029 || melayat

95 8 0
                                    

Najwa menatap gudukan tanah itu dengan sendu, tanganya masih sibuk membersihkan rerumputan liar yang tubuh disana. Tadi, sepulang sekolah ia meyempatkan diri untuk mengujungi makam sang adik.

"Hai bontotnya Axea, kakak kamu datang nih," Najwa berucap riang. Namun, suaranya begitu lirih untuk dikatakan riang.

Najwa menaruh seikat bunga di atas gudukan itu, ia mengelus nisan yang bertuliskan KEYFRAN PUTRA RAYZELL AXEA.

Tanpa sadar setitik air mata menetes memasahi pipi Najwa. Lalu, jatuh ketanah. ia segera mengusap pipinya yang terkena air matanya, dia tidak boleh menangis. Jika ia menangis Adiknya yang sudah tenang ini pasti sedih.

"Rumah sepi banget gak ada kamu, Fran," sahut Najwa. Matanya masih terfokus di gudukan itu.

"Gak ada lagi yang ngusilin kakak, Kafael juga kesepian gak ada temen ributnya. Sejak saat itu, Kamu ninggalin kakak, Mama, Papa, dan Kafael. Rumah betul-betul sepi, kalau kamu pulang malem-malem sama Kafael Mama pasti ngomel-ngomel... " Kekeh Najwa diakhir kalimat.

"Katanya sebelum kamu pergi, kamu mau jadi tahfiz qur'an biar bisa ngasih Mama sama Papa mahkota nantinya di surga, baru hapal setengah Qur'an aja udah mati lo Fran, cemen lo, kamu yakin nih? Gak mau lanjutin hafalan kamu? Kasian Kafael gantiin kamu ngafal sampai otaknya ngebeleng. Hahaha," tawa ringan Najwa.

Najwa menggeleng pelan kepalanya. "Kamu masih tau Zahira kan? Cewek cantik berhijab, Pas dengar kamu dipanggil duluan sama Tuhan dia nangis Fran keceng banget, gak terima kamu di panggil duluan, padahal awalanya gengsi berat."

"Fran, kamu adik kakak yang paaaaaliingg kakak sayang, kamu baik-baik ya disana, impian kamu ketemu sama kakek terwujud. Gimana? Pasti kalian lagi duduk dengerin celotehhan kakak mu ini kan?"

Hening sejenak, hanya terdengar isak tangis yang memilukan jika didengar, Itu adalah tangisan seorang kakak yang kangen adiknya. Dada Najwa kian menyesak saat mengingat kenangan-kenangan indah dan lucu saat ia bermain dengan kedua adiknya. Namun, Tuhan tega mengambil adiknya, padahal Najwa masih ingin mengajak mereka pergi jalan-jalan jika sudah besar, melerai kedua adiknya jika berantam, membelikan selei keju saat ulang tahunnya, dan masih banyak lagi.

Najwa menarik nafas panjang lalu membuangnya pelan. "Yaudah, kakak pamit pergi ya. Jangan kangen, kakak udah ngasih oleh-oleh ke kamu dijaga baik-baik. Ini juga, dari Zahira, katanya dia gak sempat buat jenguk kamu karna dia ada tugas kelompok, jangan cengeng, kakak gak suka kamu nangis," Najwa menaruh satu batang mawar diatas gudukan bertanah itu dan satu surat yang dikuburkannya diatas sana.

"Happy birthday my boy," setelah mengatakan itu Najwa mencium batu nisan dan beranjak pergi dari sana.

Namun, kakinya tanpa sadar mekangkah menuju salah satu makam ia berdiri memandang makam itu dari atas, senyuman miring terbit diwajahnya.

"Munafik lo," ucap Najwa. Matanya melihat kebawah menatap sebuah gudukan tanah.

"Woy, sebulan lagi gue ulang tahun, katanya lo mau ngajak gue kesuatu tempat."

"Ck, sialan, sialan, sialan." Najwa mengumpat lalu detik itu juga ia terjatuh disamping gudukan tanah yang tenang.

Najwa tidak dapat menahan air matanya, semua ia tumpahkan sembari berteriak histeris, di gengamnya tanah yang berad di depannya lalu dibuangnya sembarangan.

"Lo, hikds ... jahat, gara-gara lo gue benci sama hujan."

Isakan itu semakin menjadi-jadi tatkala terdengar gemuru di langit menandakan hari akan hujan sebentar lagi. Tapi, Najwa tidak peduli ia masih terduduk merenungkan segala kengannya dengan satu orang yang sudah berada di sisi Tuhan.

NAJWA AXEA : QUEEN OF BADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang