Chapter 26

387 74 1
                                    

_ 3 tahun lalu _

"Ice? Kenapa diam saja? Ayo main!"  Ice baru saja kembali dari Istana Bulan tempat ibunya tinggal, ketika Gempa menarik tangannya menuju taman Istana Honesty.

Sehari yang lalu, Ice yang biasanya sangat pendiam tiba-tiba merengek ingin tidur di kamar ibunya, ia bahkan menangis dan menolak untuk makan. Tentu saja berhasil membuat penghuni istana khawatir.

Sebagai seorang ibu yang lembut dan penuh perhatian, tidak butuh waktu lama bagi Ice untuk diizinkan tidur di Istana Bulan. Ia baru kembali pagi ini setelah seluruh anggota keluarga kekaisaran menyelesaikan sarapan bersama.

Bahkan sebelum sempat kembali ke kamarnya, Ice telah ditarik oleh Gempa untuk bermain bersama saudara mereka yang lainnya.

Di taman Honesty itu, tampak empat anak lain dengan usia berbeda tengah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Di antara mereka ada Taufan, saudara kembar Gempa yang tengah mengerjai para pelayan pribadinya bersama Blaze. Tak jauh dari keduanya, ada Thorn  yang berusia 10 tahun tengah duduk dengan kaki berselonjoran di tanah, bertanya ini dan itu kepada para pelayannya hingga membuat mereka kewalahan menjawab, lalu kemudian ada Solar yang masih berusia 9 tahun tengah memaksa pelayannya untuk membawakan lebih banyak buku tentang sejarah, ia terlihat marah ketika para pelayan malah membawakan buku cerita bergambar yang baginya sama sekali tidak menarik.

Itu adalah rutinitas keseharian para putra sang ratu, mereka selalu berkumpul di taman belakang Istana Honesty dan melakukan kegiatan masing-masing. Gempa, yang saat ini sedang menarik Ice untuk berdiri di tengah taman, setelah menempatkan Ice di sana, ia segera menarik tangan Thorn untuk ikut dengannya, membawanya ke dekat Ice yang hampir tertidur meringkuk di tengah taman.

Melihat itu, Gempa segera memukul Ice dengan kekuatan anak kecilnya, mendelik dengan mata besarnya yang lebar, "jangan tidur, Ice. Kita kan mau main! Nah, Thorn, duduk di sini, jangan ke mana-mana ya?"

Tanpa menunggu balasan Thorn, Gempa kembali berjalan, kali ini ia menarik Taufan dan Blaze yang baru saja akan melemparkan tikus kecil ke arah para pelayan, membuat keduanya memekik kaget hingga tikus-tikus dalam genggaman mereka melompat dan berhasil melarikan diri. Keduanya mengeluh sedih, tapi Gempa lebih dulu menarik tangan dan membawa mereka ke tengah taman.

"Kak Taufan sama Blaze harus duduk juga, nanti kita main!" Gempa menekan bahu kedua saudaranya untuk duduk di dekat Ice dan Thorn, memastikan mereka duduk membentuk lingkaran.

"Oke, tinggal Solar!" Gempa dengan semangat kembali berlari ke arah Solar yang masih fokus dengan bukunya. Itu adalah buku sejarah sesuai apa yang ia inginkan.

Baru saja membaca beberapa paragraf di dalamnya, Gempa telah menarik tangan Solar hingga membuat anak 9 tahun itu tersentak kaget bahkan sampai terjatuh dari tempat duduknya.

"Kak Gempa apa-apaan sih?" Solar jelas sangat marah. Ia baru saja mendapatkan apa yang diinginkannya, tapi semua itu terganggu oleh Gempa yang tiba-tiba menariknya hingga jatuh. Bagaimana ia tidak marah?

"Aku mau ngajak Solar main, ayo!" tanpa merasa bersalah, Gempa menarik Solar untuk ikut dengannya.

Berbeda dengan saudara mereka yang lain, Solar adalah yang paling keras kepala. Ia menarik tangannya dari genggaman sang kakak, menolak untuk ikut.

"Nggak mau! Solar mau baca, Solar nggak mau main sama Kakak!"

Ketika ia akan berbalik ke tempat duduknya, kerah pakaian Solar lebih dulu ditarik oleh Gempa, membuat anak itu berteriak marah dan memukul-mukul tangan Gempa dengan tangan kecilnya.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang