Zara Ngambek

325 14 0
                                    

"Duh, Zar. Betis gue nyut-nyutan nih."

Wawa memijat betis kaki kanannya. Selepas mengakhiri KBM selama 3 jam berturut-turut, pada jam istirahat, Zara dan Wawa tidak ingin pergi ke kantin karena terlanjur pegel duluan oleh karena kegiatan mereka tadi pagi.

"Dengkul gue juga nyut-nyutan, Wa."

Kaki Zara diluruskan pada bangku yang ada disampingnya. Memijat dengkul kakinya.

"Ambilin koyo Zar, di UKS."

"Lo nyuruh gue?!"

"Iya, buruan ambilin."

"Gak mau. Inikan gara-gara elo, ngapain nyuruh-nyuruh gue."

"Lo kenapa sih dari tadi nyalahin gue terus?!"

"Kalo elo gak ngejar-ngejar gue, kaki gue gak bakalan pegel kaya gini."

"Lah, yang nabok bibir gue duluan itukan elo. Reflek gue kejar Lo yang lari lah. Lagian ngapain kali, pake lari segala."

"Ya, kalo gue gak lari, Lo bakalan ngamuk ke gue."

"Makanya jangan nabok bibir gue sembarangan."

"Siapa suruh menye-menye."

"Lo kok ngeselin sin, Zar."

Zara dan Wawa. Keduanya sibuk berdebat, saling menyalahkan satu sama lain, tanpa memperdulikan jam istirahat yang akan segera habis dan tidak peduli oleh kondisi perut mereka yang belum diisi apapun sejak pagi.

Tanpa mereka berdua sadari, Ayaz. Ayaz masuk ke dalam kelas Zara setelah menanyakan tempat duduk Zara kepada teman sekelasnya. Dari jauh Ayaz melihat perdebatan antara Zara dan Wawa yang terlihat lucu.

Zara dan Wawa menghentikan perdebatannya ketika merasa ada orang yang berdiri dibelakang Zara. Zara menengok, mendongakkan kepalanya melihat Ayaz yang ada dibelakangnya.

"Gue--"

Baru saja Ayaz ingin membuka suaranya, tiba-tiba Zara berdiri. Ayaz menampilkan senyumannya, pertama kalinya Ayaz tersenyum di depan Zara. Ayaz kira Zara akan mendengar penjelasannya.

Tapi, "Gue ngambil koyo dulu di UKS, Wa." Zara pergi meninggalkan Wawa dan Ayaz.

"Lah, tadi disuruh kaga mau. Dasar gak jelas."

"Mau apa lo?!" Tanya Wawa yang masih melihat Ayaz berdiri di posisinya.

Ayaz menggeleng, niatnya tadi ingin menemui Zara dan meminta maaf atas kejadian kemarin yang ia lakukan. Nyatanya Zara yang biasanya menampilkan senyum manis dan bersemangat saat menghadapi Ayaz, kini tidak ada senyum manisnya dan bergantian menjadi wajah yang datar.

Tapi, Ayaz tidak berhenti sampai situ. Baginya permintaan maaf dari Zara sangat penting dan harus ia dapatkan. Ayaz menyusul Zara ke UKS, melewati koridor yang semakin sepi, Ayaz mengabaikan bel yang berdering menandakan berakhirnya jam istirahat.

Sampai UKS, Ayaz menutup pintu agar tidak ada sembarang murid lain yang mendengar obrolan dirinya dengan Zara. Terlihat Zara yang kebingungan mencari sesuatu pada laci-laci dan lemari.

"Zar."

Panggilan Ayaz mampu menghentikan aktivitas yang Zara lakukan tadi. Zara mendengar cukup jelas suara siapa yang memanggilnya, tapi Zara sengaja tidak menggubris, ia kembali mencari koyo yang dibutuhkan.

"Zar."

Ayaz kembali memanggil Zara, tapi kali ini Zara benar-benar terlihat tidak peduli dan masih mencari-cari sesuatu. Ayaz menarik napas dalam, dirinya tidak ingin gegabah dan berakhir tersulut emosi.

Ayaz cukup tau bagaimana cara memperlakukan seorang perempuan yang sedang marah, karena ia mempunyai seorang ibu dan adik perempuan. Bertindak kasar dan mengeluarkan suara dengan intonasi yang tinggi akan membuat hati perempuan sakit dan akan semakin marah.

"Zara Zidny."

Zara menghentikan pergerakannya ketika mendengar suara lembut Ayaz yang baru pertama kali memanggil nama lengkapnya.

Baru kali ini Ayaz mengeluarkan suara lembutnya, biasanya kalau tidak ada yang penting, Ayaz akan selalu memilih bungkam dan tidak akan mengeluarkan suaranya.











Duh duh duh

Si Ayaz diem-diem punya sisi manly bangett.

Makin gemes gak nih sama interaksi antara Ayaz dan Zara?

Btw Zara beneran marah apa cuman pura-pura ya.

Ayo tekan bintang dan vote sebanyak banyaknya.

Happy Reading all...

Physical Touch [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang