Chapter 24

311 65 0
                                    

"Huh, pria tua sialan, awas saja, aku akan menghajarmu kalau kita bertemu lagi!" Halilintar menggemeretakkan gigi dengan kesal, ia berjalan dengan kaki dihentak kuat, terlihat sangat marah.

Keadaan lorong yang temaram dengan hanya titik-titik cahaya kecil yang entah terbuat dari apa membantu Halilintar menyembunyikan wajahnya yang merah karena marah, sepasang irisnya melotot dengan ganas, terlihat siap membunuh apapun yang memasuki indera penglihatannya.

"Awas saja, aku akan benar-benar menghajar pak tua itu!" masih menyuarakan gerutuan kesal, Halilintar terus berjalan di sepanjang lorong yang sunyi.

Ia tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya. Satu-satunya hal terakhir yang diingat adalah dirinya baru selesai makan malam bersama pria tua itu, lalu setelahnya ia tidak mengingat apapun lagi. Tahu-tahu dirinya sudah terbangun di dekat sebuah pintu batu di dalam gua, pintu yang sangat dikenalinya sebagai ujung dari jalan rahasia yang dilalui sebelumnya.

Awalnya Halilintar ingin menghabiskan beberapa hari lagi di tempat si pria tua, jika beruntung mungkin ia bisa bertemu kembali dengan kaisar tua tapi muda yang dilihat sebelumnya, atau mengetahui sedikit tentang negara yang dipimpin kaisar tersebut. Beberapa saat yang lalu Halilintar mulai mengerti jika ia tidak berada di kekaisarannya sendiri, bahwa jalan rahasia itu benar-benar membawanya ke negara yang lain. Jadi tentu, ia perlu mencari tahu beberapa hal di sana untuk dibicarakan dengan Frost dan Gempa, bukan?

Namun, belum sempat memenuhi keinginannya, pria tua itu sudah mengirimnya ke depan pintu batu tanpa diketahui kapan waktunya. Bagaimana Halilintar tidak kesal?

Hampir saja ia berniat kembali ke tempat pria tua itu, tapi setelah ia ingat bahwa pintu batu itu ada di bagian dalam gua, sedangkan jalan dari pintu batu menuju mulut gua dipenuhi berbagai macam jebakan yang membuat tubuhnya dipenuhi kotoran sebelumnya, Halilintar memutuskan untuk menyerah. Ia bukan maniak kebersihan, tapi jika dihadapkan pada kotoran bermacam aroma busuk yang membuat hidungnya mati rasa, maka Halilintar tidak memiliki cara untuk menghadapinya.

Mungkin ia perlu kembali lebih dulu dan menanyakan pada Frost ataupun Gempa bagaimana cara mengatasi bau-bau tidak sedap seperti itu.

Dengan pemikiran itu, Halilintar akhirnya membuka pintu batu kembali, ia mulai membuat pemahaman bahwa jalan rahasia ini memang disediakan untuk para pangeran, karena dalam ingatannya, jalan rahasia terbuka setelah jarinya terluka dan meneteskan darah. Pemahaman itu dikonfirmasi ketika Halilintar juga meneteskan darah pada pintu batu yang langsung terbuka satu detik kemudian.

Memikirkan hal itu, memang wajar jika pintu ada di dalam kamarnya. Mungkin semua pangeran juga memiliki jalan rahasia? Tapi, kenapa jalan rahasia harus terhubung ke kekaisaran lain? Dan kenapa harus ada di dalam gua yang penuh dengan jebakan?

Mengingat jebakan, Halilintar kembali teringat si pria tua itu. Tentu saja suasana hatinya kembali suram, mengingat pria itu membuat kekesalannya terus meningkat.

'Lihat saja, aku akan benar-benar membalasnya!' Halilintar mengangguk dengan penuh tekad. Ia akan kembali ke tempat itu dan membuat si pria tua merasakan balasan karena telah mengirimnya kembali ke dalam gua. Tapi sebelum itu, ia harus bertahan untuk terus berjalan di lorong yang gelap.

Halilintar tidak tahu sudah berapa lama dirinya berjalan, dua hari? Tiga hari? Ia yakin perjalanannya di lorong begitu panjang, tapi entah kenapa ia tidak merasa lapar ataupun lelah sama sekali. Akhirnya, setelah berjalan cukup lama, Halilintar sampai di sebuah pintu batu yang lainnya, ia tahu itu adalah akhir dari lorong bercahaya minim ini.

Membuka pintu batu, Halilintar disuguhkan pada sebuah ruangan luas yang kosong. Dindingnya terbuat dari batuan murni yang kokoh dan kuat, di sekelilingnya ada cahaya yang jauh lebih terang dari pada lorong tadi, membuat keadaan di dalam ruangan jauh lebih menyenangkan. Dalam ruangan itu, ada sekitar lima pintu yang terbuat dari batu, masing-masing pintu diapit oleh titik cahaya yang membuat sebuah tulisan di atas pintu terlihat cukup jelas.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang