Taichan, Saksi Bisu

345 8 0
                                    

Benar saja semakin malam, semakin ramai juga pengunjung yang terus berdatangan hanya untuk menikmati seporsi potongan daging yang ditusuk itu.

Zara kembali sambil membawa dua porsi Sate Taichan yang satunya terisi dengan separuh nasi. "Nih, gue pesenin sedeng."

Mengambil alih piring dari tangan Zara, Ayaz tak langsung memakannya, ia memikirkan skenario seperti apa nantinya untuk menembak Zara.

"Yaz! Hello, makan dong. Gak suka ya? Gue pesenin yang lain, mau?"

Bukannya gak suka sih, Ayaz ini sebenarnya tipe cowok yang tidak bangak pilih-pilih makanan kecuali kalau dia gak mau sama sekali.

"Gak usah."

Lanjut memakan potongan daging yang ditusuk itu, ia kembali berpikir, harus mulai dari mana?  Berlutut?  Kontak fisik?

Nggak, nggak ia bukan tipe cowok romantis seperti itu. Apalagi harus melakukan kontak fisik, sama sekali tidak akan pernah mendahuluinya.

"Udah belom makannya? Apa mau seporsi lagi? Soalnya punya lo gak pake nasi."

"Udah."

Menyerahkan piringnya yang sudah kosong kepada Zara, ia turut ikut turun, mengikuti dari belakang kemana Zara pergi. Saat akan Zara mengeluarkan dompet, ia menghentikan dan membayar pesanan mereka tadi dengan ponselnya.

"Kenapa lo yang bayar. Kan gue yang ngajakin."

"Emang kenapa?"

"Ya jangan lah! Merasa berutang budi nih gue sama elo."

Loh, bukannya cewek kalo lagi makan sama cowok, bakalan dibayarin ya? Masa iya si cewek yang harus bayar.

"Nanti pas jalan pulang Drive Thru dulu ke McD. Kali ini gue yang traktir."

Ayaz menurut, mereka langsung naik ke mobil dan memcari McD terdekat. Tak jauh dari tempat makan sate tadi, mobil yang di kendarai Ayaz berbelok, memasuki area pesan Drive Thru McD.

Benar saja, Zara tak mau kalah cepat yang sudah menyiapkan uang cash sedari tadi. Yang mengambil pesanan pun, Zara. Padahal lebih dekat dari Ayaz.

"Gue mau ngomong." Persiapan mental dan hatinya sudah sangat siap kali ini, Ayaz akan mencoba.

"Apaan?"

Namun, gugupnya tak bisa hilang. Ayaz menepikan mobil, supaya nanti tidak membahayakan mereka di jalan.

"Ngapain nepi? Lo keliatan gugup, kenapa?"

"Gue..." Bola matanya tak henti bergerak ke kanan dan ke kiri. Ayaz beneran dilanda gugup.

Buktinya, hampir wajah dia memucat pasi.

"Yaz."

"Kenapa?" Hanya karena Zara memanggilnya, ia bahkan sempat kaget, meski bisa langsung ia tutupi.

"Es krim lo cair, boleh gue makan gak?"

"Makan aja."

Sudah? Hanya karena itu? Astaga kenapa rasanya Ayaz sangat kaget seperti tadi.

"Oh ya, lo mau ngomong apa tadi?"

Zara masih menikmati es krim Ayaz itu, sangat serius, mengaduk dan menyuapkan pada mulutnya.

"Oh, itu... " Haduh kegugupan ini semakin jadi, padahal saat Ujian tidak sampai seperti ini. Cuman nyatain perasaan doang loh ini.

"Kenapa sih? Kaya mau nembak gue lo, gelagatnya."

ANJING! Udah kebaca duluan kan sama Zara.

"Beneran, Yaz?! Lo... "Jari telunjuk dan ibu jari yang memegang sendok kecil itu, mengarah padanya.

Physical Touch [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang