Chapter 14

457 87 5
                                    

"Frost tahu cara menyusup ke Paviliun Timur," setelah berpikir cukup lama, Gempa akhirnya membuka suara.

Pada kenyataannya, ia masih belum siap memberitahukan semuanya pada kelima saudaranya. Bukan berarti ia tidak mempercayai mereka, tapi ia tahu, kelimanya masih sangat muda untuk menerima semua ini. Walau Ice dan Solar berpikiran lebih jauh dari saudara mereka yang lain, tapi tidak bisa dipungkiri usia mereka bahkan terbilang sangat muda. Gempa tidak ingin melibatkan keduanya dalam rencana ini, tapi ia berjanji akan berusaha membuat mereka menjalani kehidupan yang jauh lebih baik dari pada di masa lalu.

Saat suara Gempa jatuh, lima pasang mata menatapnya dengan penuh ketertarikan. Binar antusias itu tak bisa disembunyikan, jelas apa yang diucapkan Gempa begitu menarik perhatian.

"Apa yang kau katakan? Orang itu, tahu cara menyusup ke Paviliun Timur?" Taufan yang pertama kali bertanya, ia terlihat sangat bersemangat setelah mendengarnya. Ada sedikit keraguan di sepasang iris violetnya yang berbinar cerah, tetapi di dalamnya juga menyembunyikan harapan mendalam.

Tidak ada yang tahu seberapa lelahnya Taufan. Ia hanya ingin mencari 'tempat aman', tapi satu-satunya tempat yang dianggap aman justru menjadi tempat paling sulit untuk didatangi. Walau ruangan yang mereka tempati saat ini bisa dikategorikan cukup aman, tapi seiring bertambahnya usia, ruangan ini tidak lagi berguna ke depannya.

Gempa mengangguk, tanpa menunggu pertanyaan lain, ia melanjutkan, "pagi ini dia membawaku ke tempat Kak Hali, dia benar-benar tahu cara menyusup tanpa disadari."

Gempa menceritakan apa yang terjadi dini hari tadi, tentu saja dengan menambahkan sedikit bumbu kebohongan dan menghapus beberapa hal yang tidak bisa diberitahukan kepada saudara-saudaranya yang lain.

Cerita Gempa mengalir tanpa hambatan, tak ada yang berpikir itu sebagai kebohongan. Semua saudara kandungnya mendengarkan dengan penuh perhatian. Mengetahui bagaimana Frost membantu Gempa menghindari para penjaga di Paviliun Timur, harapan dalam hati mereka semakin meningkat.

"Jika dia benar-benar bisa membawa kita pada Kakak Kedua, kenapa kita harus meragukannya lagi?" Thorn, sang pangeran kesebelas yang terkenal dengan sifat naif dan polosnya, menyuarakan pendapat dengan enteng. Ia bahkan melupakan bagaimana perlakuan Frost sebelumnya kepada dirinya, berpikir selama Frost mau membantu mereka, maka sudah pasti dia adalah orang yang baik.

"Ya, kita benar-benar harus dekat dengannya," Blaze, pangeran dengan jubah merah api menganggukkan kepala, iris violetnya berbinar penuh tekad. Ia akui dirinya sangat membenci Frost, tapi pikirannya juga masih sangat murni. Ia membenci Frost karena saudara ketiganya itu begitu jahat, tapi jika Frost mau membantunya, maka kebencian di antara mereka secara otomatis akan menghilang.

Blaze bukanlah orang berhati sempit yang akan menyimpan kebencian berlarut-larut.

"Tapi apa tujuannya? Kenapa dia tiba-tiba menjadi baik?" ketika mendengar persetujuan spontan dari Blaze dan Thorn, Taufan berbicara dengan penuh keraguan.

Dalam kondisi normal, ia juga akan berpikiran yang sama seperti kedua saudaranya itu. Mereka bertiga tidak terlalu suka berpikir, selama ada kemungkinan yang baik, mereka selalu memiliki harapan. Tapi kali ini, Taufan tidak bisa menanganinya dengan sikap biasa.

Frost telah berkali-kali melukai dirinya bahkan adik-adiknya, mengingat bagaimana pangeran ketiga itu menatap dan memperlakukan mereka, Taufan merasa ada niat tersembunyi yang dimiliki orang itu.

Apa mungkin Frost hanya mempermainkan mereka?

Taufan tidak mau kecewa. Ia memiliki harapan, tapi ia tidak yakin akan bertahan jika dikecewakan lagi dan lagi.

Selama ini, Taufan selalu berharap orang tuanya akan menyadari sesuatu yang salah pada mereka, kemudian membantu mereka menangani masalah yang tidak bisa mereka tangani sendirian. Tapi, setelah tiga tahun berlalu, kedua orang tuanya sama sekali tidak melakukan apapun.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang