Chapter 32

365 71 2
                                    

"Konyol, dia selalu sangat cerdas dan teliti, bagaimana bisa dia bahkan tidak ingat seluruh kekaisaran besar di Benua Timur ini? Kekaisaran galaksi, katanya? Huh, kekacauan dimensi malah membuatnya bodoh," setelah Frost membawanya kembali dari Istana Timur, Gempa terus menggerutu. Raut wajahnya begitu suram seolah seluruh dunia berbuat salah padanya.

"Aku tidak tahu apa lagi yang berbeda darinya, setelah kepribadiannya berubah, ingatannya juga hilang. Lalu, apakah kita benar-benar bisa menyelesaikan tujuan kita untuk masa depan?" memikirkan peperangan yang akan terjadi dalam waktu dekat, Gempa benar-benar sangat gelisah. Di antara mereka bertiga, hanya Halilintar yang memiliki lebih banyak informasi, baik itu tentang Dark, maupun Ratu Lighty. Tapi sekarang, setelah Halilintar hilang ingatan, apa yang harus mereka lakukan? Bukankah ini sama saja seperti berjalan tampa arah tujuan?

"Tenanglah," di dekatnya, Frost menghela nafas. Punggungnya bersandar di dekat jendela kamar sang adik yang terbuka, menampakkan pemandangan malam dengan aroma hujan dan tanah basah yang menyegarkan pikiran, "apakah mungkin ada kekaisaran yang kita lewatkan?"

Gempa mencebik, menatap sang kakak dengan kesal, "lihatlah, sekarang kau pun ikut-ikutan kacau."

Melihat raut wajah Gempa yang tidak mengenakkan, Frost kembali menghela nafas, ia bicara dengan perlahan, "semenjak perang besar itu terjadi, aku selalu merasa semua tidak sesederhana yang terlihat. Tujuan Frost, tujuan Ibu Ratu dan bahkan tujuan Kaisar, juga orang-orang yang terlibat di dalamnya, entah kenapa terasa begitu janggal."

Tidak perlu berbicara tentang tiga ramuan abadi yang selama ini menjadi mitos tapi secara tiba-tiba berada di tangan Pangeran Pertama, cukup pikirkan tentang Ratu dan Kaisar. Dua orang yang saling mencintai dan selalu begitu penuh kasih di setiap waktu, tiba-tiba saling menodongkan senjata satu sama lain tanpa ragu. Dan lagi, pasukan yang dibawa Ratu Lighty itu, bukankah sebagian besar adalah orang-orang kepercayaan Kaisar?

Sebagai seorang gadis desa yatim piatu yang tidak memiliki dukungan, bagaimana bisa Ratu membangun relasi dengan orang-orang seperti ini yang bahkan membuat mereka berani menghianati kaisar? Apa yang Ratu janjikan untuk mereka?

Terlebih, pasukan di pihak Pangeran Pertama ...

"Apa maksudmu?" Gempa mengerutkan keningnya dengan bingung. Setelah beberapa lama, ia sadar ini bukan waktu yang tepat untuk melampiaskan kekesalan, jadi ia segera menekan perasaan tak nyaman di hatinya dan duduk dengan tenang di kursi samping tempat tidur, menatap sang kakak yang terlihat berpikir keras.

Frost tak langsung menjawab, ia menatap Gempa seolah ingin mengatakan sesuatu tapi merasa bingung bagaimana cara mengatakannya, hingga pada akhirnya ia menghela nafas kembali dan menyerah untuk bicara.

"Sudahlah, aku lelah, kita akan bicarakan nanti saja," tanpa menunggu balasan Gempa, Frost menggunakan kuasa teleportasinya untuk kembali ke kediaman miliknya.

Ditinggalkan begitu saja membuat Gempa merengut, sebelum kekesalannya meluap kembali ia segera melompat ke tempat tidur dan membungkus tubuhnya dengan selimut. Tidak ada gunanya marah-marah tanpa ada orang di sekitarnya, sebaiknya ia tahan sampai menemukan beberapa orang yang cocok menjadi pelampiasannya. Jadi, untuk saat ini, ia perlu tidur lebih dulu.

Ketika Gempa mulai memejamkan mata, hujan masih menghujam bumi dengan deras, tetesan airnya mengalir membentuk arus kecil menuju tempat yang lebih rendah. Bersamaan dengan angin yang bertiup kencang, suhu dingin secara perlahan mulai menyebar, membuat para pelayan dan prajurit yang berjaga dihinggapi rasa kantuk yang hebat. Mereka terduduk di tempat-tempat berjaga, saling menyender dengan sesama rekan dan secara perlahan menekuk lutut, lambat laun membuat mereka tenggelam dalam tidur di tengah lebatnya hujan.

Mungkin karena itulah, tidak ada satupun yang memperhatikan genangan air kecil yang mengalir melawan arus yang seharusnya, seolah ia terpisah dari air hujan lain yang bergerak sesuai hukum alam. Tetesan air itu merambat naik, berkumpul di lantai dekat salah satu jendela kamar Gempa.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang