yang tengah duduk bersandar di sofa.

"Iya, maaf yah. Mama janjinya dua Minggu tapi malah enam Minggu perginya, maaf," ujar Dian seraya berjalan menghampiri Alana.

Alana menahan tangisannya melihat sang mama yang menghela nafas berat pertanda bahwa wanita itu sangatlah lelah akibat perkejaanya.

"Mama." Dian menoleh menatap hangat putrinya itu.

"Iya,"

Alana mengambil nafas panjang membuangnya perlahan."Gimana, enak main sama suami orang?" Tanya Alana dengan mata berkaca-kaca.

"Ala! Mama udah bilang jangan bahas itu." Mendengar hal itu membuat Alana semakin hancur saja."mama lakuin hal itu demi masa depan kamu. Demi kehidupan kita. Kamu lihat papa kamu--"

"Papa kenapa?" Tanya Alana dengan nada meninggi dan sudah berdiri.

"Ala, kamu kenapa?" Tanya Dian menatap khawatir Alana. Tidak biasa Alana seperti ini."Abis berantem sama Manda?"

"Papa tukang selingkuh? Pembunuh?" Tanya Alana tanpa menjawab pertanyaan mama nya."Iya, Ma?" Tanyanya seraya terkekeh dengan mata berlinang air mata.

Mendengar hal itu Dian tanpa pikir panjang langsung memeluk Alana. Menenangkan putrinya itu yang seakan baru menyadari kesalahan suaminya.

"Jangan nangis, Ala. Mama nggak tega dengarnya." Dian mengusap rambut Alana yang sesegukan menangis.

"Kenapa papa kaya gitu, Ma. Kenapa dia hancurin keluarga orang lain juga keluarga kita? papa jahat, mah... Hiks!" Alana membalas pelukan mamanya dengan perasan hancur.

Apalagi saat mengingat kejadian dua jam lalu saat ia membesuk sendiri papanya ke penjara. Alana sampai tidak habis pikir dengan papanya itu.

Ia memang mengakui kesalahannya tentang perselingkuhan tapi tidak dengan pembunuhan yang ia lakukan terhadap mama Reygan. Malah papanya itu menuduh Reygan lah yang membunuh mama nya sendiri dan mengkambing hitamkan dirinya.

Namun Alana sudah tidak percaya hal itu. Karna bukti yang ditunjukan papa Devan juga ucapan Reygan sudah membuatnya membenci Raka, papanya sendiri.

"Jangan ngomong gitu, nak. Kamu harus kuat. Kita udah lalui ini hampir enam tahun.. lupain dia. Kita nggak boleh sedih cuma karna laki-laki brengsek seperti dia." Diam melepaskan pelukannya lalu menyerkah air mata Alana.

"Mama pasti menderita yah nikah sama papa. Dia selingkuh dari mama. Maaf ma, maafin aku yang gak pernah ngerti hal itu selama ini."

"Nggak, kamu bukan nggak ngerti tapi kamu belum siap aja nerima fakta itu. Tapi sekarang kamu udah bisa nerima hal itu. Dan sekarang kamu harus belajar lupain hal itu sama kaya mama dan kakak, iya nak."

Dian kembali memeluk Alana. Menumpahkan segala kesedihannya yang ia simpan dan pendam selama ini. Perselingkuhan sang suami memang tidak pernah ia katakan pada anak-anaknya tapi entah mengapa ketiga anaknya malah mengetahui hal itu.

"Ma." Alana dan Dian melepaskan pelukannya lalu menoleh kearah Amanda juga Abim yang berdiri dengan wajah sedih tidak jauh dari mereka.

"Sini." Amanda menggenggam tangan Abim lalu menghampiri mama juga adiknya.

"Mama baru pulang?" Tanya Amanda menahan tangisan. Ia dan Abim sejak tadi telah mendengar semua yang diucapkan Alana juga Dian.

Amanda memeluk erat mamanya."Aku nggak becus jadi anak pertama. Maaf ma. Aku benci papa," ujar Amanda yang sudah tidak dapat lagi menahan tangisan.

REYGAN (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang