Hari Senin. Salah satu diantara hari yang sangat tidak menyenangkan. Dibawah teriknya panas matahari, seluruh murid SMANDEL rela berpanas-panasan untuk melaksanakan kegiatan upacara dan apel pagi.
Jika pada umumnya dapat barisan paling belakang sangat beruntung menurut murid sini, beda lagi dengan Zara dan Wawa yang sangat suka baris di barisan paling depan.
Karena apa?
Ya, karena ingin melihat petugas upacaranya lah, seluruh petugas upacara hari ini adalah kelas IPA 3, mungkin minggu depan pasti gantian kelasnya yang mendapat giliran.
Zara sudah mewanti-wanti sangat ingin sekali menjadi pembaca naskah janji siswa. Sedangkan Wawa ingin menjadi dirigent yang memimpin sisa murid kelasnya bernyanyi.
"Zar, kalo gue yang jadi dirigentnya pasti kece banget kan."
Kacamata yang di pakai Wawa memantulkan sinar matahari ke matanya, Zara menyipitkan matanya saat menghadap ke arah Wawa.
"Nanti kalo gue yang baca naskah, pasti langsung pada tepuk tangan."
"Buat apa tepuk tangan? Apresiasi in elo?"
"Mending Apresiasi in gue."
Senyum bangga Wawa ditujukan kepada Zara. Keduanya tidak mendengar amanat yang disampaikan wali kelas IPA 3 dan malah asik ngobrol.
Tidak disangka, kedua telinga mereka yang bebas tidak tertutup rambutnya, ditarik paksa dan membawa mereka ke belakang barisan oleh seorang guru yang ternyata sudah mengawasi keduanya sedari tadi.
"Hehehe, ada apa ya Bu?"
"Ada apa? Kalian kenapa gak dengerin amanat yang lagi disampaikan dan malah ngobrol berdua?!"
"Kita gak lagi ngobrol kok Bu, kita cuman sedikit memberikan kritik kepada petugas upacara hari ini, ya kan Zar."
"Hah! Oh, iya Bu. Kita lagi mantau kinerja mereka, itung-itung buat latihan kita nanti Senin depan Bu."
"Ini peringatan dari ibu. Jangan ngobrol berdua kalo pembinaan upacara sedang memberikan amanat, ibu lagi males hukum kalian. Sudah, kalian balik lagi ke barisan."
Bu Vivi, guru yang tadi menjewer telinga Zara dan Wawa meninggalkan keduanya.
"Ih dasar guru gak jelas."
"Bilang aja tangannya gatel, lagi pengen jewer kuping gue."
Zara dan Wawa kembali ke barisan tadi, mengikuti kegiatan upacara secara khidmat dan tidak berisik sampai selesai.
Selesai upacara, semua murid kembali ke kelas masing-masing, menaiki tangga menuju kelasnya dan melanjutkan kegiatan belajar mengajar.
Berbeda dengan Wawa yang lagsung naik, Zara justru memilih untuk menunggu tangga sepi, ia tidak mau berdempet-dempetan dan mencium aroma matahari dari banyak murid yang naik tangga.
Netra mata Zara tak sengaja melihat Ayaz yang sama-sama menunggu tangga sepi dan baru naik tangga. Ayaz juga ikut menatap Zara yang ada di seberangnya.
Ayaz pastikan, Zara pasti akan menghampirinya dan banyak berceloteh kembali. Tapi apa?
Zara justru hanya menatap murid yang sedang desak-desakan menaiki tangga. "Cepetan dong naiknya!!! Lama amat si!"
Setelah dirasa cukup sepi, Zara langsung menaiki tangga dengan bersenandung riang, tanpa menghiraukan Ayaz yang menatapnya dan langsung pergi menuju kelas.
Dia kenapa? Masa gue salah lagi.
Ayaz ikut menaiki tangga menuju kelasnya untuk melanjutkan KBM. Sepanjang jam pelajaran berlangsung, entah kemana perginya ambisi Ayaz yang biasanya tidak pernah luntur.
"Yaz, liat nomor 2 dong."
"Hah?! Apa?"
"Lo kenapa sih, dari tadi begong terus? Nomor 1 aja belom Lo jawab."
"Gue? Kenapa?"
Ayaz menunjuk dirinya sendiri, Ucup geram. Ia berpindah duduk ke belakang, tidak mau tertular bengong nya Ayaz.
"Gue yang kenapa? Apa Ucup yang kenapa?"
Ayaz menggaruk pipinya yang tidak gatal, ia tersadar belum mengerjakan 1 soal pun smaa sekali. Ayaz memakai kacamata putihnya, mengambil pulpen dari dalam tempat pensil dan mengerjakan soal-soal yang diberikan gurunya tadi.
Ayaz kenapa nih guys kira-kira.
Banyak pikiran kali ya?
Maklum, Ayaz murid si-paling sibuk wkwkwk.
Terus Zara juga kenapa? Biasanya heboh kalo ada Ayaz, tapi kenapa pas ketemu Ayaz di tangga kenapa diem aja?
Nah loh, bingung gak nih.
Enggak lah. Masa bingung. Pasti udah ketebak alurnya kan.
Happy Reading all...

KAMU SEDANG MEMBACA
Physical Touch [end]
Teen FictionPhysical Touch, merupakan salah satu cara mengungkapkan rasa sayang kepada pasangannya yang mengacu pada cara mengekspresikan dan menerima kasih sayang melalui sentuhan, kedekatan fisik, serta bentuk lain dari sentuhan fisik. Dia Ayaz, cowok yang sa...