30

34 4 0
                                    

Haloooo ^^

Happy reading ya semuaaa

-----------------------------------

Kafe Michin, kafe yang ada di daerah sekitaran kampus Biru dan Laut itu baru buka sekitar tiga bulan lalu. Awal dibukanya kafe ini sudah banyak mencuri perhatian orang. Bukan karena generasi sekarang suka micin---nama kafe tersebut memang sedikit ambigu---tapi karena pengaruh K-Pop dan K-Drama. Kata michin berasal dari Bahasa Korea, jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti kafe gila.

Kafe ini mengusung tema ala-ala drama Korea yang biasa kita tonton, hampir semua menu makanan berasal dari sana dan terinspirasi dari beberapa drama Korea. Bahkan tulisan pada menu makanannya memakai huruf hangul, tapi untunglah, masih ada alfabet di sana, jadi masih bisa untuk dibaca.

"Udah lama nunggu, Ru?" tanya Laut begitu ia sampai di hadapan laki-laki yang sekarang memakai kemeja berwarna biru langit, sama seperti namanya. Kemeja itu sangat cocok untuk Biru. Biru mengalihkan pandangannya dari hp ke arah Laut yang barusan memanggilnya.

"Nggak kok." balas Biru sembari berdiri dan memundurkan kursi yang ada di hadapannya untuk Laut duduki.

Laut yang mendapat perlakuan itu jadi salah tingkah dan menggarukkan ujung hidungnya yang sebenarnya tidak gatal.

"Makasih, Ru." ucap Laut, kemudian perempuan itu duduk di kursi tersebut.

"Santai aja dulu ya, La. Pesen makan sama minum aja dulu,"

"Lo udah pesen makan sama minum?" tanya Laut.

"Belum. Pesen bareng aja," balas Biru yang lagi-lagi berhasil membuat Laut salah tingkah.

Biru mengacungkan tangannya, isyarat meminta pelayan kafe untuk datang dan mencatat pesanan mereka.

"Mau pesen apa, La?" tanya Biru begitu pelayan kafe menaruh dua menu ke hadapan Laut dan Biru.

"Hemmm..." ujar Laut menimbang-nimbang. Tangan kanannya ia taruh di bawah dagu, ciri khas Laut kalau sedang berpikir.

"Jajjangmyeon sama Jus Apel deh," ucap Laut menyebutkan pesanannya.

Biru mengangguk dan segera melayangkan pandangannya ke arah pelayan dan menyebutkan satu-persatu pesanan keduanya. Kemudian, pelayan itu pergi dan menyisakan keduanya yang tiba-tiba dilingkupi awan canggung.

Laut mengalihkan suasana canggung ini dengan bermain game di hpnya. Ia tidak tahu harus berbicara apa kepada Biru.

Sedangkan, Biru menyadari pergerakan tidak nyaman Laut karena keadaan canggung ini. Biru sedang berusaha mencari cara supaya keadaan tidak canggung lagi atau setidaknya suasana canggung ini dapat berkurang.

"La," panggil Biru pelan, tapi masih tetap terdengar karena setelahnya Laut mengalihkan pandangannya ke arah Biru.

Laut memberikan ekspresi bertanya kepada Biru.

"Gimana si El?" tanya Biru. Saat ini, Biru benar-benar tidak memiliki topik apapun untuk dibicarakan. Sebenarnya ada, tapi bukan sekarang saatnya. Ada baiknya ia bicarakan hal pentingnya setelah makan.

Justru Laut malah bingung, Laut pikir Biru ingin langsung membuka pembicaraan penting itu sekarang. Namun, ia malah bertanya terkait El.

"Ha? Maksudnya gimana? Bukannya lo sering ketemu El ya?" Laut membalas dengan pertanyaan pula.

Biru jadi salah tingkah karena jawabannya adalah benar. Laki-laki itu memang sering bertemu dengan El. Biru jadi bingung harus menjawab apa.

"Eh... hehe, iya. Heeem, maksud gue El gimana ngajarin lo main gitarnya?"

BIRU (Langit & Laut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang