3 : 5

13.5K 772 241
                                    

Alana menatap marah kearah Reygan yang duduk bersebrangan dengannya. Disamping gadis itu terdapat Dian mama Alana. Mereka bertiga dan juga salah seorang cowok yang Reygan bayar untuk menjadi pelaku dari kasur tersebarnya foto telanjang Alana. Mereka kini berada di ruangan Dekan. Membahas masalah kasus yang terkait tentang foto Alana itu.

"Bagaimana? Kita bahas langsung?" Tanyanya salah satu dosen yang duduk disamping Reygan.

"Boleh, pak. Saya juga ada urusan penting!" Jawab Reygan menatap remeh kearah Alana juga mama gadis itu.

"Saya sebagai dekan universitas ini dan sebagai wakil dari bapak Ridwan yang tidak bisa hadir dikarenakan masih berada diluar negeri. Sangat-sangat kecewa pada Alana!" Ujar tegas Dekan.

Alana hanya diam. Mau membela apa? Kata kata yang diucapkan dekan itu memang pantas untuknya. Tapi yang membuat Alana kecewa. Kenapa cuma dirinya yang bersalah.

"Saya tidak yakin foto itu benar anak saya!" Balas Dian dengan nafas memberat."anak saya dijebak dengan laki-laki ini! Saya tahu itu!" Dian menunjuk dan menatap tajam Reygan.

Reygan berdecih lalu menepuk tangan Dian dengan tidak sopannya."Jangan asal tuduh lo! Anak lo yang pelacur! Malah salahin gue!" Balas Reygan yang tidak terima.

Alana ingin membalas perbuatan Reygan itu. Bahkan tangannya sudah gatal ingin menampar seseorang yang sudah tidak sopan dengan mamanya. Tapi niat itu malah di dahului oleh mamanya.

"Kamu memang salah! Saya yakin itu!" Tegas Dian yang kini berdiri setelah melempar vas bunga ke tubuh Reygan."Jangan berani-beraninya mengatai anak saya dengan mulut kotor kamu itu! Paham!"

Reygan berdecih pelan lalu tersenyum miring. Cowok itu dengan santainya berdiri lalu meletakan kembali vas bunga itu pada tempatnya.

Plak!

"DASAR PELACUR! BERANI BANGET LO SAMA GUE! JANGANKAN LO! KEDUA ANAK LO YANG JALANG ITU BISA GUE BELI!" teriak Reygan setelah melayangkan tamparan keras ke wajah Dian.

"MAMA!!" Teriak Alana dan perlahan menatap Reygan.

"Kenapa? Nggak suka, hm?" Tanya Reygan lalu tertawa singkat."kampus ini punya gue! Jadi gue yang berkuasa disini! Anda adalah bawahan papa saya! Berarti juga bawahan saya!"

Dekan yang tadinya ingin protes dengan sikap tidak sopan Reygan langsung terdiam membisu karna apa yang dikatakan Reygan semuanya benar.

Reygan lagi-lagi tersenyum."Jadi saya minta bapak lakukan tugas bapak dengan bijaksana. Alana itu yang salah! Coba saya tanya. Apa kah kami para pria hanya diam saja disaat wanita murahan ini menawarkan dirinya?"

Reygan mendekati Alana menatap Alana dari ujung kepala sampai ujung kaki."Saya rasa kita sependapat!" Ujar Reygan karna dekan itu hanya diam saja membuat dirinya lebih leluasa menjatuhkan Alana.

"Maksud kamu apa? Anak saya tidak seperti itu! KAMU JANGAN ASAL SEMBARANGAN BICARA!" teriak Dian yang mulai menangis karna ketidakberdayaan saat ini. Ia kira Dekan dan dosen di dekatnya akan membantu dirinya dan Alana. Tapi hanya hinaan yang ia dapat.

"Anak lo!" Reygan menatap sekilas Alana yang hanya menunduk."Murahan! Bahkan nggak cuma gue yang pernah tidur sama dia! Semua cowok disini! Juga pernah nyicipin tubuhnya itu!"

"Jangan asal bicara kamu!" Dengan berlinang air mata dian menurunkan tubuhnya untuk bersujud didepan Dekan."Pak. Tolong beri keadilan untuk putri saya.. saya mohon pak."

Walau menangis dan bersujud seperti itu. Dekan sama sekali tidak merubah sikapnya yang hanya bisa diam dan patuh pada perintah Reygan.

"Ma, ayo kita pulang." Alana berusaha menarik mamanya. Alana menangis tersedu-sedu tapi itu malah membuat Reygan bahagia.

REYGAN (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang