Chapter 7

1.1K 155 92
                                    

"Hahahah, itu lucu sekali. Aku benar-benar tidak pernah melihatnya seperti itu."

"Siapa mengira sikapnya akan berubah sedrastis itu?"

Ledakan tawa terdengar mengusik gendang telinganya, membuka Halilintar terpaksa menemui kesadaran. Ia mengerang, sedikit membuka kelopak matanya untuk membiasakan diri dengan pencahayaan yang terang. Barulah ketika matanya sudah mulai terbiasa, Halilintar membuka kelopak matanya lebih lebar lagi.

"Ugh ..." sedikit meringis saat merasakan kepalanya berdenyut nyeri, suara Halilintar berhasil menarik perhatian tiga pasang mata yang sejak tadi sibuk bercengkerama.

"Hallo, Kakanda. Apa yang Kakanda lakukan di sini?" suara bernada centil terdengar, sarat akan ejekan terang-terangan. Terlebih setelah kalimat itu selesai, suara tawa menggelegar pecah.

"Oh Kakanda, kenapa kau harus bangun terlalu cepat?" suara lain menyahut, ikut tertawa di akhir kalimatnya.

Setelah berhasil memfokuskan pandangan lebih jelas, Halilintar tahu dua suara itu ditujukan padanya. Mendengar ejekan-ejekan dari dua orang berbeda, Halilintar tidak bisa untuk tidak mengingat apa yang terjadi sebelum dirinya pingsan.

"Ugh ..." ia mengusap wajahnya dengan kasar, tak bisa menyembunyikan rona merah di wajahnya ketika ia menyadari apa yang telah dilakukan sebelumnya.

"Ugh ... Kakanda kita sedang malu-malu ..." salah satu dari kedua orang itu mencubit sebelah pipi Halilintar, ia tertawa saat korbannya justru memalingkan wajah.

"Ya ampun ... Kakanda tersayang sedang memerah. Apa itu tandanya Kakanda sedang jatuh cinta?" yang lainnya menimpali, menjulurkan kepalanya untuk melihat wajah Halilintar yang berpaling.

"Tsk, sudahlah kalian. Berhenti menggodanya," suara lain yang bukan berasal dari dua orang pertama terdengar, itu datang dari seekor kucing kecil berbulu kuning-hitam yang duduk di atas meja.

Mendengar suara itu, Halilintar menoleh untuk memastikan pendengarannya. Ia sangat mengenal suara itu, dan tepat ketika ia berbalik, sosok berbulu menyapa penglihatannya.

"Ochobot?!" Halilintar memekik, meraih leher kucing itu dan mengangkatnya tinggi, "kubunuh kau, sialan. Berani sekali kau membuatku seperti ini!"

Dengan marah Halilintar mencekik si kucing kuning, membiarkan kucing itu menggantung di tangannya.

"Hey hey hey, lepaskan, Kak Hali!" Frost menepuk tangan sang kakak dengan keras, membuat Halilintar mengaduh kemudian melepaskan cengkeramannya pada Ochobot tanpa sadar.

Sang korban mengeong kemudian melompat ke pundak Frost dengan cepat, mendelik pada Halilintar yang membalas delikannya.

"Apa? Nantangin lu?" Halilintar bertanya garang, menunjukkan kepalan tinjunya pada kucing kecil berbulu kuning keemasan itu.

"Huh, tidak tahu terima kasih," Ochobot mencibir, meringkukkan tubuh mungilnya di pundak Frost dengan nyaman kemudian memalingkan wajah, enggan melihat Halilintar yang menatapnya dengan nafsu membunuh.

"Hehe, sudahlah, Kak Hali. Tenang dulu ya?" Gempa menepuk pundak sang kakak dengan ringan, mencoba memperbaiki suasana hati sang kakak walaupun ia sendiri kesulitan mengendalikan sudut bibirnya yang berkedut. Ya ampun, kakaknya selalu terlihat lucu.

Seolah menyadari isi pikiran Gempa, Halilintar menghempaskan tangan itu kemudian beringsut menjauh, enggan berdekatan dengan orang-orang yang menertawakannya.

Tahu suasana hati sang kakak yang memburuk, Frost dan Gempa saling pandang. Keduanya menghela nafas, kali ini benar-benar berusaha menghilangkan tawa mereka sebelumnya.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang