Fakta Zara

276 10 0
                                    

"Lo bisa diem gak?!"

"Lo tau gak, kalo suara Lo itu gangu gue?!"

Raut wajah Ayaz mendatar, dapat dilihat Zara kedua mata Ayaz menatap dirinya tajam.

"Hehe maaf, Yaz. Lagian Lo fokus banget sih. Tadi gue juga beneran nanya kok."

jari Zara tertekuk, selain jari telunjuk dan tengah, menunjukan kode peace. Zara masih menampilkan senyum manis yang tidak pernah luntur dari wajah ayu nya.

"Gue fokus karena, gue lagi ngerjain proposal penting!"

Ayaz memperlihatkan banyak kertas yang sudah ia stapler kepada Zara, setelahnya langsung melempar kertas tersebut ke meja yang Zara tempati.

"Dan Lo tau? Kelakuan Lo yang kaya tadi itu udah bikin gue gak nyamanan."

"Udah bagus gue luangin waktu buat ngajarin lo ngerjain soal-soal tadi."

"Tapi apa? Ternyata waktu yang gue kasih buat Lo itu sia-sia. Gak berguna sama sekali."

"Pertanyaan-pertanyaan yang Lo tanyain ke gue tadi, itu juga gak ada yang penting sama sekali."

"Buat apa Lo nanya kaya tadi, kalo Lo sendiri udah tau jawabannya, dan malah Lo plencengin neka-neko."

"Lo pikir gue bakalan baper sama Lo? Enggak. Enggak sama sekali. Malahan gue semakin ilfeel sama Lo."

"Gue pernah mikir, apa Lo itu gak di ajarin sopan-santun sama guru Lo? Pasti di ajarin lah."

"Atau malahan, Lo gak pernah di ajarin sopan-santun sama orang tua Lo?"

Cukup. Zara sudah cukup mendengar unek-unek yang diberikan Ayaz kepadanya, tapi tidak untuk kedua orangtuanya. Zara sangat membenci orang-orang yang suka menyangkut pautkan perilaku dirinya dengan kedua orangtuanya.

Zara berdiri secara kasar, membuat bangku yang di dudukinya terbanting kebelakang. Kepalanya menunduk, matanya menahan sesuatu yang akan keluar dari dalam, napasnya memburu membuat dirinya sesak.

"Iya, Yaz. Bener yang Lo bilang." Kedua tangan Zara terkepal erat.

"Gue emang gak pernah diajarin sopan santun sama orangtua gue. Makanya kelakuan bar-bar, gue jauh dari kelakuan cewek pada umumnya."

"Gue juga tau Yaz. Kalo gue suka buang-buang waktu berharga punya Lo. Makanya orangtua gue meninggal juga karena gue sendiri."

Zara tertawa, kepalanya ia dongakan ke atas, untuk menahan air mata yang akan keluar dari pelupuk matanya. "Sampe sekarang aja gue masih ngerasa bersalah Yaz. Gara-gara kelakuan bodoh gue, orangtua gue meninggal."

"Gak nyangka, ternyata gue cewek paling bego dan bodoh dari dulu, Yaz."

Mata Zara yang sudah merah, menatap mata tajam Ayaz. " Gue tau, semua kelakuan bodoh gue pasti bikin Lo risih banget."

Dengan menghembuskan napas pelan, Zara keluar dari kelas setelah mengatakan.

"Gue minta maaf Yaz, atas kelakuan gue selama ini."

"Tapi itu semua, cara gue buat ngungkapin rasa sayang gue ke elo. Gue juga gak tau kenapa bisa kaya gini, Yaz."

"Yang pasti. Gue beneran tulus sama Lo."

Zara berjalan cepat meninggalkan Ayaz yang diam mematung mendengar pernyataan Zara tadi.

Kedua tangan Ayaz terkepal, rahangnya mengeras, kedua kubu giginya beradu. Ayaz tahu kalau sekarang yang salah adalah dirinya. Ia sudah tersebut emosi duluan dan menumpahkan seluruh amarahnya kepada Zara.

Ini salah. Sangat salah.

Apalagi Ayaz baru mengetahui dan menyinggung secara langsung mengenai kedua orangtua Zara yang sudah tiada.

Ditambah lagi dengan pernyataan Zara secara langsung yang mengungkapkan kalau Zara menyukai dirinya.

Tapi, Ayaz tidak bisa apa-apa. Sisi egoisnya mengatakan kalau sebagai perkataannya tadi benar adanya dan tidak salah.

Tidak mau memikirkannya lagi, Ayaz segera membereskan buku-buku dan laptopnya, untuk dimasukkan ke dalam tas. Dan langsung pergi dari kawasan sekolah menuju rumahnya.








Dorr!!

Pasti Ayaz kaget kan sama pernyataan Zara tadi.

Ternyata dibalik kelakuan bar-bar Zara, ada sebagian hati yang sedang rapuh dan sangat sakit.

Malahan itu semua Ayaz yang kembali menggores hati Zara yang masih belum sembuh.

Kira-kira Ayaz bakalan minta maaf, atau malahan nggak ngerasa bersalah sama sekali ya.

Hmm gengsinya pasti gede banget.

Happy Reading all...

Physical Touch [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang