Target

221 5 0
                                    

Senyum Zara terbit kembali ketika sekelebat bayangan kejadian dua hari yang lalu di Perpustakaan dengan Ayaz muncul.

Tak henti-hentinya kedua sudut bibir Zara turun,  hingga menyebabkan kedua pipinya pegal dan giginya hampir garing.

Suara panjang nan menggelegar yang sedari tadi memanggil nama Zara,  pun tak ia hiraukan. Alhasil orang yang memanggilnya tadi berlari cepat dan menempeleng samping telinga Zara.

"Woy! Budeg!  Pagi-pagi udah ketempelan setan budeg ya lo!"

"Capek anjing, gua ngejar elo dari gerbang depan." Imbuhnya masih dengan napas ngos-ngosan.

Mata Zara kembali menyipit,  masih dengan senyumannya ia menyenggol bahu Wawa pelan.

"Masih pagi, Wa. Jangan bikin gua yang lagi seneng ini bersedih dong."

"Najis!  Pagi-pagi udah kaya orang sedeng! Gigi garing, mampus lu."

Wawa mendengus kesal,  kakinya ia hentak-hentakan kasara ke lantai yang tidak bersalah. Bagaimana tidak kesal,  pagi-pagi moodnya sudah jelek gara-gara mengejar Zara tadi.

Mereka berdua memasuki kelas yang tiada hari tanpa kesunyian,  kelas Zara dan Wawa itu setiap pagi pasti ada aja yang bikin rame.  Contohnya seperti sekarang ini.

Terlihat seorang cowok yang tengah duduk anteng di atas meja guru,  sambil tangannya mengangkat tinggi-tinggi kotak berwarna hijau yang dibawahnya ada roda kecil.

"WOI!!!  BURUAN PADA AMAL!!! NANTI BIAR PAS SOLJUM GUE KAGAK CAPEK LAGI MINTAIN DUITNYA!!!! "

"AMAL-AMAL!!! YANG AMAL SEMOGA MASUK SURGA!"

"YANG GAK AMAL GUE SUMPAHIN DAPET UNDANGAN JALUR VIP MASUK NERAKA!! "

"Woi!!!!  Amal-amal!!! "

"Berisik jelek!" Tangan Wawa meraup wajah Bagus,  cowok yang menagih amal tadi,  karena kesal.

"Lo tuh ya,  mintain amal bukannya baek-baek malah kayak rentenir nagihin duit. " Wawa melipat uang kertas berwarna oren dan memasukkannya kedalam kotak amal.

"Dih,  gak jelas lo!  Wawa gembel!" Balas Bagus menampilkan muka tengilnya.

"Gembel, gembel,  gini-gini pulpen gue juga abis gara-gara lo pimjem terus ya jelek!"

"Dasar Mandagir!" Lanjut Wawa dengan tangab berkacak pinggang di depan Bagus dan berlalu menuju tempat duduknya.

"Bodoamat!"

"PMS lo Wa?  Galak amat." Tanya Zara

"Kagak!" Balas Wawa sewot

"Santai Wa. Gak usah sewot juga dong hehe. "

"Gak usah nyengir!  Lo jelek!"

Zara membelalakkan matanya,  tangannya sudah bersiap untuk menabok paha Wawa. "Gue gak jelek!"

"Bodoamat!"

"Hei!!! Wahai manusia beramal lah di hari jumat, sesungguhnya manusia yang baik, ialah yang suka beramal!!" Bagas yang masih duduk diatas meja guru,  menggoyang-goyangkan kotak amal hijau,  menghasilkan bunyi koin gope'an yang beradu.

"Apalagi amalnya ke fakir bokek kaya gue ini.  Dijamin rejeki lancar gak seret,  jodoh keliatan depan mata!  Ayoo amal woi!! Gece!!"
Suara cempreng Bagas menggelegar memenuhi seisi ruang kelas.

"Bacot anjing!" Seru Wawa membuat seisi kelas tertawa melihat wajah badmoodnya.

"Wa, Wa." Zara ikut duduk di kursi sebelah Wawa.

"Apaan!"

"Mandagir itu apaan sih, Wa?"

Kepala Wawa menengok ke Zara malas, helaan napas gusar terdengar. Wawa memegang bahu Zara teguh. "Mau tau?" Tanyanya.

Physical Touch [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang