Chapter 13

480 96 2
                                    

"Silahkan, Yang Mulia," Yaya menyerahkan semangkuk ramuan hangat untuk Halilintar, asap tipis masih mengepul ketika mangkuk itu disodorkan padanya.

Biasanya Halilintar tidak suka aroma-aroma menyengat dan obat dengan jenis apapun, tapi kali ini berbeda. Ramuan yang diberikan Yaya terbuat dari jahe, ginseng, daun mint, dan beberapa bahan lainnya yang bisa membantu menghangatkan tubuh.

Melihat asap mengepul saja Halilintar sudah langsung ingin menyentuhnya.

Ia hanya berada dalam air kurang dari satu menit, berterima kasihlah pada Yaya yang datang tepat waktu dan langsung menyelamatkannya. Tapi Halilintar mana mau mengakui hal itu? Diselamatkan seorang perempuan, itu melukai harga dirinya.

Hanya saja itu bukan pikiran utamanya. Sekarang Halilintar sangat kedinginan, ia bahkan langsung melompat ke atas tempat tidur dan membungkus tubuhnya dengan selimut setelah membuka semua pakaian basahnya. Tidak tahu apa Yaya melihat sesuatu atau tidak, intinya Halilintar hanya merasa dingin dan ingin menemukan kehangatan secepatnya.

Sekarang uap panas di dalam mangkuk itu terlihat sangat menggoda, dengan cepat Halilintar mengulurkan tangannya keluar dari selimut.

Dirinya benar-benar bermusuhan dengan air, sebentar saja terkena air kulitnya langsung mati rasa. Ramuan sepanas itu terasa hangat di tangannya, jadi tanpa perhitungan Halilintar langsung meminumnya dalam sekali tegukan.

"Waa ... panas!" sebagian ramuan dimuntahkan olehnya, membasahi selimut yang masih membalut seluruh tubuhnya. Halilintar menjulurkan lidah, ia merasa mulut dan tenggorokannya terbakar.

Kenapa ramuan itu terasa hangat di tangannya tapi begitu panas di mulut?

Ramuan yang sudah tertelan tidak bisa dikeluarkan kembali, akibatnya sepanjang ramuan itu mengalir ke perutnya benar-benar terasa panas.

Halilintar ingin menangis saja rasanya. Kenapa hari pertamanya di dunia ini sudah begitu sial? Ia memang tidak seharusnya berada di sini.

Yaya yang melihat itu hanya menggelengkan kepala dengan pasrah. Ia tidak pernah tahu tuan mudanya memiliki sifat serampangan seperti ini.

"Sebaiknya Yang Mulia beristirahat saja untuk pagi ini, saya akan mengantarkan sarapan untuk Yang Mulia."

Di antara semua anggota keluarga kaisar, hanya Halilintar yang tidak pernah ikut sarapan bersama. Ratu Lighty selalu beralasan jika Halilintar masih mengalami trauma masa kecil, sehingga dia akan takut ketika bertemu orang lain.

Hebatnya, Kaisar selalu mempercayai hal itu.

Ucapan Yaya tidak dipedulikan Halilintar. Ia terus menerus menjulurkan lidahnya sembari membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut, menyisakan bagian wajah. Di mata Yaya, keadaan Halilintar persis seperti ulat bulu besar.

Ramuan yang membasahi selimut tidak terlalu banyak, tapi tetap saja itu terasa dingin, jadi Halilintar merengek agar Yaya menggantikan selimut untuknya.

Tentu saja Yaya mengerti, ia meminta Halilintar berganti pakaian lebih dulu dengan pakaian yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian meminta dua pelayan di luar kamar untuk mengambilkan selimut baru dan merapikan tempat tidur. Dirinya sendiri keluar untuk menyimpan mangkuk ramuan yang dibuat sendiri olehnya.

Selang beberapa saat, Halilintar telah bergelung kembali di atas tempat tidurnya. Ada dua selimut yang membungkus tubuh, keduanya tak kalah hangat dan nyaman dari sebelumnya. Aroma menyenangkan dari selimut-selimut itu menguar memasuki indera penciumannya, membuat Halilintar merasa nyaman dan tanpa sadar tertidur.

Ia tidak biasa tidur pagi, di dimensi modern ibunya akan langsung menjewer telinganya dan menendang bokongnya jika ia tidur pagi, kemudian tidak memberinya sarapan dan mengusirnya dari rumah selama setengah hari. Sekarang Yaya malah menyuruhnya istirahat karena melihat betapa ia sangat kedinginan. Tentu saja Halilintar tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang