Chapter 28

320 74 1
                                    

"Apa aku perlu meminta Ayah Kaisar untuk memanggilkan guru tata krama khusus untukmu, Kak Hali?" Gempa menyipitkan matanya, mengeluh dengan sikap sang kakak kedua yang begitu berbeda dari sebelumnya. Apa yang ia pelajari di dimensi lain? Kenapa Kak Halinya jadi seperti ini?

Setelah keluar dari bawah tempat tidur, Halilintar langsung menepuk-nepuk pakaiannya, mengusir debu yang mungkin menempel di sana. Ketika mendengar pertanyaan Gempa, ia langsung bergidik pelan. Dalam drama kerajaan yang sering dilihatnya di televisi, Halilintar tahu pelajaran tata krama adalah jenis pelajaran paling membosankan sekaligus paling menakutkan. Selain guru yang killer, apa yang dipelajari juga adalah sesuatu yang benar-benar kaku. Mana mau ia mengikuti pelajaran seperti itu?

"Sudahlah, ada yang ingin kami bicarakan denganmu, Kak," Frost berjalan ke kursi yang sebelumnya ia duduki, kemudian mengisyaratkan dua bersaudara mendekat. Jika menyangkut masalah Dark dan masa depan, ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Melihat raut serius sang pangeran ketiga, baik Gempa maupun Halilintar akhirnya menurut. Gempa mengambil tempat duduk yang sama sebelumnya, sedangkan Halilintar mengambil posisi di antara keduanya.

"Apa yang ingin kalian bicarakan?" mungkin karena kedua pangeran itu menunjukkan raut serius, membuat Halilintar tanpa sadar ikut terpengaruh. Meski begitu, pikirannya diam-diam menebak apa yang akan dibicarakan keduanya. Apakah ini tentang ketidakhadirannya selama ini? Apakah Ibu Ratu akan memberinya hukuman?

"Apa yang kau tahu tentang Dark?" Frost bertanya secara langsung. Mengingat Halilintar tidak memiliki banyak ingatan tentang dimensi ini, ia perlu mencaritahu sejauh mana Halilintar mengenal Dark.

"Hm?" Halilintar mengerutkan alisnya, jadi Frost tidak sedang membicarakan ketidakhadirannya beberapa hari ini? "tidak banyak. Seingatku Dark adalah pangeran pertama, dia cukup baik. Tapi samar-samar aku melihatnya menyerangku dalam peperangan waktu itu."

Frost dan Gempa tahu perang mana yang dimaksud Halilintar, itu adalah perang besar yang membuat mereka kembali ke masa lalu.

"Hanya itu?" Gempa bertanya, raut wajahnya tampak tidak puas. Jika ingatan Halilintar begitu terbatas hanya pada kesan Dark sebagai 'cukup baik' dan 'menyerangnya dalam peperangan', maka mereka perlu mengenalkan tentang Dark lebih jauh lagi. Bukankah itu memakan waktu lama?

"Kak Hali," Frost mungkin menyadari isi pikiran Gempa, jadi ia memutuskan untuk mulai menjelaskan, "Dark adalah musuh terbesar kita. Perang yang kau lihat dalam ingatanmu itu, adalah perang yang dipicu olehnya. Ada tiga kubu dalam perang itu, salah satunya adalah pasukan pangeran pertama yang terdiri dari seluruh master dan murid akademi militer Selatan, sedangkan dua pasukan lainnya adalah milik Ayah Kaisar, dan Yang Mulia Ratu Lighty. Ketiga kubu saling membunuh satu sama lain, yang pada akhirnya, setelah delapan bulan hanya menyisakan empat orang, yaitu kau, aku, Gempa dan Dark. Hanya kami berempat."

Suara Frost terdengar sendu. Kejadian saat perang, dari awal hingga akhir selalu terukir jelas dalam ingatannya. Bagaimana Kaisar dan sang ratu yang selama ini terkenal saling mencintai pada akhirnya saling membunuh, bagaimana sang ratu yang lembut berubah menjadi sosok ganas yang menyeramkan, dan bagaimana keluarga kekaisaran terpecah belah hanya untuk mempertahankan hidup mereka masing-masing.

"Tujuan Ibu Ratu adalah untuk balas dendam, tujuan Ayah Kaisar hanyalah untuk bertahan, sedangkan Dark, dia ingin ... mendapatkanmu."

Halilintar mengernyit, "apa maksudnya 'mendapatkanmu'?"

"Dia terobsesi denganmu, Kak," Gempa menimpali, mengingat bagaimana tatapan kakak pertamanya untuk sang kakak kedua. Dulu mungkin tidak ada yang memedulikan tatapan itu, tapi setelah niat Dark terungkap dalam perang, mereka mulai menyadari apa yang sebenarnya Dark inginkan.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang