Rasa

257 10 0
                                    

"Zara! Pegang bukunya bukan begitu. Tangannya pas mau jalan, di kepal."

"Ulang! Langkah kaki yang pertama itu kiri! Bukan kanan."

"Badannya tegap, Zara!"

"Ihhh nyebelin banget sih, Lo! Masa dari tadi gue salah terus sih. Kapan benernya kalo gini."
"Ya gak bakalan bener, kalo elo masih banyak salah-salahnya."

Zara meneguk ludahnya kasar. Keputusan Zara untuk menjadi pembaca naskah janji siswa pada saat upacara nanti, berujung kepahitan.

Sudah berkali-kali Zara berlatih, tapi selalu salah. Perut Zara yang hanya diisi ciki Wawa tadi istirahat kembali keroncongan. Terik matahari semakin menyengat kulit Zara, peluh keringat juga sudah memenuhi dahinya.

Hari Rabu, setelah pulang sekolah, kelas Zara memutuskan untuk berlatih menjadi petugas upacara, untuk mempersiapkan diri masing-masing.

Daftar nama petugas upacara juga sudah di setor kepada wali kelasnya. Zara sebenarnya ingin mengundurkan diri, tapi tidak bisa karena sudah masuk daftar nama petugas upacara.

"Masa dari tadi gue terus yang salah. Wawa aja udah kelar latihan dari tadi, sekarang malh leha-leha dibawah pohon. Gue kapan kelarnya Danu!!!"

Danu-teman kelas Zara yang sedang mengajari dirinya latihan PBB, melirik Zara malas. Danu merupakan salah satu anggota eskul paskibra yang ada di kelasnya, dan dia bertugas untuk melatih Zara.

"Ya elo! Di ajarin dari tadi, kagak bisa terus!"

"Makanya cari pengganti gue aja!! Gue capek dari tadi salah terus!"

"Gak bisa. Udah terlanjur disetor daftar nama nya tadi."

"Hiih. Siapa si, yang nyetor. Buru-buru amat."

Perdebatan Zara dan Danu menarik perhatian Ayaz yang ternyata masih berada di luar kelas. Ayaz memandang tingkah laku Zara yang hanya berubah kepadanya saja.

Entah sudah beberapa hari ini, Zara mengangguri Ayaz yang sering memintanya untuk kembali belajar bersama. Saat dirinya berada di dekat Zara, raut wajah Zara selalu ditekuk dan datar, tidak seperti biasanya.

Zara tidak peduli lagi, ia ikut duduk di bawah pohon mangga tepat disamping Wawa yang sedang sibuk dengan kipas portabel nya.

"Wa, pinjem dong kipasnya."

"Gak mau."

"Pelit amat sih Lo sama bestie."

"Bodoamat, gue panas!"

"Hihh, nyebelin Lo!"

Zara beralih menghampiri Danu, merebut paksa kipas portabel yang sedang digunakannya. Danu yang mendapati kipas portabel miliknya di rebut paksa Zara, mengambil kembali.

"Gue pinjem sebentar, Nu!!!"

"Gak ada. Gue gerah."

"Ihhh gue juga gerah, emang cuman Lo doang hah!"

Zara berkacak pinggang, dirinya berdiri di depan Danu yang masih asik dengan kipas portabel nya. Tangan Zara kembali merebut paksa kipas yang sedang di pakai Danu.

Danu tidak terima, ia kembali merebut kipasnya, tapi tangan Zara menahan. Aksi keduanya berudah menjadi persaingan memperebutkan kipas portabel, dengan Zara dan Danu yang sama-sama memiliki ambisi untuk mendapatkan kipas tersebut.

Mereka berdua tidak menyadari, banyak teman kelasnya yang melihat adegan rebut-rebutan hanya demi kipas portabel.

Ayaz yang masih memandang Zara dan Danu dari lantai 3, mengepalkan tangannya. Kedua kubu gigi Ayaz bergemelatuk, jantungnya berdebar cepat, tatapan matanya menajam.

Ada apa dengan Zara, kenapa dia selalu menghindari Ayaz dan tak mau belajar bersamanya lagi. Dan kenapa Zara tidak menggangu Ayaz lagi.

Ayaz,

Merasa ada sesuatu yang hilang.

Tapi apa?






Apa ya yang ilang.

Duh dasar gak peka.

Jelas-jelas dia udah suka sama Zara.

Ups,

Tapi gak tau yaaaa.

See you next part.

Happy Reading all...

Physical Touch [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang