Chapter 21

329 68 0
                                    

"Mana mungkin?!" Halilintar membantah dengan keras, "bukankah dia terlihat sangat muda? Usianya pasti belum mencapai setengah abad kan? Bagaimana bisa dia memiliki anak berusia 40 tahun?"

Sulit dipercaya. Halilintar sangat yakin kaisar yang dilihatnya itu begitu muda, tubuhnya masih kekar dan wajahnya bahkan hanya memiliki sedikit lipatan, bukankah pria tua ini berbohong terlalu jelas?

Si pria menjawab dengan datar, "tahun lalu usianya 78 tahun".

"Apa?!" Halilintar memekik, hampir membuat pria itu bernafsu memukul kepalanya untuk kesekian kalinya, "bagaimana bisa? Dia ... dia terlihat ...."

Decakan halus terdengar menahan kalimat Halilintar yang tergagap, "jangan bertanya apapun lagi tentangnya. Semakin sedikit kau tahu maka itu akan semakin baik. Sudahlah, cepat masuk ke rumahku, aku tidak suka melihat tubuh kotormu yang bau ini!"

Ucapan pria itu membuat Halilintar ingat tentang keadaannya saat ini, membuatnya mau tak mau harus menurut. Ia tidak mungkin berkeliaran dengan pakaian kotor penuh lumpur kan? Tanpa kata ia mengikuti langkah si pria tua memasuki rumah, menemukan suasana di dalam rumah kayu itu terbilang nyaman. Ruangannya mungkin kecil dengan beberapa perabotan sederhana yang hampir semuanya terbuat dari kayu dan rotan, tetapi tata letak barang dan dekorasi sederhana itu terlihat sengaja dibuat senyaman mungkin, membuat orang yang berkunjung sulit untuk pergi.

"Masuklah, jangan mengotori rumahku dengan berdiri lama di sana!" entah sejak kapan pria itu telah membukakan sebuah pintu lain di dalam rumah, yang Halilintar asumsikan sebagai ruang pemandian. Karena ia memang membutuhkan bantuan si pria untuk membersihkan diri, pada akhirnya Halilintar hanya mendengus tanpa membantah komentar sinis pria itu.

Sejenak Halilintar berpikir ia akan menemukan hamparan air luas seperti pertama kali ia ke ruang pemandian di istananya, itu membuatnya takut. Tapi kemudian yang dilihatnya hanya ruang pemandian biasa dengan bak mandi kecil yang terisi air setengahnya. Di sisi bak mandi itu ada rak kecil tempat peralatan mandi, cukup sederhana.

Halilintar menghela nafas, baiklah, sepertinya tempat ini lebih baik dari pada istana.

***

Selir Firy baru saja pergi dari hadapan sang ratu ketika sekelebat bayangan muncul di taman, berlutut tepat di belakang sang ratu. Tanpa perlu berbalik, Ratu mengenali siapa bayangan itu.

"Ada apa, Ken?"

Ken, salah satu orang setianya, ksatria yang biasanya akan melindungi di balik bayangan.

"Ksatria Shielda baru saja mengirim pesan, Yang Mulia," Ken menjawab tanpa mengangkat kepalanya, "Yang Mulia Pangeran Kedua tiba-tiba menghilang dari kamarnya. Sekarang, seluruh pelayan dan prajurit di Istana Timur sibuk mencarinya."

Kedua alis sang ratu saling bertautan mendengar kabar yang baru disampaikan, meski begitu sikapnya tetap luar biasa tenang seolah tidak ada hal yang bisa mengganggunya. Dengan santai Ratu Lighty menuangkan kembali teh ke dalam cangkirnya, kemudian menyesap dengan gaya yang anggun, "lalu?"

"Para ksatria yang mengawasi di sekitar kediaman telah memastikan bahwa tidak ada jalan yang bisa digunakan untuk keluar istana tanpa lolos dari pandangan mereka. Terlebih lagi para pelayan telah melaporkan usaha Pangeran Kedua yang terlihat ingin menyusup keluar sebelumnya, sehingga penjagaan di dalam dan luar istana ditingkatkan dua kali lipat, jadi sangat tidak mungkin jika pangeran berhasil keluar tanpa ada yang menyadarinya".

Keamanan di Istana Timur sudah tidak diragukan lagi, seolah-olah bahkan lalat sekalipun tidak bisa masuk dan keluar dengan bebas selama mereka tidak memberi izin. Dengan kata lain, sangat tidak mungkin bagi Halilintar untuk keluar kediamannya sendiri, kecuali ia menggunakan metode lain atau ada orang di kediaman yang membantunya keluar diam-diam.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang