Chapter 16

398 67 0
                                    

Apa yang terjadi pada Frost tidak diketahui siapapun, bahkan Gempa yang berada dalam lingkup kediaman yang sama tidak mengetahuinya. Ia saat ini sedang menuju perpustakaan pusat bersama adik bungsunya, menemani sang adik mencari beberapa buku.

Sepanjang perjalanan, Solar tidak bicara apapun. Gempa mengerti adik bungsunya sangat tidak puas dengan dirinya, mengingat Gempa lah yang pertama kali menentang pendapat Solar sebelumnya.

Walau pangeran kedua belas ini lebih pintar dari pangeran lainnya, ia tetaplah seorang anak yang masih belum bisa berpikir menyeluruh. Dengan kepintarannya, secara tidak sadar ia menganggap dirinya lebih unggul dari orang lain, berpikir apapun yang dia katakan harus dipercayai tanpa ada keraguan.

Ketika saudara-saudaranya memilih jalan yang berbeda dari pendapat Solar sebelumnya, jelas ia merasa kesal. Tapi syukurlah, sampai saat ini pangeran bungsu itu tidak melakukan protes apapun, jadi Gempa hanya membiarkan Solar mendiamkannya. Setidaknya, ia yakin anak itu akan kembali membaik setelah beberapa saat.

"Aku masuk, kau tunggu di luar!" sesampainya di depan pintu megah perpustakaan yang menjulang tinggi, Solar membuka suara tanpa menatap sang kakak. Ia melangkah masuk dan langsung menutup pintu perpustakaan dengan keras seolah menegaskan bahwa ia tidak mengizinkan siapapun masuk bersamanya, baik Gempa maupun para pelayan di belakang mereka.

Penjaga perpustakaan yang melihat sikap Solar hanya bisa menghela nafas, sama sekali tidak berani menegur. Ia hanya memberi hormat pada Gempa dan bertanya apakah Gempa ingin masuk atau tidak, tentu saja walau ia tahu Solar tidak mengizinkan siapapun masuk, jika Gempa ingin maka tidak ada yang bisa menahannya.

Lagi pula siapa Solar? Dia hanya pangeran bungsu, statusnya dengan Gempa walau sama-sama sebagai putra sang ratu tetap saja beberapa tingkat lebih rendah dari Gempa. Ditambah lagi perpustakaan pusat ini adalah milik kaisar, anak-anaknya tidak ada yang dilarang memasuki tempat itu.

Beruntungnya Gempa tidak menabur api di atas jerami, ia tersenyum kecil menanggapi pertanyaan penjaga perpustakaan, "aku akan menunggu pangeran kedua belas di luar saja."

Sang penjaga mengangguk, begitu juga lebih bagus. Setidaknya ia tidak akan melihat perselisihan di sini.

Sembari menunggu Solar, Gempa memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar area perpustakaan pusat, berpesan pada empat pelayannya dan enam pelayan Solar untuk tetap di depan pintu perpustakaan dan menunggu sang adik. Dirinya sendiri hanya membawa dua pelayan menemaninya berkeliling.

Awalnya Gempa ingin kedua belas pelayan itu tetap berdiri di depan perpustakaan, karena mereka tidak mungkin bisa masuk dan melakukan sesuatu pada Solar di area perpustakaan ini, juga agar dirinya bisa lolos dari pengawasan mereka. Tapi itu tidak mungkin, setidaknya ia hanya bisa mengurangi jumlah pelayan yang mengikuti dirinya.

Beruntung, para pelayan tidak banyak memprotes, mereka hanya mengikuti dengan patuh.

Perpustakaan pusat ini ada di istana utama, tempat yang umum dikunjungi banyak orang. Tidak mungkin mereka bertindak gegabah di sini.

Ketika berkeliling, Gempa melihat banyak orang berlalu lalang. Istana utama adalah tempat di mana ruang tahta berada.

Kaisar Amato pasti saat ini sedang berada di ruang tahta, para pejabat dan bangsawan keluar masuk menemuinya dengan urusan mereka masing-masing, tidak heran tempat ini begitu ramai.

Beberapa wajah dikenali Gempa dengan baik, beberapa lainnya terasa asing.

Seorang pria tua berjanggut putih melangkah memasuki gerbang Istana Utama, punggungnya bungkuk dan ia berjalan memakai tongkat. Meski begitu, kepalanya terangkat tinggi, sama sekali tidak terlihat ringkih. Kulit keriputnya menunjukkan bahwa usianya mungkin lebih dari tujuh puluh tahun, tapi tatapan matanya begitu membara dan penuh semangat, membuatnya terlihat lebih muda beberapa tahun.

The King (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang