08 - Bryan

115 15 0
                                    

Vyra setengah suntuk sedari tadi berdiam diri di halte seraya menunggu hujan reda
Adik setannya itu entah kemana. Sepertinya Raid memang tidak punya niatan sedikit pun untuk mengajak Vyra pulang bersama.

Dingin. Angin sedari tadi berhembus kencang, petir bersahut-sahutan, dan kilat menampilkan beberapa pertunjukan cahaya di langit, untung saja gadis satu ini tidak takut hal seperti itu.

Hampir setengah jam Vyra duduk di halte bus yang kursinya mulai terasa dingin, Vyra sangat menyesal tidak bawa mobil saja, atau minimal dia bawa jaket, terbukti sekarang dirinya hanya memeluk dirinya sendiri akibat kedinginan, baju nya basah karna angin membuat hujan berbalik arah dan meenrpa dirinya.

"Nih"

Sebuah jaket kulit tiba-tiba tersedia di depannya. Vyra mengangkat kepala menatap sosok pemilik sepatu basah tersebut.

Vyra melihat Diego tengah berdiri menatapnya dengan baju basah seraya menaikan satu alisnya melihat Vyra yang tak kunjung mengambil jaketnya.

Setelah sadar Vyra langusng mengambil jaket tersebut dan mengenakannya
"Makasih, Terus lo gimana? Baju lo basah"

"Gue?" Ulang nya setelah menududukkan diri di samping Vyra.

Vyra hanya mengangguk menatap Diego yang ada di sebelahnya.

"Gue mah gak papa, hujan gini bukan masalah serius" ucap Diego dengan sombong nya.

"Gue dulu kenal orang yang suka ngomong gitu pas kehujanan, dan besok nya dia selalu sakit" ucap Vyra berterus terang tapi kali ini dia hanya memandangi langit dengan tatapan kosong.

"Udah ah, yuk takut kemaleman" ajak Diego mengalihkan pembicaraan.

"Tapi masih hujan" ucap Vyra dengan mengadahkan tangannya merasakan tetes demi tetes air yang turun dari atap halte.

"Gak papa, dari pada kemalem nanti lo di cariin" ucap Diego.

Vyra lalu berdiri dan berjalan beriringan menunju motor Diego yang terparkir tak jauh dari halte

"RUMAH LO DIMANA?" Tanya Diego dengan suara keras karna takut Vyra tak mendengarnya akibat suara hujan.

Vyra memukul bahu Diego "Gak usah teriak, gue gak budek" wajar saja Vyra bisa mendengar dengan jelas, batin aja kedengeran masa ini gak.

"Hah?" Ulang Diego karna suara Vyra tidak terdengar akibat suara petir.

Vyra menghela nafas lelah "DI DEKET RUMAH RAID" ucapnya mengeraskan suaranya agar di dengar Diego.

"Oke!"

Keduanya pun membelah jalanan jakarta yang sedang di guyur hujan deras di sore hari. Seperti kisah dilan dan milea di jalan buah batu, tapi ini bukan lah kisah Dilan melainkan kisah sosok gadis yang mencoba mencari sahabat masa kecil nya yang entah dimana dia berada.

¤¿¡¤¿¡▪︎¿¡¤¿¡¤


"Ini rumah lo?" Tanya Diego saat Vyra turun dari atas motornya.

"I-iya" jawab Vyra gugup takut Diego tidak mempercayainya.

"Oh, pantes aja lo kenal Raid, orang sebarangan" monolog Diego dengan menatap rumah Raid yang berada di sebrang rumah Vyra.

Matanya tak sengaja menatap sosok wanita paruh baya yang masih saja cantik di umurnya yang sudah tidak muda lagi
Seketika Diego membuang muka dan menggeleng-geleng kecil.

"Kenapa?" Tanya Vyra yang melihat gelagat aneh Diego.

"Ga-gak lupain aja, gue balik dulu" Jawab Diego terbata-bata lalu mulai memakai helmnya kembali.

ElvyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang