Chapter 1

2.7K 229 76
                                    

Halilintar menggemeretakkan gigi, menahan serangan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Darah merembes dari pakaian merah yang dikenakannya, ketika ia bergerak, tubuhnya gemetar seolah ribuan pisau di arahkan ke setiap inci tubuhnya.

Meski begitu, ia berusaha tetap berdiri tegak dengan bertumpu pada sebuah pedang yang tertancap kuat di dalam tanah. Wajah dengan bercak darah di pelipis kanan itu pucat, nafasnya terengah, terlihat jelas jika ia tengah memaksakan diri.

"Menyerahlah, Hali, demi kebaikanmu," Dark berbicara dengan pelan, suaranya dingin dan kosong, seolah ia adalah tubuh tanpa jiwa yang hanya mengatakan sesuatu tanpa memikirkannya.

Keadaan pemuda bermata hitam itu jauh lebih baik dari Halilintar, tubuhnya masih bisa berdiri dengan tegak, kedua tangannya menggenggam pedang kembar yang melegenda, memercikkan petir hitam dengan pijaran yang kuat. Zirah perang berwarna keperakan miliknya terkotori darah, tapi tak satupun dari tetesan darah itu berasal dari tubuhnya, semua itu murni milik orang lain, salah satunya adalah Halilintar.

Hal itu membuat Halilintar semakin menatap benci padanya. Setelah sekian lama mereka bertarung, kenapa hanya melukai seinci kulitnya pun tidak dapat dilakukan? Seberapa kuat orang ini? Bahkan Halilintar harus mempertaruhkan nyawa untuk mengalahkannya, kenapa masih belum berhasil?

Kegagalan ini, kekalahan ini, Halilintar menelannya jauh di dalam hati. Ini bahkan lebih tidak mengenakkan dari pada semua luka yang ia derita. Dirinya sudah sering kalah, sudah tahu bagaimana rasanya kecewa, tapi kekalahan dan kekecewaan yang dirasakannya saat ini, benar-benar tidak bisa diterima akal sehatnya.

Kenapa?

Ia sudah mempertaruhkan banyak hal, ia tidak bisa menerima jika dirinya akan kalah begitu saja. Apa yang harus dilakukannya sekarang?

"Sudah sejauh ini, kau masih berani menyebutkan namaku?" suara Halilintar terdengar lirih, meski begitu, nada dingin yang penuh dendam tak bisa disembunyikan darinya. Apa yang dilakukan Dark telah melewati batasannya, Halilintar tidak bisa lagi mempertahankan ikatan rapuh yang selama ini berusaha ia pertahankan.

"Kenapa tidak?" Dark mengangkat alisnya, sepasang mata hitamnya yang kosong terlihat menakutkan ketika bertatapan dengan mata merah Halilintar, "kau tahu tidak mungkin lagi menang melawanku. Untuk apa mempertahankan pertarungan ini? Mati atau tidak, kau tetap akan masuk dalam kendaliku."

Tangan Halilintar yang menggenggam pedang mengepal dengan erat, seolah ingin menghancurkan pedang dengan percikan petir merah itu dalam genggamannya. Kebencian dalam hatinya semakin meluap, membuat Halilintar bahkan tidak memiliki kesempatan untuk bernafas dengan baik.

Inilah yang tidak bisa diterimanya. Ia tidak bisa mati begitu saja, tidak bisa mengalah begitu saja walaupun ia tahu sekarang dirinya tidak memiliki kemungkinan untuk menang.

Dark adalah orang yang licik, sekali Halilintar mati, maka Dark akan melakukan segala cara untuk menjadikannya kembali hidup, walau itu harus membiarkannya menjadi mayat hidup sekalipun.

Apa yang lebih mengerikan dari mayat hidup? Halilintar bahkan lebih rela tubuhnya hancur tanpa sisa daripada dibangkitkan kembali sebagai mayat hidup. Ia tidak bisa membayangkan kesengsaraan apa yang akan didapatnya ketika hal itu terjadi.

"Tapi tentu saja, hidup lebih baik daripada kematian, bukan? Selama kau menyerah, maka kau tidak akan lagi merasakan sakit," rupanya Dark belum selesai bicara, ia masih memiliki harapan kecil dalam hatinya, bahwa pertarungan saudara ini tidak akan berlanjut kembali.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang