3 : 6

13.4K 841 204
                                    

Malam ini adalah hari dimana acara pertunangan Reygan dan Ajeng dilangsungkan. Acara yang bisa dikatakan sangat mewah itu banyak di hadiri oleh orang orang terpandang di kota ini.

Walau Ridwan belum kembali dan sangat menolak keras pertunangan ini, Reygan sama sekali tidak peduli. Yang ia pedikur hanya keinginannya saja. Keinginan melihat Alana hancur saat melihat dirinya bertunangan dengan gadis lain.

"Saya bahagia anak saya bertunangan dengan pria terhormat seperti kamu."

Reygan menghela nafas muak dengan ucapan papa Ajeng yang sangat berlebih memujinya. Reygan tahu pujian itu pasti ada maksud. Maksud dimana Reygan baru saja menyuntikan dana perusahaan keluarga Ajeng.

"Iya! Iya! Udah sana! Muak gue!" Jawab Reygan asal mengusir papa dan mama Ajeng yang kini menunjukan raut tidak suka pada dirinya.

"Sayang. Jangan gitu ngomongnya sama orang tua aku!" Tegur Ajeng seraya tersenyum tipis menggandeng tangan Reygan.

"Bacot lo!" Reygan menarik tangannya secara kasar."masih mending nggak gue usir! Udah sana! Atau mau gue batalin nih acara!" Ancam Reygan berhasil membuat kedua orang tua Ajeng cemas.

"Jangan, nak. Oke kami pergi.." mama Ajeng menarik tangan suaminya pergi dari hadapan Reygan.

Reygan berdecih seraya tersenyum miring."Dari tadi kek!" Ujarnya yang membuat Ajeng marah padanya.

"Itu orang tua aku Reygan! Kamu harusnya sopan sama mereka!" Ajeng menatap sendu Reygan yang hanya terlihat santai saja.

"Bodoh amat! Bagi gue mereka itu cuma orang tua matre!" Jawab Reygan dengan tidak berperasaan.

"Gan, selamat." Mizan datang menghampiri Reygan dan Ajeng lalu memeluk sahabatnya itu."Selamat udah buang berlian demi kerikil got!" Lanjut Mizan berbisik.

"Maksud lo apa, hah?" Reygan mendorong Mizan. Menatap kesal sahabatnya itu.

Mizan tersenyum."Lo tahu maksud gue! Nggak perlu gue jelasin!"

Reygan menghela nafas gusar. Matanya melirik ke arah belakang Mizan."Bima mana?" Tanyanya.

Mizan menatap bingung Reygan. Apa sahabatnya itu lupa tentang perkelahian antara Reygan dan Bima karna masalah Reygan yang menyakiti Alana. Yang nota benennya adik pacarnya.

"Oh iya, gue lupa. Si bucin tolol itu udah nggak sejalan sama kita." Reygan menepuk pundak Mizan."Cuma lo yang benar-benar sahabat gue!"

Mizan berdecih. Ia sebenarnya juga kecewa pada Reygan. Namun kalau dirinya memusuhi Reygan seperti Bima apa yang ia dapat. Tidak ada. Lebih baik ia tetap dekat dengan Reygan perlahan menyadarkan sahabatnya itu tentang kesalahan yang ia perbuat pada Alana dan juga semua orang.

"Tapi Bima datang loh sama Manda," ujar Mizan memberitahu.

Kening Reygan mengerut."Serius? Mana?"

Mizan menunjukan kearah pintu disana terdapat Amanda dan Bima yang sedang menikmati minuman. Untuk itu Reygan senang karna sahabatnya itu masih peduli padanya. Namun hal yang membuatnya sangat senang adalah gadis dengan gaun biru muda yang berdiri disamping Amanda. Itu Alana.

"Datang juga lo ahkirnya!" Ujar Reygan tersenyum miring. Namun wajah yang awalnya menunjukkan wajah licik berubah seketika disaat Alana yang entah mengapa melepaskan ikat rambutnya membuat rambut gadis itu tergerai sempura. Satu kata yang Reygan pikiran saat melihat Alana saat ini. Cantik.

"Sayang, papa aku manggil kamu tuh." Ajeng menarik tangan Reygan.

Namun Reygan malah menyentakan tangan Ajeng dengan pandangan tetap fokus pada Alana. Jujur Reygan kagum kagum melihat penampilan Alana malam ini.

REYGAN (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang