"Selamat pagi Ayaz!!!" Teriak Zara, dia berlari kecil mensejajarkan dirinya dengan Ayaz dan mengapitkan lengan kanannya sengaja ke lengan kiri Ayaz.
Ayaz dapat melihat kedua sudut bibir Zara yang tertarik membentuk sebuah senyum manis dan memperlihatkan dereta gigi rapihnya. Rambut berwarna hitam sepanjang bahu Zara, terlihat rapi dengan di kuncir gaya Half Space Bun dimana kedua sisi rambut diikat menyisakan rambut bagian bawahnya yang tergerai indah dengan sisi bagian atas yang digulung asal.
"Ayaz, gue bawain roti panggang lagi lho. Nanti istirahat gue ke kelas Lo ya!"
Dengan segera, Ayaz menghempaskan secara kasar lengan Zara yang mengapit lengannya. Ayaz berhenti melangkah, ia melihat Zara dengan tatapan tak sukanya karena telah menyentuh lengannya.
"Udah gue bilangin berapa kali?! Kalo gue gak suka disentuh kaya gitu! Apalagi sama Lo!!"
Ayaz geram, ia kembali memperingati kepada Zara kalau dirinya sangat tidak suka disentuh. Entah sudah yang keberapa kali Ayaz memperingati Zara yang sama sekali tidak digubris oleh Zara.
"Ini masih pagi lho, Yaz. Gak baik marah-marah, apalagi sama gue."
Tidak penting. Menurut Zara semua yang dikatakan Ayaz itu tidak penting, walaupun Ayaz sering memperingati dirinya, tapi bagaikan angin pula ucapan Ayaz masuk ke telinga kanan Zara dan keluar lagi lewat telinga kirinya.
"Mending ke kelas bareng. Daripada sendirian, sepi. Gak ada temen ngobrol. Yuk!"
Zara kembali menggenggam tangan Ayaz, namun selang 5 detik, Ayaz langsung menghempaskan kembali tangan Zara secara kasar.
"Astagfirullah. Alhamdulillah ada kemajuan sedikit Yaz." Sudah biasa Zara diperlakukan seperti itu, ia tak ambil hati dan acuh saja.
Senyum manis Zara mengembang kembali melihat kepergian Ayaz yang semakin jauh. "Kemaren langsung dihempas, sekarang nunggu 5 detik dulu baru dihempas tangannya."
"Duh senangnya pagi-pagi pegang tangan Ayaz. Hmm lumayan wanginya nempel sedikit."
Zara menempatkan telapak tangannya menutupi antara mulut dan hidung, menghirup dalam dalam aroma parfum yang dipaka Ayaz karena sangat candu menurutnya.
Perpaduan antara aroma apel merah dan bunga peony segar beraksen lembut dari bunga mawar. Wangi parfum yang dikenakan Ayaz ini sangat khas dan mudah diingat oleh orang-orang apalagi Zara.
"Ayaz-Ayaz kenapa tangan Lo doang tuh wangi banget sih. Gue rela gak cuci tangan seminggu biar wanginya gak ilang, demi Lo Yaz."
Zara memandang telapak tangannya yang tadi sempat menggenggam tangan Ayaz, ia masih ter kagum-kagum oleh perfum Ayaz yang sangat segar ini di Indra penciumannya.
Sedangkan di sisi lain Ayaz yang tengah berjalan dengan wajah tampan dan cool-nya menuju kelas, mendapat pandangan secara terang-terangan dari para siswi.
Memang, Ayaz bisa dikatakan masuk dalam jejeran salah satu cogan (cowok ganteng) seantero sekolah. Sudah sangat biasa cowok yang menduduki bangku kelas 12 ini sering dipandang lama-lama sepanjang jalannya.
Langkah kaki Ayaz memelan kala melihat salah satu temannya sedang memainkan gitar miliknya yang sengaja ia simpan di kelas.
"Eh, Yaz. Baru dateng Lo, hehehe."
Ucup. Nama aslinya sebenarnya Matahari Yusuf, namun di plesetkan oleh teman sekelas menjadi Ucup. Cowok yang sedang memainkan gitar milik Ayaz, menghentikan kegiatan dan menaruh pelan gitar milik Ayaz ke tempat semula.
"Menurut lo?!"
Ucup menepuk punggung Ayaz pelan, "Santai kali Yaz, masih pagi ini. Hiburan dulu lah biar paginya nggak suram-suram banget."
Ayaz memutar bola matanya jengah karena perilaku satu-satunya teman dekatnya dari SD hingga sekarang.
"Hiburan tinggal hiburan aja. Gak usah pake-pake gitar gue!"
"Ya elah Yaz. Pelit amat sih jadi orang, nanti kuburan Lo sempit gue gak mau bantu ngelebarin ya." Ucup duduk di bangku sebelah Ayaz tempat dirinya.
"Eh Yaz, masa gue denger bestie nya Zara suka sama gue sih." Ucup menepuk pelan meja yang ditempatinya.
"Terus?"
"Ck. Lo tuh ya, kan Lo tau gue demennya sama Zara. Tapi, Zara nya malah demen sama Lo!"
Ayaz yang sedang mengeluarkan buku tulisnya, berhenti. Menengok ke arah Ucup yang masih terlihat dongkol, "Yaudah Lo jadian aja sama dia."
"Iya. Kalo Zara nya mau sama gue. Lah kalo kaga? Lagian Zara sukanya kan sama elo."
"Tapi gue benci sama dia."
"Yaz, Yaz Lo tuh gak tau. Benci sama cinta itu beda tipis. Jangan sampe gua liat kebencian yang ada di mata lo itu, berubah jadi cinta."
Ucup tersenyum, meremehkan seluruh sifat dan sikap Ayaz yang membenci Zara tanpa alasan yang jelas.
"Nggak. Dan nggak akan pernah."
Ayaz ikut melirik Ucup dengan tatapan tajam, dirinya yakin akan menyingkirkan keberadaan Zara dari hidupnya secepat mungkin. Atau Ayaz lah yang haru menyingkir dari hidup Zara?
Itu semua pasti akan terjadi. Entah opsi yang pertama ataupun kedua, sama-sama menguntungkan bagi Ayaz.
Gak tau lagi sama gue, tiba-tiba kepikiran cerita random kaya gini.
Padahal satu cerita yang udah ter struktur aja belom kelar, gue nulisnya.
Eh malah kepikiran cerita random kaya gini.
Gak papa ya, alurnya agak gak jelas, yang penting nyambung.
Kalo nggak nyambung, coba sambung-sambungin aja.
Happy Reading all...
KAMU SEDANG MEMBACA
Physical Touch [end]
Teen FictionPhysical Touch, merupakan salah satu cara mengungkapkan rasa sayang kepada pasangannya yang mengacu pada cara mengekspresikan dan menerima kasih sayang melalui sentuhan, kedekatan fisik, serta bentuk lain dari sentuhan fisik. Dia Ayaz, cowok yang sa...