28

24 2 0
                                    

Haaaii Biru update lagi niiiih ^^

Gimana kabarnya? Semoga baik-baik aja ya

Kalau lagi nggak baik-baik aja, semoga lekas sembuh :)

Soooooooo, lets reading!

-------------------------------------------------------

Hari Minggu yang cukup cerah, ditemani kicauan burung, sinar mentari dan hembusan angin pagi yang menyejukkan. Hal itu membuat mood Laut bagus pagi ini. Rasanya dia ingin mengajak semua orang yang dikenalnya untuk jalan-jalan pagi. Iya, hanya sekedar jalan-jalan pagi, menikmati semesta yang sedang bersinar dengan terangnya hari ini.

Sembari mengeringkan rambut yang masih basah karena habis keramas, tidak sengaja matanya melirik tas biola yang ada di samping lemari bajunya. Kali terakhir Laut menyentuh biolanya, yaitu saat band pengamen jalanan manggung untuk terakhir kalinya sebelum resmi hiatus untuk sementara. Sejak saat itu ia mulai jarang memainkan biolanya. Di klub musik pun juga jarang latihan main alat musik karena agenda beberapa minggu ini masih seputar workshop terkait bagaimana cara membuat, mengkompos, dan mengaransemen musik. Walaupun sebenarnya bisa saja Laut memainkan biolanya sembari berlatih sedikit-sedikit sesuai arahan workshop tersebut, tapi belakangan Laut lebih sering menggunakan Piano, Keyboard atau MD untuk mengkompos atau mengaransemen musik.

Handuk yang Laut pakai untuk mengeringkan rambutnya ia biarkan menggantung di pundak dan memutuskan untuk membawa tas biolanya ke kasur lalu mengeluarkan isi tas tersebut yang tentu saja adalah sebuah biola. Rupanya biolanya sedikit berdebu karena sudah jarang ia bersihkan.

Dengan pandangan sayang, Laut mengambil alat bersih untuk membersihkan alat musik dan mulai membersihkan biolanya. Ada sedikit rasa bersalah yang hinggap di hati Laut karena hampir mengabaikan biolanya untuk yang kedua kalinya. Kalau saja biola itu bisa bicara, mungkin sekarang biolanya sedang marah atau bahkan kecewa padanya.

"Maaf ya, aku hampir mengabaikan kamu untuk yang kedua kalinya," ucap Laut pada biolanya. Terdengar seperti orang gila karena Laut berbicara pada benda mati, tapi buat kalian yang mempunyai barang atau hal apapun yang berharga, sekalipun itu adalah benda mati, pasti kalian akan sayang sekali padanya dan menjadikannya teman. Lalu tanpa sadar kalian akan cukup sering untuk mengajaknya bicara.

Laut menghentikan gerakan bersih-bersihnya saat tangannya mulai turun ke area bagian bawah biola, bagian dimana tempat itu sering ia apit antara dagu dan pundaknya. Ada yang baru di sana, yaitu sandaran bahu biola yang terbuat dari kayu. Itu adalah hadiah yang Tia berikan untuknya.

Laut belum sempat mencoba sandaran bahu barunya, maka dari itu aut memutuskan untuk bermain sebentar. Mungkin barang satu atau dua lagu saja.

Sandaran bahu biolanya, ia apit diantara dagu dan pundaknya, lalu mengambil bow --- alat gesek biola --- dan mengarahkannya ke senar biola.

Lagu pertama yang ia bawakan adalah Für Elise karya L.V Beethoven. Permulaan yang cukup berat karena Laut sudah cukup jarang memainkan alat musik ini. Bagaimanapun Für Elise tetaplah sulit untuk Laut mainkan seorang diri.

Laut menghentikan sejenak permainannya. Ada sedikit rasa pegal pada bagian leher dan sakit pada jari-jari tangan kirinya karena sudah jarang bermain biola. Namun, Laut tak bisa bohong bahwa ia benar-benar senang bisa menyentuh dan memainkan biolanya lagi.

"Sandaran bahunya nyaman, Ti. Sekali lagi makasih," Laut mengucapkan itu sambil menatap sandaran bahu biolanya dan tersenyum, seakan-akan ia mengatakan itu langsung pada Tia. Laut harap pesan ini dapat sampai kepada Tia.

Lagu kedua yang Laut mainkan adalah Canon in D major karya Johann Pachelbel. Laut rasa hampir semua orang tahu lagu ini. Walaupun, mungkin beberapa orang --- terutama orang awam --- hanya tahu lagunya saja tanpa tahu judul dan musisinya, tapi lagu ini memang terkenal dan sering dipakai untuk OST film, aransemen lagu, komposisi lagu, teater, dan sebagainya.

BIRU (Langit & Laut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang