08

52 7 2
                                    

Haaaii aku update lagi di penghujung minggu ini hehe.

HAPPY READING ^^

---------------------------------------------------

Saat sampai rumah Laut buru-buru masuk ke dalam. Bahkan ia belum sempat berterima kasih pada Biru karena sudah mengantarkannya. Biru yang mengerti situasi Laut hanya bisa berharap semoga semuanya baik-baik saja.

Biru tidak tahu ada masalah apa, karena selama perjalanan baik Biru ataupun Laut hanya diam dengan pikiran masing-masing. Mungkin untuk garis besarnya Biru tahu bahwa masalah yang Laut hadapi saat ini adalah masalah keluarganya. Atau lebih tepatnya orang tuanya.

Kalian tidak lupa bukan kalau Biru adalah teman tongkrongan El, nah El seringkali nongkrong saat ada masalah di rumahnya. Dan El sering juga cerita ke teman-teman tongkrongannya mengenai masalah keluarganya ini, terumata masalah orang tuanya.

"Huft..." Suara motor menderu dan menjauh dari kediaman keluarga Laut. Begitu Laut sudah hilang dari pandangannya, Biru langsung menancapkan gas dan berjalan pulang.

Sedangkan Laut yang sudah masuk ke dalam rumah segera menuju dapur. Diperjalanan El hanya menceritakan garis besarnya saja, bahwa dapur rumah terlihat berantakkan dan kamar kedua orang tuanya juga begitu.

Laut melihat El yang sedang membersihkan pecahan piring dan gelas di dapur. Walaupun lelah, Laut tidak bisa diam saja.

"Gimana keadaan kamar Mama sama Ayah?" El yang sudah sadar sedari tadi kalau kakaknya itu sudah pulang balas menggeleng.

"Gue belum sempet rapihin kamar Mama sama Ayah, tapi gue nemuin ini." El mengeluarkan sebuah kertas dilipat menjadi empat bagian. Entah El sudah membaca isinya atau belum.

"Gue belum sempet baca isinya." Laut tahu, El bukannya belum sempat melihat isi kertas itu, tapi El tidak berani membaca surat itu sendirian. Laut mengambil kertas itu dan menaruhnya di atas meja makan.

"Kita bersihin aja dulu dapur sama kamar Mama dan Ayah. Lo nggak apa-apa kalo bersihin dapur sendirian? Gue mau bersihin kamar Mama sama Ayah biar g kelamaan." El mengangguk.

Laut mengambil tas juga kertas yang tadi ia taruh di atas meja makan dan membawanya ke kamar orang tuanya. Laut menaruh surat itu di tas dan mulai membersihkan kamar kedua orang tuanya. Sambil membersihkan kamar kedua orang tuanya, beberapa kenangan mampir diingatan Laut.

Laut dan El yang tidur di tengah-tengah kedua orang tuanya karena hujan serta petir yang membuat mereka takut. Laut yang sering sembunyi di kamar kedua orang tuanya jika sedang bermain kejar-kejaran atau petak umpet dengan El. Laut yang melihat Mamanya berrias diri sebelum berangkat kerja. Laut yang diam-diam mencoba alat make up Mamanya karena masa pubertasnya. Laut yang melihat pertengkaran kedua orang tuanya dari luar kamar mereka.

Kamar ini adalah saksi dari semua yang orang tuanya lakukan, mulai dari bercinta, pertengkaran sampai berakhir dengan kedinginan. Kamar ini mulai kedinginan sejak saat itu.

***

Lima tahun lalu saat Laut masih SMP

15 tahun adalah umur yang cukup untuk Laut mengerti tentang permasalahan yang sedang orang tuanya alami. Di tengah malam Laut terbangun karena kehausan, ia keluar kamar dan berjalan ke arah dapur. Saat melewati kamar orang tuanya, ia tidak sengaja mendengar isakan tangis Mamanya.

Awalnya Laut pikir Ayah yang membuat kesalahan mangkannya kenapa Mama menangis, tapi setelah Laut memilih untuk menguping pembicaraan kedua orang tuanya ketimbang mengambil air di dapur --- entah Laut harus berpikir apakah ini kesalahan Mamanya atau bukan --- permasalahan mereka adalah Jani atau Mama Laut yang selama ini menyembunyikan suatu kebenaran dari Sang Suami.

Cakra atau Ayah Laut dijadikan bahan taruhan istri dan mertuanya. Saat proses melamar Cakra pikir semuanya berjalan lancar ternyata selama ini Jani membohonginya. Dari awal ternyata Mamanya Jani tidak merestui mereka berdua karena keadaan finansial Cakra, tapi dengan beraninya Jani menjadikan Cakra sebagai taruhan yang harganya tidaklah murah.

Malam itu Jani menceritakan semuanya, Cakra, seisi kamar mereka beserta anak kecil berusia 15 tahun yang diam-diam menguping pembicaraan mereka di luar menjadi saksi cerita kelam itu.

Perceraian adalah harga dari taruhan yang Jani berikan. Apabila Cakra tidak bisa sukses selama 10 tahun Jani harus siap untuk menceraikan suaminya itu. Tapi takdir tidak mendukung doa Mamanya Jani, 10 tahun pernikahan mereka Cakra berhasil naik jabatan.

Cakra dan Laut yang baru mengetahui hal itu tentu terkejut. Laut berpikir bagaimana jika lima tahun Ayahnya tidak naik jabatan, apakah Mamanya akan benar-benar menceraikan Ayahnya. Sejak saat itu hubungan kedua orang tuanya mulai merenggang.

***

Sekelebat ingatan yang menyakitkan itu hadir dan membuat kepala Laut sedikit pening. Laut sudah selesai membersihkan kamar kedua orang tuanya, ia mengambil surat yang tadi dimasukkannya ke dalam tas. Awalnya Laut ingin membaca sendiri dahulu isi surat tersebut, tapi tidak lama kemudian El datang dengan wajah lesunya.

Lelah sudah pasti, keduanya lelah bukan main. Laut tersenyum dan menepuk pinggiran kasur yang didudukinya mengisyaratkan El untuk duduk di sampingnya. Surat itu sudah ada di tangan Laut, ia siap untuk membacanya.

El yang melihat kakaknya tersenyum tidak tahu harus membalas apa. El benar-benar bersyukur memiliki Laut disisinya. Karena sejak kedua orang tuanya sering bertengkar, hanya Lautlah tempat El merasa nyaman. Mau seberapa seringpun El cerita ke teman-teman tongkrongannya, Laut tanpa harus diberitahu sudah mengerti. Jelas saja, itu karena mereka berdua sama-sama merasakan dampak dari pertengkaran yang orang tua mereka ciptakan.

El duduk di samping kakaknya, menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Sebanyak tiga kali El lakukan hal itu. Melihat adiknya yang seperti itu membuat Laut miris, baik pada adiknya pun pada dirinya sendiri. Laut menyadari bahwa saat ini atau entah sejak kapan mereka hanya punya diri masing-masing untuk saling bersandar dan menguatkan satu sama lain.

Laut membuka kertas itu dan mulai membaca isinya, El mengikuti di sampingnya. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan paragraph demi paragraph mereka baca. Kesimpulannya jelas. Jani meninggalkan rumah. Jani memilih untuk tinggal bersama Mamanya.

Jani meninggalkan Laut dan El.

El buru-buru mengambil kertas itu dari tangan Laut dan merobek-robek kertasnya, tidak peduli pada kalimat terakhir Mamanya yang mengatakan akan menjemput mereka besok pagi. El sudah benar-benar sedih dan kecewa. Tanpa pikir panjang ia langsung keluar kamar kedua orang tuanya. Entah apa yang akan dilakukan El. Tidak lama kemudian Laut mendengar suara deru motor berbunyi, lama-lama menjauh dan hilang.

El pergi entah kemana, mungkin ke tempat tongkrongannya. Sendirian. Tanpa mengajak Laut. Sekarang Laut sendirian di kamar yang kedinginan ini.

BIRU (Langit & Laut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang