14

31 5 0
                                    

HAAIIIII!!! Aku update lagi, so tanpa berlama-lama

Enjoy with this part ^^

-------------------------------------------

Sheilla, Marsya, Didit, dan teman-teman klub musik lainnya tidak percaya kalau Biru, Laut, dan Tia yang disebut sebagai Pengamen Jalanan itu, video projek mereka masih viral di beberapa social media. Padahal sudah lebih dari satu minggu sejak pelaksanaan projek itu, tapi video Pengamen Jalanan masih sering teman-teman klub musik lihat.

Tidak ada kata iri dari mereka. Justru anak-anak klub musik senang dengan hal itu. Terutama Bagas, sebagai ketua umum klub musik, dia merasa projek yang sudah dilakukan bersama ini bisa membuahkan hasil yang tidak pernah Bagas duga.

Sehabis ini akan ada projek-projek lainnya yang Bagas rasanya tidak sabar untuk segera melakukannya. Tapi untuk sekarang, Bagas ingin anak-anak klub musik istirahat dulu dan menyiapkan staminanya lagi untuk projek berikutnya. Lagipula, sebenarnya tidak hanya Pengamen Jalanan saja yang bisa dibilang sukses. Hampir semua kelompok projek kemarin memiliki jalan suksesnya masing-masing.

Dan sepertinya, untuk bulan-bulan ini Pengamen Jalanan akan sibuk dengan tawaran manggung di kafe-kafe. Hari ini saja mereka sudah ada tawaran manggung dan mereka sedang bersiap-siap menuju kafe tersebut.

"Jam berapa nanti?" tanya Laut sembari menggendong tas biolanya.

"Jam tujuh-an sih tadi ownernya bilang. Tapi si Tia belom dateng juga." balas Biru.

"Masih kelas kan dia?" tanya Laut lagi yang diangguki Biru.

Laut yang tadinya sudah menggendong tas biolanya, langsung di taruh lagi. Mereka masih ada di studio klub musik. Di ruangan itu hanya ada mereka berdua karena hari ini juga bukan harinya latihan, mereka hanya sengaja datang ke ruangan ini untuk latihan sebentar.

"La, gue boleh pinjem biola lo nggak?" tanya Biru ditengah keheningan.

"Buat?"

"Mau mainin."

"Emang bisa?" tanya Laut sangsi.

"Emangnya harus bisa dulu untuk mainin biola?"

"Ya... nggak sih, tapi jangan aneh-aneh ya Ru. Satu-satunya niiih." kata Laut sembari menunjuk tas biolanya.

Laut mengeluarkan biola itu dan memberikannya kepada Biru.

"Gimana sih cara mainnya?"

Mendengar pertanyaan Biru, Laut hanya tertawa dan geleng-geleng kecil.

Tanpa banyak omong, Laut langsung mengarahkan Biru bagaimana seharusnya biola itu dimainkan. Tangan kiri Biru yang sedang memegang biola, Laut arahkan ke leher Biru. Laut membenarkan posisi kepala Biru.

Laut terus lanjut mengajarkan Biru.

Perasaan Biru cukup berbunga-bunga dan jantungnya berdegup dengan cepat sekarang ini. Sedangkan Laut, entah mengapa jantungnya berdegup dengan cepat saat ia memutuskan untuk mengajarkan hal dasar tentang biola pada Biru.

Tanpa mereka berdua sadari, sebenarnya Tia sudah sampai di studio itu beberapa menit lalu. Saat ingin masuk, pemandangan yang langsung Tia lihat adalah Laut yang sedang mengajarkan Biru bermain biola. Tapi posisi Laut membuat Tia cukup cemburu, pasalnya posisi Laut seperti sedang memeluk Biru dari belakang.

Tia buru-buru menetralkan perasaan dan ekspresi mukanya. Karena Laut sudah tahu mengenai perasaannya, maka Tia tidak ingin menunjukkan kalau ia tengah cemburu pada Laut sekarang.

Tok-tok.

Mendengar ketukan itu, buru-buru Laut menjauh dari Biru dan duduk di tempat semula.

"Maaf ya kalian harus nunggu lama."

***

Biru, Laut, dan Tia sudah berada di kafe tempat mereka akan manggung pertama kalinya. Jadwal manggung mereka masih sekitar satu jam lagi. Mereka juga sudah membicarakan lagu apa yang ingin dibawakan.

Laut dari tadi terus-terusan melirik Tia. Yang dilirik sadar sebenarnya dan dia tahu apa maksud lirikan dan tatapan Laut itu, tapi Tia malah berusaha untuk tidak menatap Laut balik. Sedangkan Biru, yang berada di hadapan kedua perempuan itu, hanya menatapi keduanya dalam diam. Lama-lama Biru muak juga dengan keadaan kayak gini.

"Kalian tuh kenapa sih? Kemarin berantem? Atau gimana deh? Kok diem-dieman begini, nggak biasanya tau. Aneh!" entah mengapa Biru jadi sedikit kesal dengan tingkah keduanya. Pasalnya, dia tidak tahu apa yang sedang kedua teman perempuannya ini alami.

Laut dan Tia langsung menatap satu sama lain, lalu cepat mengalihkan pandangan begitu tatapan mereka ketemu.

"Laut dari tadi lirik Tia terus. Terus Tia, kenapa seakan lo menghindar dari tatapannya Laut. Kalian tuh kenapa sih? Mending gue batalin deh ya nih manggung, biar kalian selesain masalah kalian dulu."

Saat mendengar kalimat itu dari Biru, Laut langsung membalas.

"Apa sih Ru, kok lo jadi sewot banget!" Laut tau, sifatnya kekanak-kanakan sekali dengan diam dan pura-pura tidak tahu dengan masalah ini.

Laut dapat yakin, bahwa mereka bisa begini karena perlakuan Laut pada Biru tadi di studio dan pasti hal itu dilihat Tia. Memang Laut bodoh, sudah tau Tia suka pada Biru, kenapa malah kayak cewek gatel yang sukanya nempel-nempel sama Biru.

Okelah, Laut harus selesaikan masalah ini secepatnya. Ia juga tidak bisa lama diem-dieman gini sama Tia.

Tia juga merasa, nggak seharusnya dia diem-dieman gini sama Laut. Bukankah dia sudah pernah bilang kalau ada apa-apa seharusnya cerita?

"Ti,"

"La,"

Kata mereka berbarengan.

Biru tuh bingung harus nanggepin drama ini kayak gimana. Kenapa setiap dia punya temen, ada aja tingkah anehnya. Ini cantik-cantik juga sama aja anehnya.

"Kalian tuh bikin geregetan deh, ya ampuuun!" jeda sejenak, Biru tarik napas dan langsung dihembuskan. "Gue aja yang jadi mediatornya."

Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya Biru bersuara. "Tia duluan."

"Apanya?"

"Laaah, yang ngomong lah."

"Iyaaa, biasa aja dong Ru ngomongnya."

Tia nengok ke sampingnya dan menatap Laut, "Habis manggung kita ngobrol ya La."

Dan diangguki oleh Laut.

***

Mereka membawakan 3 lagu sebagai pembuka acara kafe ini. Kafe ini punya Kakaknya Rio --- temen SMA-nya Biru dan Laut --- tapi dia diminta kakaknya untuk memegang kafe ini. Walau tidak terlalu dekat dengan keduanya, namun Biru dan Laut cukup terkenal pada masanya karena nama mereka yang mirip.

Dari SMA Rio sudah tahu kalau Biru bisa nyanyi dan main alat musik, tapi dia baru tahu kalau Laut bisa keduanya juga. Tidak hanya Rio, sebenarnya Biru sama baru tahunya seperti Rio. Pasalnya selama ini Laut tidak pernah nyanyi baik mereka lagi latihan atau sekedar main-main saja. Tapi, tadi saat Tia bernyanyi, Laut tiba-tiba saja jadi backing vocal-nya Tia. Si Tia saja ikut terkejut. Lalu salah satu pelanggan kafe berteriak.

"Itu, cewek yang main biola kayaknya suaranya juga bagus. Kenapa nggak ikut nyanyi?"

Lalu disusul pelanggan lainnya, "Iya, nyanyi juga dong."

Akhirnya Tia dan Biru berusaha membujuk Laut untuk nyanyi. Dan ya, mereka berhasil. Ternyata Laut sudah menyimpan suara emasnya begitu lama.

"Kok lo nggak pernah bilang sih kalo bisa nyanyi. Mana suaranya bagus lagi. Sombong yaa, mentang-mentang suara emas mangkannya sengaja nggak mau dikeluarin." kata Biru sambil menyipit-nyipitkan matanya.

"Apaan sih Ru, nggak jelas lo! Dah ah."

"Oh iya, kan kalian mau ada yang diomongin kan? Kalo gitu gue ketemu Rio dulu ya, kalian ngobrol dan selesain masalah kalian. Gue nggak perlu tahu nggak apa-apa, paham kok gue."

Biru langsung bangun dan jalan ke atas gedung kafe ini, tempat Rio berada.

Sepeninggalan Biru, Laut dan Tia keadaannya masih sama saja. Diam sambil lirik-lirikan, sampai akhirnya Laut sudah tidak tahan dan ia memutuskan untuk memulai duluan.

BIRU (Langit & Laut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang