Kedua mata cantik itu mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netranya. Setelah di rasa cukup, ia mendudukkan dirinya. Menatap kosong ke depan, menunggu nyawanya yang masih berjalan-jalan.
Setelah nyawanya terkumpul, ia membaca do'a bangun tidur. Kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.
Beberapa saat kemudian, ia keluar dengan wajah segarnya. Netranya menatap jam yang masih menunjukkan pukul 02.47. Ia mengambil alat salat nya untuk melaksanakan tahajjud.
Rakaat demi rakaat telah ia kerjakan, dilanjut dengan dzikir dan berdo'a. Kedua tangannya menengadah, dengan berbagai do'a yang ia ucapkan dalam hati.
"Ya Allah, hamba kembali kepada-Mu tidak seperti biasanya. Hamba memiliki sebuah pertanyaan, yang mungkin hanya engkau yang bisa menjawabnya."
Ia terdiam sejenak, sekelebat ingatan mengenai perjodohan yang sudah ia setujui lewat dalam otaknya. Ia masih cukup ragu, tapi ia juga sudah menyerahkan semuanya kepada penciptanya.
"Apakah jawaban hamba sudah benar? Jika memang salah, tolong beri hamba sebuah petunjuk. Dan jika memang sudah benar, izinkanlah hati ini jatuh kepada seseorang itu."
Ia segera menyudahi berdo'a nya setelah membaca do'a untuk kedua orang tuanya. Hal yang selanjutnya ia kerjakan adalah mengaji, hanya itu yang membuat hatinya tenang.
.....
"Alzam."
Langkah pemuda yang di panggil Alzam itu terhenti. Ia menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia mendekat.
"Ya?"
"Duduk! Papa ingin memberitahu sesuatu," ucap Papa dengan raut wajah serius.
Alzam segera mendudukkan bokongnya di sofa depan sang Papa. "Apa?"
Melihat sebuah map yang di taruh di atas meja, membuat Alzam menaikkan satu alisnya.
"Itu, di dalam sana ada beberapa foto wajah Dhira, calon istri kamu. Kamu bisa melihatnya terlebih dahulu atas izin Fadlan," jelasnya. Ia menatap putra semata wayangnya dengan serius, tak ada raut bercanda seperti biasanya.
Alzam diam dengan mata yang fokus menatap map tersebut. Tanpa banyak bertanya, ia mengambil map tersebut, memasukkannya dalam tas. "Al pamit." Tanpa banyak basa-basi lagi, ia segera mencium tangan sang Papa dan berlalu menuju sekolah.
Papa hanya mengelus dada sabar. "Saya serius, tapi anak itu selalu begitu. Semoga semuanya berjalan dengan lancar."
.....
Di koridor sekolah SMA Taruna Jaya terlihat tiga gadis berjalan beriringan. Mereka terlihat sangat mencolok di antara lainnya, karena sangat jarang di SMA tersebut yang memakai kerudung seperti mereka.
"Dhir, gue kemarin nggak sengaja liat lo di mall sama bokap, bener?" tanya Fellin setelah teringat kejadian kemarin.
Dhira mengangguk. "Iya."
Memang benar, kemarin sesuai ucapan Abi-nya, keduanya menghabiskan waktu bersama di mall. Itu adalah salah satu kebiasaan Dhira yang dilakukan setiap Minggu atau setiap Abi-nya cuti.
"Jujur, ada rasa sedikit iri sama lo," ucap Fellin dengan sedikit ragu.
Kedua alis Dhira terangkat, membuat keningnya berkerut. "Iri?" beonya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzam (END)
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TETAP JADIKAN AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN. .... Kisah antara dua remaja yang bersatu karena adanya perjodohan. Awalnya hanya sifat dingin dengan sikapnya yang tiba-tiba, namun seiring berjalannya waktu sifat di...