1 : 7

15.1K 1.1K 107
                                    

Alana terbangun dari tidurnya karna sinar matahari yang menyilaukan wajah cantiknya itu. Gadis itu sejenak mengucek mata perlahan bangkit untuk bangkit duduk.

Keningnya mengerut bingung menatap sekitar ruangan."Ini kan kamar di rumah, Devan."

Dengan perasan bingung juga penasaran gadis itu berdiri menuju pintu lalu membuka pintu itu untuk keluar dari kamar yang biasa ia tempati kalau berkunjung dan menginap dirumah sahabatnya, Devan.

"Abim," ujar Alana seraya turun dari tangga melihat adiknya yang tengah sarapan bersama Devan dan kedua orang tua cowok itu.

"Alana, ayo sarapan," sahut Dini mama Devan yang tengah memasukan nasi kedalam piring Abim.

"Iya, Tante," jawab Alana menghampiri keempat orang itu di meja makan. Alana sedikit melirik Devan yang hanya diam fokus terhadap makanannya.

"Dev, kok bisa gue disini?" Tanya Alana berbisik setelah duduk disamping Devan.

"Bego!" Ketus Devan dengan suara keras membuat tatapan mata semua orang terarah padanya dan Alana.

"Devan nggak boleh gitu!" Tegur Andi papa Devan.

Alana menatap bingung Devan. Ada apa dengan sahabatnya."Lo kenapa, nyet? Gue ada salah?" Tanya Alana.

"Udah nanti aja dibahas. Makan dulu," tegur Dini seraya meletakan piring dihadapan Alana lalu menyendokan nasi juga hidangan lain ke piring gadis itu.

"Makasih Tante," ucap Alana seraya tersenyum."Lo kenapa sih?" Tanya Alana lagi pada Devan.

Devan menatap tajam Alana."Gue nggak mau tahu! Lo jangan dekat-dekat lagi sama tuh cowok brengsek! Paham?"

Alana menghela nafas. Ia benar-benar tidak paham dengan tingkah dan ucapan Devan ini. Cowok brengsek, siapa? Apa cowok yang membuatnya mabok saat di bar semalam. Hanya itu yang Alana ingat.

"Lo bakal paham setelah ini." Devan menatap sang papa."Papa gue mau ngejelasin sesuatu sama lo! Iya kan, Pah?" Tanyanya.

"Iya, Al. Om mau ngomong sesuatu. Tentang kasus ayah kamu yang terlibat dengan seseorang yang habis Devan pukulin semalam," jelas Andy membuat Alana sangat penasaran.

"Iya, sekarang?" Tanya Alana melirik Devan.

"Nggak, habisin sarapan kamu dulu," jawab Andy.

"Iya, Om," jawab Alana menendang pelan kaki Devan."Apaan, Dev yang mau di omongin? Penasaran gue."

"Entar lo juga tahu? Yang gue yakin lo bakal kaget saat dengar hal itu," jawab Devan lalu melanjutkan sarapannya.

Disinilah sekarang, Devan papanya dan juga Alana. Di pinggir kolam berenang mendiskusikan hal yang sering mereka bahas yaitu kasus papa Alana yang sedang diperjuangkan papa Devan yang seorang pengacara.

"Kamu tahu kan papa kamu itu memiliki kasus yang sampai saat ini bisa dikatakan berat dimata hukum?" Tanya Andy pada Alana yang kini terlihat sedih.

"Iya, Om. Tapi, Al sampai sekarang nggak percaya kalau papa itu membunuh seseorang. Papa itu sayang banget sama aku dan keluargaku jadi nggak mungkin ia berbuat seperti itu sama keluarga orang lain," ungkap Alana dengan mata berkaca-kaca.

"Alana. Kasus itu memang benar adanya. Papa kamu itu membunuh istri seseorang. Atau lebih tepatnya selingkuhannya..."

"Nggak, Om aku nggak percaya hal itu," bantah Alana. Ucapan yang sering Andy katakan padanya memang kebanyakan orang memilih percaya namun Alana sampai detik ini belum mempercayai hal itu.

Devan mengusap pundak Alana."Papa jangan buat Alana sedih. Ngomong pelan dikit."

Andy menghela nafas kasar."saya sudah coba perlahan membuat kamu mengerti, Alana. Papa kamu itu memang melakukan hal itu. Ada bukti dan tiga saksi yang memberatkannya. Kalau bukan karna kamu dan Abim saya sudah menyerah dengan kasus, Raka."

REYGAN (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang