Setelah menjemput sepupunya dan memarkirkan motornya di dalam garasi rumah, Ayaz duduk menyender di sofa panjang ruang tamu.
Pikirannya melayang pada kejadian beberapa lalu. Dari Zara yang marah kepadanya, cuek terhadap dirinya, tidak ingin belajar bersama dengannya, hingga sampai ingin bertukar partner belajar, dan tingkah laku dirinya yang agak berbeda dari biasanya.
Ayaz memikirkan kembali apa yang dikatakan Ucup tentang 'apakah dirinya menyukai Zara tanpa sadar'.
Tapi bagaimana mungkin? Ayaz yakin sejak pertama kali menginjakkan kaki di SMANDEL dan bertemu dengan Zara yang suka mengganggu dirinya, Ayaz sudah menandai kalau ia akan selalu membenci Zara dan tidak akan pernah berdekatan dengannya.
Tapi, semua yang Ayaz pikirkan dan tingkah lakunya beberapa minggu ini berbanding terbalik dengan apa yang ia tanamkan dalan diri.
Saat menatap mana coklat terang yang meneduhkan milik Zara dan senyum manisnya, saat itu pula entah kenapa tiba-tiba jantung Ayaz berdebar kencang dan tubuhnya merinding.
Semenjak dari situlah Ayaz menjadi canggung dan sedikit memberi jarak kepada Zara, namun tak berapa lama setelah dirinya yang tidak sengaja mengomeli Zara tanpa alasan dan Zara marah.
Dari situ Ayaz merasa Zara menjauh dan jadi tidak peduli dengan dirinya. Ayaz merasa kehilangan? Sedikit. Tapi, setelah melihat kedekatan Zara dengan seorang cowok, Ayaz yang tak sengaja melihatnya jadi tidak bisa mengontrol emosional nya.
Beberapa kali Ayaz melihat kedekatan Zara dengan cowok yang tak dikenalnya, semakin membuat hati Ayaz linu, emosinya gampang tersulut, dan bibirnya sangat mudah mengumpat kata kasar.
Apakah seperti ini rasanya menyukai seseorang yang sudah pernah kita benci? Ayaz masih belum yakin dengan perasaannya, ada sesuatu yang menggantung dan membuat dirinya sendiri tidak yakin.
"ABANG!!" Ayaz terlonjak kaget, ia melihat siapa pelaku yang sudah membuatnya kaget.
"Astagfirullah, Anna! Abang kaget tau."
"Lagian ngelamun, kaya orang banyak utang."
Canna Lily namanya, biasa dipanggil Anna. Adik perempuan Ayaz yang paling bontot, perbedaan usia mereka tidak terlalu jauh karena Anna sudah kelas 8 SMP. Anna ikut duduk diatas sofa tepat disamping Ayaz.
"Abang beneran banyak utang ya." Anna mendelik ke arah Ayaz, sudut bibirnya naik sebelah tersenyum seram.
"Apaan sih! Sok tau banget!"
"Terus? Oh palingan juga suka sama cewek and gengsi mau bilangnya gimana, lagipula Abang kan gengsian orangnya."
Kedua mata Ayaz membola, mendengarkan adiknya yang berkata santai sambil mengunyah kerupuk yang ada di meja.
"Mana ada. Abang gak gengsian tuh!"
"Halah. Disuruh minta tanda tangan pak RT aja harus nunggu semingguan dulu."
Ayaz menyikut lengan sebelah kiri Anna, " Ngawur kamu."
"Dih. Tuh kan gak mau ngaku, itu juga aku yang minta tanda tangan pak RT buat Abang." Tangan Anna yang memegang kerupuk ditodongkan ke arah Ayaz.
"Bodo Amat." Ayaz sudah lelah mendengar semua fakta yang diungkapkan adiknya, berdiri dan berjalan menuju kamar.
"DASAR ABANG GENGSIAN!!!" Teriak Anna sekilas melihat Ayaz yang sudah mulai menaiki tangga.
"ADEK JANGAN TERIAK-TERIAK PAMALI!!" Sahut bundanya dari halaman belakang.
"Dih, katanya jangan teriak-teriak tapi bunda sendiri juga ikutan teriak."
"BUNDA JUGA TERIAK! PAMALI BUNDA!!"
Tak lama wanita setengah paruh baya yang masih terlihat cantik dengan setelan khas rumahannya, datang menghampiri salah satu anaknya. "Ck, kamu ini dibilangin jangan teriak-teriak juga, pamali kalo tetangga denger."
"Bunda juga teriak tuh tadi."
"Kan itu bunda bilangin kamu."
"Sama aja bunda...."
"Hish ngeyel. Sana panggil Abang sama kakak kamu, suruh makan siang, kamu juga makan."
"ABANG! KAKAK! DISURUH MAKAN SIANG SAMA BUNDA! TURUN SEKARANG GAK PAKE LAM--"
Plakk
"Aduh! Sakit bunda. Kok bibir Anna di tabok sih." Tangan Anna mengusap bibirnya yang baru saja di tabok bundanya
"Dibilangin jangan teriak-teriak, kalo tetangga denger gak enak adek!"
"Tadi disuruh panggil Abang sama kakak, giliran udah dipanggil malah ditabok bibir Anna."
Bundanya berkacak pinggang, menghembuskan napas panjang, capek menghadapi tingkah laku anaknya yang satu ini. "Maksudnya bunda tuh kamua samperin ke kamarnya, bukan dipanggil kaya tadi, gak sopan juga itu namanya."
Bibir Anna maju dua sentimeter, "Lagian bunda bilanginnya setengah-setengah, kan Anna juga gak tau."
"Yaudah jangan diulangi lagi besok-besok. Sana makan sama siang bareng, bunda gorengin ayam sebentar."
Anna mengangguk, kakinya berjalan menuju dapur dan duduk di kursi, matanya melirik Abang dan kakaknya yang cengengesan menahan tawa.
"Kalo mau ketawa, ketawa aja! Gak usah sok-sokan di tahan nanti malah susah berak!"
"HAHAHAHA!!!"
Dan benar saja Ayaz dan Aulia langsung tertawa ngakak hingga berderai air mata. Sudah menjadi hal yang biasa ketika adik bontotnya dimari oleh bunda dan ayah, mereka akan menertawai langsung.
"Kak Aul kok ikutan ketawa sih! Ih kesel, nanti Anna gak mau tidur sama kakak lagi pokoknya!"
"Haha, terus kamu mau tidur sama siapa?" Tanya Aul, namanya Aulia Dzurun. Kakak perempuan yang paling menyebalkan dan menyeramkan sekaligus kalau sudah marah kata Anna.
"Sama Abang!"
"Dih, siapa bilang Abang mau tidur bareng kamu."
"Ihh..... Abang...."
"HAHAHAHAHA!!!"
Tawa semakin ramai diikuti juga dengan bundanya yang sedari tadi mendengarkan ocehan anak-anaknya.
Seperti inilah keluarga Ayaz minus ayahnya yang sedang dinas keluar kota, suka meledek Anna yang mudah emosi dan ngambek karena tidak bisa tidur sendiri meskipun sudah dibuatkan kamar sendiri.
Hallo Hallo Hallo!!!!
Alhamdulillah puasa udah ada hampir satu Minggu ya.
Gimana nih, masih semangat kan?
Oh ya harus semangat dong.
Belom ada yang bolong kan, hayooo.
Ok gapapa.
Pokoknya kalian harus tetap semangat.
Happy Reading all...
KAMU SEDANG MEMBACA
Physical Touch [end]
Teen FictionPhysical Touch, merupakan salah satu cara mengungkapkan rasa sayang kepada pasangannya yang mengacu pada cara mengekspresikan dan menerima kasih sayang melalui sentuhan, kedekatan fisik, serta bentuk lain dari sentuhan fisik. Dia Ayaz, cowok yang sa...