HALOOO SEMUAAAAA AKU UPDATE LAGI
SEMOGA BAB INI MENGHIBUR KALIAN YAA HEHE
Oh iya, karena minggu depan aku ada UAS jadi aku memutuskan untuk g update mingdep, bakal aku update lagi setelah aku kelar UAS sekitar tanggal 25-an. Soooo stay tune aja yaaaa
Happy reading^^
----------------------------------------------
Dua minggu Laut tidak ada kabar, berarti dua kali Laut tidak hadir dikegiatan Club Musik. Tia dan Biru sudah menanyakan kabar Laut di group Pengamen Jalanan, melalui personal chat juga sudah dilakukan keduanya, namun tidak pernah ada balasan dari Laut.
Hampir setiap hari Biru dan Tia menyempatkan mampir ke Fakultas Bahasa dan Seni untuk bertanya pada teman-teman kelas Laut. Tapi jawabannya selalu sama, Laut masuk kelas, tapi setelah kelas selesai ia terburu-buru langsung pulang. Sudah dua minggu Laut seperti itu.
Dihari pertama Biru mendapat jawaban seperti itu, ia langsung datang ke rumah Laut. Memencet bel rumah, mengetuk pengait pagar atau berteriak memanggil sudah Biru lakukan tapi hasilnya nihil. Entah Laut memang tidak ada di rumah atau Laut hanya sedang menghindari Biru. Tapi kalau alasannya menghindar, kenapa? Kenapa menghindari Biru?
Biru juga sudah chat El tapi tak ada balasan. Biasanya kalau ada masalah dengan keluarganya El akan pergi ke tempat tongkrongan. Tapi sejak hari itu El tidak pernah ke tongkrongan lagi. Selama dua minggu ini juga. Entah kemana dua kakak-beradik itu.
Saat ini Biru dan Tia sedang ada di kantin Fakultas Bahasa dan Seni. Ya, lagi-lagi mereka habis bertanya pada teman-teman Laut tentang keberadaan Laut. Dan hasilnya selalu sama selama dua minggu ini. Mereka tidak tahu Laut kemana setelah selesai kelas.
Sebenarnya Biru dan Tia sudah tahu tentang jadwal kuliahnya Laut dan bisa saja mengawasi saat jadwal kelas itu sedang berlangsung. Tapi jadwal kuliah Laut selalu bentrokan dengan jadwal kuliah mereka. Jadi kesempatan-kesempatan untuk bertemu Laut selalu hilang.
"Laut kemana ya Ru? Udah dua minggu dia nggak ada kabar, gue pengen bilang sama dia untuk nggak perlu khawatir sama projek ini. Gue pengen bilang sama dia kalo mau istirahat silakan, tapi gue maunya dia berkabar juga sama kita. Gue nggak masalah kalo emang Laut belum siap cerita sama gue, tapi gue khawatir banget kalo dia ngilang kayak gini."
Biru yang mendengar curhatan Tia tentang Laut yang hampir sama selama dua minggu ini hanya bisa menghela napas dan tersenyum getir. Walaupun dia tahu garis besar permasalahan yang sedang Laut hadapi, Biru tidak bisa begitu saja menceritakannya tanpa persetujuan Laut. Bahkan akan lebih bagus jika Laut yang bercerita langsung pada Tia.
"Gue ke toilet dulu ya Ru, habis itu kita cek tempat buat projek kita nanti." Biru mengangguk.
Beberapa menit Biru menunggu, tiba-tiba Tia menelpon. Takut terjadi sesuatu pada Tia, Biru langsung mengangkat telepon tersebut.
"Kenapa Ti?"
"Ru, please ke toilet sekarang." Terdengar nada panik dari suara Tia. Biru berusaha menenangkan Tia, tapi begitu Tia mengatakan alasan kepanikannya mau tidak mau hal itu membuat Biru panik juga.
"Laut pingsan Ru di toilet, please lo ke sini sekarang."
***
Saat mengetahui Laut pingsan di toilet, Biru langsung membawanya ke Rumah Sakit terdekat menggunakan mobilnya --- yang untungnya ia bawa hari ini --- ditemani Tia. Syukurnya Laut sudah sadar sekarang dan sedang ditemani oleh Tia.
Sekarang Biru harus menelpon El, adik Laut. Entah kemana bocah itu selama dua minggu ini. Melihat kondisi Laut setelah dua minggu lamanya menghilang membuat ia sedikit khawatir juga dengan keadaan El. Biru hanya bisa berharap semoga telponnya kali ini diangkat. Atau paling tidak semoga El bisa merasakan firasat tidak enak karena kejadian Laut hari ini.
"Halo bang?" Begitu mendengarnya Biru berkali-kali mengucap syukur dalam hati.
"El, lo dimana sekarang?"
"Gue... di.. di rumah Dino bang." kata El sedikit tergagap.
Biru cukup terkejut, pasalnya saat Biru bertanya pada Dino mengenai keberadaan El, dia bilang bahwa dia tidak tahu dimana El berada. Berarti selama ini Dino membohonginya. Oke, itu bisa urusan nanti, sekarang waktunya Biru fokus sama keadaan Laut dan El.
Untuk menghilangkan rasa kesal dan marahnya, Biru tarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. "Lo tenang ya, gue lagi jalan arah sana."
"Emang kenapa bang?"
"Laut masuk Rumah Sakit, El."
***
Laut sudah sadar beberapa menit yang lalu, tapi dari beberapa menit lalu itu Laut sama sekali belum bicara padanya. Melihat pandangannya saja tidak, seperti menghindari pandangan Tia. Tia berusaha mengerti kondisi Laut yang seperti itu, dengan perlahan ia menggenggam tangan Laut dan mengelusnya.
"Gimana perasaan lo sekarang La?"
Mendengar kata seperti itu membuat Laut jadi emosional. Pasalnya selama dua minggu ini tidak pernah ada yang bertanya padanya seperti itu. Entahlah tentang keadaannya, perasaannya, kondisi hatinya, dan sebagainya.
Tahu bahwa sekarang ini ada yang bertanya seperti itu padanya membuat Laut jadi emosional dan merasa bersalah. Pasalnya Tia belum mengetahui apa permasalahannya, tapi kenapa Tia bisa sepeduli itu padanya tanpa tahu atau menuntut cerita darinya.
Air mata Laut sudah tidak bisa dibendung lagi. Ia terisak sejadi-jadinya. Sakit, sesak, tapi cukup lega. Karena selama dua minggu ini ia menahan mati-matian air mata itu keluar. Ia bisa saja menangis sendirian di kamarnya, tapi hal itu malah membuat Laut makin terlihat miris dan menyedihkan. Itulah kenapa ia tahan air matanya untuk keluar.
Tia cukup panik karena selepas ia bertanya, Laut langsung menangis. Tia memeluk sembari mengelus punggung Laut dan membiarkannya menangis sepuasnya. Tia bakal tunggu sampai Laut benar-benar lega dengan perasaanya.
Setelah melihat Laut sedikit tenang, Tia mengambil air minum yang ada di nakas dekat tempat tidur Laut.
"Tarik napas yang dalem, buang perlahan. Lakuin itu tiga kali. Biasanya sih gue ampuh, semoga itu juga ampuh di lo."
Laut berusaha mengikuti perkataan Tia.
Tarik napas dalam
Hembuskan
Tarik napas dalam
Hembuskan
Tarik napas dalam
Hembuskan
Walaupun masih sesegukan, tapi perasaan Laut sudah cukup baik-baik saja sekarang. Laut rasa ini adalah waktunya untuk berbagi ceritanya pada Tia. Laut sudah tidak bisa menampungnya sendiri.
"Tia, lo mau jadi tong sampah gue hari ini?"
"Kenapa harus hari ini aja? Sampe kita jadi nenek-nenek pun gue bakal siap jadi tong sampah lo." Laut terkekeh mendengar perkataan Tia.
"Pelan-pelan aja. Lo punya banyak waktu buat cerita sama gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU (Langit & Laut)
Fiksi PenggemarBiru Langit Bisa main banyak alat musik, anak futsal, dan anak klub musik. Sifatnya ramah, supel, sopan, asik. Tentu, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dibalik semua sifat baiknya itu, ada dua hal yang sangat menjengkelkan dari diri Bir...