Ayaz dan Ucup berjalan menuju parkiran sekolah. Dengan beriringan, Ayaz dan Ucup kembali menjadi sorotan bagi SMANDEL.
Ucup dengan gaya pedenya, tersenyum, menebar pesona untuk para ciwi-ciwi yang menatapnya memuja.
Sedangkan Ayaz, ia hanya berjalan dengan muka datarnya saja sudah sangat cukup membuat seluruh cewek SMANDEL terpesona dengan aura positif yang dimilikinya.
Ayaz dan Ucup di sekolah, merupakan suatu perpaduan yang sangat komplit, dengan Ayaz yang memiliki aura positif dengan kepintaran serta keteladanan nya dan Ucup yang memiliki aura sangat minus negatif karena tingkah laku, sifat, tidak punya bakat, pokoknya semua yang jelek-jelek pasti ada di dalam diri Ucup.
"Sut. Yaz, Zara noh."
Ayaz menengok ke belakang, melihat Zara yang berdiri di dekat gerbang sekolah sambil menatap HP.
"Iya, udah tau. Terus gue harus apa?"
"Ck. Gak peka Lo! Ajakin dia pulang bareng kek."
"Gue? Gue gak tau rumah dia dimana."
"Ya tanyain lah! Bego banget sih Lo!"
Ucup mengacak rambutnya sendiri. Frustasi menghadapi Ayaz yang sana sekali tidak peka.
"Sekarang, Cup?" Tanya Ayaz.
"Kaga! Tahun depan Lo tanyain nya!!"
"Kelamaan lah, Cup. Gimana sih."
Ucup mengeram, menggertakkan giginya. "Lo mau gue gaplok di bagian mana, Yaz?"
"Ck. Iya-iya ini gue tanyain rumahnya Zara dimana."
Setelah Ayaz memakai helm dan menaikki motor Honda Vario 160 abs hitam miliknya, Ayaz langsung menancap gas, mengendarai motornya pelan-pelan, pergi menghampiri Zara yang berada di depan gerbang.
Zara yang merasa ada motor berhenti didepannya, melihat siapa si pemilik motor itu. Terpampang lah wajah paripurna Ayaz yang tidak lama ini sikapnya berubah kepada dirinya.
Alis Zara tersangkat satu, masih dengan memegang HP yang menampilkan aplikasi ojek online hijau nya, Zara mengedikkan kepalanya kedepan.
"Ngapain lo."
Ayaz ragu untuk mengajak Zara pulang bersamanya, kepalanya menengok kembali ke belakang, melihat Ucup yang masih berada ditempatnya sambil menampilkan senyum bangganya, meyakinkan Ayaz.
"Lo ngapain?"
Kening Zara mengernyit, ini orang ditanya kok malah nanya balik. Zara memperlihatkan HP nya masih menampilkan ojek online yang belum menerima orderannya.
"Lo setiap hari naik ojol?"
"Iyalah! Kan gue gak punya ayang, yang bisa anter jemput. Lo ada urusan apa lagi sih sama gue?"
"O--Ooh itu, gue... Mau ajak Lo pulang bareng."
"Ck, dari tadi kek bilangnya. Abis kuota gue buat mesen ojol tapi kaga dapet-dapet."
Zara membatalkan orderan ojolnya, memasukkan kembali HP nya ke dalam tas, dan langsung naik ke motor Ayaz tanpa memberi aba-aba.
"Kok Lo langsung naik ke motor gue?" Tanya Ayaz, dengan melihat Zara dari kaca spionnya.
"Kan lo ngajakin gue pulang bareng. Lagian kalo ada yang bersedia, kenapa gue harus capek-capek mesen ojol?"
"Ayo gece berangkat."
Zara menepuk pundak Ayaz pelan, membenarkan posisi duduk dan letak rok pendeknya, menaruh tas ransel miliknya di pangkuan dan memakai kacamata anti radiasi.
Ayaz tidak memberikan helm, karena ia hanya membawa satu helm miliknya. Tapi, Ayaz memberikan topi hitam yang diambilnya dari dalam tas barusan.
Mengingat hari ini cuacanya sangat panas, Ayaz merasa tidak enak kalau sampai Zara kepanasan karena naik motor bermasanya.
"Nih, pake."
Sebelum memakai topi yang diberikan Ayaz tadi, Zara sempat memicingkan matanya sambil mengulum senyum, Zara menerima topi yang diberikan Ayaz dan langsung memakainya.
Ayaz mulai menstater kembali motornya dan langsung menarik gas, meninggalkan area sekolah dengan kedua tangan Zara yang tanpa izin, memeluk pinggang Ayaz samar.
Seperti biasa, jalanan Jakarta pada jam seperti ini pasti macet. Tak heran, karena sudah adatnya, jam pulang sekolah bersamaan dengan jam makan siang para pegawai.
"Rumah Lo, lewat mana??!!!!" Ayaz berteriak menanyakan alamat rumah Zara yang belum ia ketahui.
Zara yang ada dibelakangnya, semakin bergerak maju, mensejajarkan kepalanya dengan kepala Ayaz guna mendengar apa yang sedang ditanyakan padanya.
"Hah?! Oh! Itu, dua gang lagi belok kiri, rumah gua pas di pertigaan jalan!!"
"Hah?! Pertigaan jalan? Kan udah kelewat tadi!!"
"Masih dua gang paling ujung itu!!!"
Dahinya Ayaz mengernyit, masih belum memahami apa yang dijawab Zara. "Hah! Apa?! Gang paling ujung?!"
Zara berdecak tidak sabaran, di cubitlah bahu Ayaz yang berada tepat disamping rahangnya, "Ck. Gang depan!! Budeg!"
"Sakit. Gak usah pake nyubit segala kali. Emang gak sakit apa."
"Lagian, Lo budeg. Gue udah teriak kenceng-kenceng juga!"
"Namanya juga dijalan, jadi budeg mendadak itu gak usah diheranin lagi!"
"Hih. Belok kiri. Itu rumah gue yang warna navy abu-abu tuh."
Ayaz memelankan laju motornya, terlihatlah rumah sederhana yang ditempati Zara, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Hanya ada satu lantai yang pekarangan dan halamannya lumayan luas, dengan adanya pohon jambu tepat didepannya. Karena rumah Zara tidak dipagar, membuat mata Ayaz dengan mudah menyisir sekeliling are rumah Zara.
Perpaduan antara warna navy, abu-abu dengan corak putih tulang membuat nuansa yang berbeda dengan sebagian bawah tembok depan di tempel keramik yang mengkilap membuat rumah Zara terlihat adem.
Area pekarangan pun sama, umumnya pekarangan rumah Zara masih tanah dengan lapisan rumput dan banyak bunga bermekaran menjadi pelengkap indah dan asrinya rumah ini.
"Mau masuk dulu? Kayaknya ada Om sama Bibi gue."
Ayaz tersadar, "Kapan-kapan aja deh, gue mau jemput sepupu dulu."
"Oh, yaudah. Btw makasih banyak ya." Kata Zara tersenyum manis.
Itu dia. Ayaz dapat melihat kembali mata sipit Zara diikuti dengan senyum manisnya. Sudah lama sekali Ayaz tidak melihat Zara yang manis seperti ini.
Kedua sudut bibir Zara membuat sebuah lengkungan dan garis senyumnya yang sangat khas dan itu sangatlah candu saat orang melihatnya, begitupun juga dengan Ayaz, dirinya terpukau melihat garis senyum Zara.
"Woi!! Gue tau kalau gue cantik, baru nyadar kan Lo."
Badan Ayaz terlonjak kaget akibat tepukkan yang diberikan Zara di bahunya, "Buruan balik."
"Iya, ini mau balik." Ayaz menstater kembali motornya dan segera putar balik, pulang menuju rumahnya.
Baru update nih....
Soalnya lagi sibuk ulangan akhir semester huhu sedih....
Yang lain udah pada libur jalan-jalan healing, gue masih ada ulangan buat hari Senin.
Tapi gak papa. Hari Senin terakhir.
Semangat buat diri gue sendiri.... Semangat juga buat para pembaca yaaa...
Happy Reading all...

KAMU SEDANG MEMBACA
Physical Touch [end]
Dla nastolatkówPhysical Touch, merupakan salah satu cara mengungkapkan rasa sayang kepada pasangannya yang mengacu pada cara mengekspresikan dan menerima kasih sayang melalui sentuhan, kedekatan fisik, serta bentuk lain dari sentuhan fisik. Dia Ayaz, cowok yang sa...