18

32 3 0
                                    

SELAMAT HARI SENIN!!!

---------------------------------------

Hari itu mereka batal manggung. Selesainya pembicaraan menegangkan itu, Laut langsung mengabari kalau ia tidak bisa ikut manggung karena ada tugas yang memang tidak bisa ditinggalkan. Tentu saja Laut berbohong, tapi teman-temannya tidak akan tahu karena ia memutuskan untuk melipir ke Perpustakaan Nasional dan mulai mengerjakan tugas dari Pak Ruslan itu. Laut juga tidak mau memikirkan dialog selanjutnya dari pembicaraan Biru dan Tia di kantin waktu itu.

Laut tidak tahu saja, bahwa percakapan itu kacau sekali. Tidak ada akhir baik, baik untuk Biru dan Tia. Keduanya tetap pada egonya masing-masing. Tapi ada satu perjanjian yang mereka sepakati tanpa Laut ketahui.

Jika dalam kurun waktu enam bulan Laut tidak merespon Biru, maka Biru bisa membuka peluang untuk Tia. Sedangkan Tia? Ia akan tetap pada pendiriannya, walau Biru sedang mengejar Laut, tapi tia tidak akan berhenti untuk mengejar Biru. Tia siap menunggu selama apapun, selagi ia tidak menghalangi apa atau siapapun.

Biru juga sebenarnya bisa menunggu Laut selama apapun itu, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan perasaan Tia begitu saja. Tentu Biru tahu perasaan Tia tulus untuknya dan Biru berusaha untuk menghargai perasaan Tia. Maka dari itu Biru menyepakati perjanjian tersebut dan bersiap untuk berjuang habis-habisan selama enam bulan ini.

***

La, kelar rapat general mau ikut gue?

Pesan yang setengah jam lalu Laut terima belum juga Laut balas. Pesan itu dari Biru. Entah Biru ingin mengajak Laut kemana setelah rapat general nanti.

Iya, malam ini ada rapat general terakhir untuk acara Milad Klub Musik yang akan dilaksanakan dua hari lagi. Segala persiapannya sudah cukup matang. Panggung, sound system, bahkan susunan acara untuk tampilnya sudah rampung. Tinggal pelaksanaannya saja dua hari kemudian.

Laut bingung ingin membalas apa, jadi ia biarkan pesan itu menganggur selama 30 menit. Tapi sekarang, ia merasa sudah terlalu lama membiarkan bergitu saja pesan itu tanpa balasan. Takutnya nanti Biru berpikir yang tidak-tidak pada dirinya.

Tetiba saja pesan baru muncul. Dan si pengirim adalah Biru. Benar saja, ia mempertanyakan kembali terkait tawarannya itu sama Laut.

Gimana la, bisa? atau lo lagi ada agenda setelah rapat?

Jujur Laut bingung harus membalas apa. Laut tidak ada agenda apa-apa setelah rapat, benar-benar kosong. Tugas sudah selesai, tidak ada kerja kelompok, adiknya pun akan pulang cukup malam nanti karena ada sparing di sekolahnya.

Jadi sebenarnya Laut tidak punya alasan untuk menolak Biru. Tapi karena pengakuan Tia yang 'sengaja' Laut dengar waktu itu, membuat ia jadi sedikit canggung sama kedua temannya.

Saat itu Biru mengabari di chat gruop kalo mereka batal manggung karena suatu hal. Laut pikir mungkin Biru dan Tia ingin jalan-jalan berdua. Lalu, kenapa Biru malah mengajak Laut pergi kelar rapat nanti? Apakah Biru ingin memberitahu kalau Biru dan Tia sudah berpacaran. Makin tidak pengen Laut menerima tawaran itu.

Tapi karena penasaran, akhirnya Laut balas dengan pertanyaan pula.

Sama Tia kan?

Mendengar notif hapenya berbunyi, Biru buru-buru membuka aplikasi chat dan membaca balasan dari Laut itu.

Perasaan sedari awal Biru tidak menyinggung tentang Tia, kenapa tetiba Laut malah mempertanyakan kehadiran Tia?

Kalo berdua doang?

Langsung di balas.

Kenapa berdua doang? Pasti lo mau aneh-aneh ya sama gue?

Laut tetaplah Laut, yang selalu berpikir kalau Biru itu mau ngisengin dia.

Ngapain gue aneh-aneh sama makhluk yang udah aneh kayak lo?

Iya juga ya... Eh tapi kan kelar rapat general kita ada gr kotor di studionya tia.

YA AMPUN GUE LUPA BANGET!!!

MAMPUS! gue aduin ke tia, bisa-bisanya lupa sama latihan

***

Tia memandang dua tiket konser Jamrud yang ada di tangannya itu. Konser itu sudah lama selesai beberapa minggu yang lalu. Setelah pembicaraan di kantin itu, Biru memutuskan untuk tidak mengambil tiket yang ditawarkan Tia. Tanpa memberi alasan kenapa Biru menolak, Tia sudah paham.

Sejak itu hubungan keduanya juga jadi sedikit canggung, walau baik dari keduanya berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja. Apalagi saat di depan Laut.

"Eh, tia!" panggil perempuan yang baru saja memasuki toilet graha itu.

Tia buru-buru memasukkan dua tiket itu ke dalam sakunya.

Perempuan yang baru masuk itu adalah Laut. "Itu tiket konser Jamrud kan? Lo nggak jadi nonton?"

"Hehehe, nggak jadi La. Habis pas lo nolak itu gue bingung mau ngajak siapa lagi." tentu saja Tia bohong.

"Kenapa nggak ajak Biru aja? Biar... hubungan lo sama dia makin deket...." akhir kalimat yang Laut lontarkan suaranya sedikit bergetar dan ragu. Ia penasaran ingin bertanya, sudah sampai mana hubungan Tia dengan Biru. Tapi Laut sadar, sedekat apapun kita pada seseorang, ada hal-hal privasi yang memang tidak seharusnya orang luar tahu. Bahkan orang terdekatpun tahu.

Hening mengelilingi toilet itu setelah Laut mengatakan hal tadi. Untung saja kantung kemih Laut yang tetiba mengingatkannya kalau tujuan ia ke toilet adalah untuk buang air kecil.

"Ti, gue titip tas dulu ya. Lupa kalo ke sini karena mau pipis, hehe."

Tia menunggu Laut di luar toilet yang tanpa ia sangka, ternyata ada sosok yang berusaha ia hindari, namun ia rindukan sedang bersandar di tembok samping toilet. Berusaha terlihat biasa saja, Tia ikut bersandar di tembok itu.

Beginilah keadaan setelah pembicaraan itu. Saat Tia dan Biru bertemu, mereka berdua canggung sekali. Diam yang menguasai.

Setelah beberapa menit, terdengar panggilan seseorang dari dalam toilet.

"Ti?" Laut keluar dari dalam toilet dan melihat, tidak hanya Tia tapi ada Biru juga di sana.

"Lah, ngapain lo ikut nunggu? Gue kira langsung ke parkiran tadi. Mana nunggu di samping toilet cewek lagi. Bae-bae, nanti dikira yang nggak-nggak lhooo."

"Iya, itu mah lo mikir yang nggak-nggak." ucap pria yang menenteng tas gitarnya itu.

"Ayo! Lo bawa mobil kan Ru?" tidak biasanya Tia tidak menanggapi segala perselisihan Laut dengan Biru. Tapi setelah sadar, ia baru ingat. Apa mungkin Tia cemburu?

Sepertinya setelah ini Laut harus tahu batasan dan perlahan menghindari kondisi dimana hanya ada Biru dan Laut saja. Walau sebenarnya ia tidak rela. Walau sebenarnya Laut masih belum meyakini perasaannya. Tapi daripada perasaan yang belum pasti ini merusak persahabatan mereka, lebih baik Laut mundur teratur.

BIRU (Langit & Laut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang