22. Masa Lalu

11.5K 766 8
                                    

"ABI, UMMAH!"

Teriakan itu memenuhi ruang tamu yang sunyi. Dhira hanya menyengir ketika Alzam menegurnya untuk tidak berteriak. "Hehe, maaf, Alzam," cengirnya.

Alzam hanya mengangguk dan menepuk puncak kepala Dhira. "Jangan di ulang," pesannya.

"Oke!"

"Assalamu'alaikum, Abi." Dhira buru-buru mendekat kepada sang Abi dan memeluknya erat. Berbeda dengan Alzam yang tersenyum tipis dan mencium punggung tangan mertuanya.

"Wa'alaikumussalam," balas Abi. Ia balas memeluk putrinya yang sangat ia rindukan. "Dari mana?" tanyanya seolah tau jika Dhira selesai jalan-jalan.

"Jalan-jalan."

"Yasudah, ke ruang keluarga saja."

"Loh? Dhira? Alzam?" kaget Ummah yang baru saja dari dapur. Ia letakkan cangkir berisi kopi sang suami dan menatap putrinya. "Nggak mau peluk Ummah?" tanyanya dengan tangan yang sudah ditentangkan.

"Mau lah," jawab Dhira antusias. Ia segera berdiri dan mendekati sang Ummah untuk masuk dalam dekapannya. "Kangen banget, ihh," adunya dengan suara teredam.

Ummah terkekeh mendengar itu. Ia mengelus kepala Dhira dengan lembut. "Rumah tangga kalian baik-baik aja, kan?"

"Baik dong, Ummah. Alzam juga baik banget," puji Dhira dengan senyum mengembang. Menurutnya Alzam itu laki-laki yang sangat baik, karena selalu bisa membuat Dhira lebih baik. Alzam, laki-laki setelah Abi-nya yang mau menegurnya ketika ia salah.

"Alhamdulilah."

"Kalian nginep?" tanya Abi yang sempat melihat jam.

"Dhira ngikut Alzam."

Dan setelah itu semua atensi beralih pada Alzam yang tengah duduk dengan wajah tenangnya. "Iya."

"Yaudah, bersih-bersih dulu, habis itu makan," titah Ummah kepada pasutri itu.

"Oke!"

.....

Di sinilah Dhira sekarang, di kamar yang sudah lama tidak ia tempati. Kamar yang dulu menjadi tempat favoritnya. Netranya menatap sekeliling, sama. Semuanya masih sama, tidak ada yang berubah satu pun.

"Alzam duluan gih!" Dhira berbalik menatap Alzam yang juga tengah menatapnya. "Nanti Dhira siapin bajunya," lanjutnya.

"Iya."

Setelah pintu kamar mandi tertutup, Dhira berjalan mendekat ke arah lemari. Ia buka laci yang memang sengaja ia kunci dan mengambil selembar kertas. Di kertas itu tertulis beberapa hal tentang dirinya.

"Semoga Alzam bisa paham," gumamnya.

Tidak perlu menunggu lama, Alzam telah keluar dengan bertelanjang dada. Dhira pun sudah tidak terkejut, karena memang sudah terbiasa.

"Oke, sekarang gantian Dhira yang mandi," serunya dan segera bangkit menuju kamar mandi. Namun langkahnya terhenti ketika merasa ada yang mencekal tangannya.

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"Cek tanggal."

Dhira menurut, ia melihat kalender yang terpasang apik di samping meja riasnya. Akhir bulan, waktunya ia datang bulan. "Oh, iya," ujarnya dan menepuk keningnya.

Tujuannya beralih ke lemari untuk mengambil sesuatu untuk berjaga. Setelah itu ia langsung masuk kamar mandi dan mulai acara bersih-bersih nya.

Alzam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang