Setelah berhari-hari mengikuti masa Simulasi Ujian Nasional, tepat pada hari ini berakhirnya Ujian Nasional Berbasis Komputer.
Seluruh murid kelas 12 bernapas lega, raut wajah gembira yang yakin akan hasil dari usaha mereka selama ini, terpancar.
Begitu juga dengan Ayaz, ia akhirnya bisa tidur tenang dengan waktu yang teratur. Sedikit melakukan peregangan sambil mengambil peralatan yang sudah selesai dipakai habis Ujian, Ayaz melirik Zara yang sedang berkutik dengan ponselnya.
"Halo, Wa. Gue balik bareng Lo, ya?"
"..."
"Masa sih, cepet amat."
"..."
"Pantesan, tadi pengawas gue Bu Cima. Yaudah deh."
Mendengar gerutuan kecil Zara, kalau sahabat karibnya sudah pulang lebih awal, mungkin Ayaz akan mengajak untuk pulang bareng. Lagi pula sudah lewat jam pulang sekolah, dan pasti bus atau angkot mungkin sedikit yang beroperasi di sekitar sekolah ini.
Berniat ingin mengajak, malah Zara sudah keluar kelas duluan. Kaki panjang Ayaz berusaha mengambil langkah ketertinggalan, ia menarik gantungan pada resleting tas Zara.
"Pulang bareng gue.""Hah? Apa Yaz?!"
"Cepetan."
Zara mengikuti Ayaz yang masih belum konek, "Yaz! Lo ngajak apa nanya sih? Yang bener kek kalo ngomong."
"Kalo gak mau yaudah."
"Lah, lah. Jadi lo ngajak gue pulang bareng gitu?" Gadis yang tengah berdiri di depannya ini apa tidak bisa Bahasa Indonesia, jelas-jelas diajak pulang bareng, malah pake nanya.
"Seriusan?! Gak boong kan lo?! Gak bakal nurunin gue di trotoar kan?! Nyampe depan rumah kan?!"Berdecak karena mendegar celotehan Zara, ia hanya menjawab dengan anggukan kepala singkat. Lagi pula mana mungkin dirinya akan berbuat seperti itu pada seorang gadis, sangat tidak bermoral.
"Buruan."
"Oke! Ayok!" Ayaz merasakan lengan seragamnya ditarik, tanpa merasa bersalah, ia di geret Zara menuju parkiran.
"Makanya Yaz, gue bilangin nih. Kalo ngomong tuh yang jelas, pake jeda sama nada. Jangan datar-datar doang kaya tembok."
"Takutnya kan nanti pada salah mengartikan, gitu."
"Satu lagi! Kalo ngomong pake ekspresi gitu, percuma muka ganteng kalo gak berekpresi. Manekin aja senyun mulu ampe gigi garing."
"Kan kalo semisal lo malu nih, minimal ke gue ajalah gakpapa kok gue hehe, lumayan bisa awet muda bareng-bareng." Lanjutnya.
Zara sepanjang jalan menuju parkiran, ngoceh mulu. Mana langkahnya pendek dan pelan.
"Bawel amat."
"Loh, justru yang bawel-bawel gini gemesin bikin kangen tau." Colekan pada rahang Ayaz, membuatnya dengan segera menepis.
"Iya-iya gak bakal colek-colek lagi. Tapi langsung pegang-pegang hihi." Cicitan terakhir pada ucapan Zara tak sampai ke indra pendengaran Ayaz.
Sampai parkiran, Ayaz membuka jok motor matic miliknya dan menyuruh Zara untuk mengambil jaket.
"Gak usah, Yaz. Takut makin ngerepotin nih hehe." Lah, kenapa lagi coba nih orang. Orang disuruh ngambil jaket buat di pake sendiri kok.
"Bukan buat gue, Yaz?"
"Buat apaan?" Tanyanya sambil merotasikan mata melihat penampilan Zara. Oh, dikira buat nutupin rok kali ya. Lagian siapa suruh rok di crop pendek, baju juga ikutan crop ngepas badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Physical Touch [end]
Novela JuvenilPhysical Touch, merupakan salah satu cara mengungkapkan rasa sayang kepada pasangannya yang mengacu pada cara mengekspresikan dan menerima kasih sayang melalui sentuhan, kedekatan fisik, serta bentuk lain dari sentuhan fisik. Dia Ayaz, cowok yang sa...