Chapter 29

359 74 5
                                    

Chapter 29 di re-publish karena ada banyak tambahan di dalamnya.

.
.
.
.
.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan?" setelah menyadari apa yang dikatakan Halilintar memang ada benarnya, Gempa mulai menanyakan pendapat.

Halilintar berpikir sejenak, "menurutku kita biarkan saja si Dark ini dengan urusannya sendiri, karena kita tahu kita tidak akan bisa menghentikannya untuk kembali ke Istana ini cepat atau lambat, maka kita harus fokus pada hal lain yang lebih berguna."

"Dan apa itu?" Frost menaikkan sebelah alisnya, menunggu sang kakak mengutarakan pemikirannya sendiri.

"Tentu saja mengumpulkan pasukan," Halilintar menjawab cepat, "saat perang tidak bisa dihindari, maka yang harus kita lakukan adalah melawan, bukan?"

Di masa lalu, Halilintar berpikir jika ia mungkin adalah seorang yang penakut, mengingat bagaimana tubuhnya selalu gemetar hebat setiap kali ia melihat adegan pembunuhan maupun darah, bahkan sekalipun itu adalah adegan di televisi, ia selalu kesulitan mengendalikan tubuhnya sendiri. Tetapi setelah datang ke dimensi ini, ketika ia memikirkan memori ingatan yang diberikan Ochobot sebelumnya, Halilintar mulai mengerti, respon tubuhnya ketika melihat pembunuhan dan darah adalah akibat dari pengalamannya di dimensi ini.

Ia mungkin kehilangan ingatannya, tetapi alam bawah sadarnya tidak pernah melupakan semua yang pernah dialami sebelumnya. Di masa lalu, ia pernah terlibat dalam peperangan mengerikan, walau ingatannya tidak lengkap, tapi Halilintar yakin perang itu tidak lebih baik dari apa yang pernah terjadi di dunia modern.

Selalu ada darah dan luka, jeritan dan tangisan, juga rasa sakit dan kematian. Semua itu akan selalu menciptakan teror menakutkan yang akan membekas dalam ingatan setiap orang. Sekuat apapun seseorang berusaha melupakannya, tubuh akan selalu mengingat setiap sensasinya.

Untuk itu, setelah mengerti apa yang terjadi padanya, Halilintar tidak keberatan untuk menghadapi trauma masa lalunya. Ia ingin melihat dan merasakan kembali suasana perang, setidaknya dengan begitu, dirinya akan mengerti dengan jelas dari mana ketakutan itu berasal. Dan tentu saja, dengan menghadapi sumber ketakutan itu sendirilah ia bisa menyembuhkan trauma masa lalunya.

Lagipula, terus menerus gemetaran ketika hanya melihat setitik darah bukanlah sesuatu yang menyenangkan, kan?

"Kami juga memikirkan hal ini," Gempa menghela nafas, terlihat lelah, "tapi sayangnya kita sama sekali tidak memiliki dukungan dari pihak mana pun."

Ingin mengumpulkan pasukan untuk melawan Dark dan seluruh jenius dari akademi militer Selatan tentu bukan hal yang mudah. Mereka perlu menarik orang-orang kuat ke sisi mereka, sedangkan di Kekaisaran Elemental, hampir semua ksatria kuat dan berbakat berasal dari keluarga bangsawan yang tentu sangat sulit untuk dijangkau. Apa yang bisa mereka lakukan untuk menarik klan-klan bangsawan agar bergabung dengan mereka secara sukarela?

Baik Frost, Gempa maupun Halilintar dan bahkan para putra sang ratu lainnya tidak memiliki apa-apa untuk dibanggakan.

Kekuatan? Elemen mereka masih berada di tahap dasar.

Kekayaan? Apa yang mereka miliki mungkin tidak jauh lebih baik dari pada milik para bangsawan itu.

Status? Sungguh, satu-satunya status yang mereka miliki hanya gelar 'pangeran', sama sekali tidak ada yang lainnya.

Lalu apa? Mungkinkah latar belakang keluarga?

Sayangnya, mereka juga tidak memilikinya.

Ada dua belas pangeran di Kekaisaran Elemental, tapi sebagian besar di antaranya hanyalah pemegang gelar tanpa kekuatan yang nyata. Mungkin hanya Dark, yang telah meninggalkan kekaisaran sejak usia muda dan menghimpun kekuasaan di luar istana lah yang memiliki dukungan paling menjanjikan, bahkan pasukan yang dimiliki Dark dapat menandingi pasukan dari Kaisar Elemental sendiri.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang