Curhat

266 9 0
                                    

"Huaaa!!! Wawa!!!!"

"Eh eh eh, ada apa nih."

Wawa terkejut melihat kedatangan Zara secara tiba-tiba di rumahnya dengan langsung memeluk dirinya.

Setelah adegan pertengkaran antara Zara dan Ayaz tadi, Zara memutuskan untuk pergi dan menginap di ruma Wawa setelah isi kepada bibinya.

Karena Zara tidak ingin bibinya khawatir melihat keadaan dirinya yang tiba-tiba menangi hebat setelah pulang sekolah. Dan lebih ingin mencurahkan kembali seluruh isi hati unek-unek nya.

"Ah elu, giliran kaya gini baru main ke rumah gue. Bestie apaan yang main ke rumah kalo lagi ada butuhnya doang."

Wawa belum melepas pelukan Zara tadi, ia tahu kalau Zara sedang membutuhkan pelukannya. Kepala Zara mendusel-duselkan di leher Wawa seraya menyedot ingusnya.

"Jorok Lo! Ke kamar gue dulu lah! Masa mau terus berdiri di depan pintu."

"Ih gue malu, Wa."

"Ribet. Biasanya juga malu-maluin. Udah, cepetan gue pegel nopang kepala Lo."

"Mami, Papi Lo ada di dalem?"

Tanya Zara setelah melepas pelukannya pada Wawa. Zara malu, karena sudah lama dirinya tidak pernah main ke rumah Wawa dan tiba-tiba malah datang ke sini dengan keadaannya yang kacau.

"Belom balik sih, masih ngajar di kampus. Paling nanti malem baliknya."

Zara mengangguk, kemudian ia mengikuti Wawa yang berjalan mendahuluinya menuju kamar.

Keluarga Wawa bisa di bilang sangat berkecukupan. Dengan mama dan papinya seorang dosen, dan abangnya seorang tentara AL tapi, dikesibukan mereka masing-masing masih bisa meluangkan banyak waktu untuk putri semata wayangnya.

Zara pernah merasa iri kepada Wawa. Dirinya saat berada diantara keluarga Wawa teringat kembali kejadian sebelum kedua orangtuanya meninggal. Sayang, Zara merupakan anak semata wayang, jadi ia tidak pernah merasakan kasih dari seorang kakak.

"Abang!!! Ada Zara nih!!! Katanya mau ketemu." Wawa menggedor pintu kamar abangnya dengan menggunakan kaki. Sudah biasa Zara melihat kelakuan Wawa seperti kepada abangya.

"Bang Aldi nyariin gue? Tumben, Wa."

Wawa mengedikkan bahunya. Dari balik pinta yang di gedornya tadi, muncul Aldi-Abang Wawa dengan tampang bangun tidurnya.

"Lo tuh, setiap pulang nugas kerjaan tidur..... Terus. Keluar kek sono, cari cewek."

"Lah, Lo juga cewek kan?! Ngapain gue harus cari cewek lagi. Ribet."

Kedua sudut bibir Zara tertarik kembali, membentuk senyum manis yang sedari tadi tidak nampak.

"Zara makin cantik aja. Nih, Abang beliin jepitan rambut. Biar makin banyak koleksi nya."
"Dih gak modal amat l. dari dulu ngasih Zara jepit rambut. Pantesan kaga ada cewek yang mau jadi pacar Lo."

"Bodoamat wlee!"

Bang Aldi kembali masuk ke dalam kamar, pertengkaran kecil antara Wawa dan abangnya tadi cukup menghibur Zara. Lihat sekarang, Zara sudah bisa senyum dan tertawa lebar, padahal baru beberapa saat dirinya harus bersedih kareb disinggung mengenai kedua orangtua nya.

"Ayo masuk kamar gue! Pasti Lo mau curhat kan."

Zara tersenyum membuat kedua mata sipitnya jadi terlihat segaris saja. Wawa gemas karena wajah bestienya itu, dengan sengaja Wawa menguyel-uyel wajah Zara.

"Ihh, kenapa bestie gue gemesin banget sih."

"Ih Wawa, sakit."

Kedu kaki jenjang Zara melangkah menuju kasur Wawa, setelah ia melepaskan tangan Wawa dari wajahnya. Zara duduk bersila di atas kasur Wawa.

Wawa yang sudah mengerti langsung menghampiri Zara. Ikut mendudukkan dirinya dihadapan Zara dengan bersila juga dan siap mendengar seluruh keluh kesah aduan dari Zara.

"So, ada apa hari ini sama Lo?"

Zara sempat menghembuskan napasnya pelan sebelum bercerita. Dengan pandangan yang sendu kembali, mengalirlah semua kejadian yang ia alami saat bersama Ayaz tadi.

Disamping dari itu semua, Wawa yang notabenenya cewe bodoamat an, selalu memberikan solusi setiap Zara bertanya ia harus apa dan bagaimana. Sebenarnya Wawa termasuk kedalam list cewek paling perhatian menurut Zara, namun cara dia mengungkapkan nya di luar dari ekspektasi.















Akhirnya Zara lega bisa curhat sama wawa.

Btw kerjaan abangnya Wawa itu TNI angkatan laut ya guys.

Segini aja ya.

Happy Reading all...


Physical Touch [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang