10. Keluarga

13.9K 868 12
                                    

"Alzam, Alzam," panggil Dhira dengan senyum manisnya. Ia berniat untuk mengenal tentang suaminya ini.

"Hm?"

"Lagi sibuk, ya?" tanyanya seraya mencondongkan kepalanya untuk melihat laptop yang berada di pangkuan Alzam.

"Nggak."

Malam ini pasutri muda itu tengah bersantai di ranjang, dengan Alzam yang duduk dan bersandar pada kepala ranjang, sedangkan Dhira rebahan.

"Kita sharing-sharing, yuk!" Kedua bola mata itu berbinar, seolah akan mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.

Tanpa berkata apa-apa, Alzam mematikan laptopnya dan ia taruh di nakas. Sekarang dirinya fokus untuk mendengar istrinya itu.

Dhira mendudukkan dirinya untuk mempermudah saat bertanya. Menatap sepenuhnya wajah datar itu, yang sayangnya sangat tampan.

"Em, kita kan baru kenal, tapi perlakuan Alzam itu kayak memperlakukan perempuan spesial gitu. Padahal kan kita cuma dijodohin," ucapnya. Ia sangat bingung melihat beberapa perlakuan Alzam yang membuatnya merasa seperti spesial.

"Karna lo spesial bagi gue."

Oke, itu hanya batin saja. Berbeda dengan mulutnya yang justru bertanya, "kenapa?"

Dengan sebal Dhira memukul lengan Alzam. "Ditanya itu dijawab, Alzam," geramnya dengan kedua mata yang melotot kesal.

"Sini!" Alzam merentangkan kedua tangannya, menyuruh Dhira untuk masuk ke dalam dekapannya.

Dhira diam, menatap lekat wajah itu. Perlahan ia mendekat, memeluk pinggang suaminya dengan erat serta menyembunyikan wajahnya di dada bidang itu.

Tangan Alzam mengelus pelan kepala Dhira yang masih tertutup khimar. "Mama," gumamnya. "Mama gue juga perempuan," lanjutnya.

Dhira mendengar itu semua, namun ia tetap diam. Menikmati elusan lembut di kepalanya. Mengapa ia baru tau jika dipeluk Alzam senyaman ini? Jika tau begini, dari awal ia akan meminta untuk dipeluk.

"Mama gue selalu ngajarin cara buat ngehargai perempuan, apalagi lo perempuan spesial gue," batinnya seraya mengingat setiap ucapan dari sang Mama.

"Alzam, kalo yang dijodohin sama Alzam bukan Dhira, gimana?" tanyanya dengan suara teredam.

"Nggak bakal, karna lo takdir gue."

Dhira mendongak dengan mulut menganga kecil. Alzam berbicara lebih dari 3 kata guys. "Rekor baru, Alzam ngomong enam kata," ucapnya girang. Tanpa sadar ia memberi sebuah kecupan di pipi Alzam.

Alzam mematung, ia melirik Dhira yang justru mendusel pada dadanya. "Gemes banget," teriaknya dalam hati.

"Tidur?" tanyanya ketika merasa hembusan nafas Dhira yang teratur. Ia melepas pelan pelukan erat tersebut, menatap wajah yang baru ia lihat kemarin itu.

"Cantik," gumamnya pelan. Ia memberi sebuah kecupan di kening Dhira, kemudian menidurkan tubuh kecil itu dengan pelan. Menariknya kembali untuk ia peluk dengan nyaman.

"Sweet dreams," bisiknya pelan tepat di telinga Dhira.

.....

"ALZAM."

Pagi-pagi rumah pasutri muda itu sudah ramai oleh teriakan Dhira. Gadis itu turun dengan tergesa-gesa dari lantai atas menuju dapur. Sedangkan Alzam masih santai pada kegiatan memasaknya.

"Kok nggak dibangunin? Kan hari ini sekolah," protesnya dengan bibir yang mengerucut sebal.

"Acara."

Menghembuskan nafas dengan kasar, ia menatap tajam Alzam seraya berkacak pinggang. "Alzam, kalo ngomong jangan irit-irit. Baru juga semalem ngomong panjang, sekarang malah balik es nya," ujarnya dengan memelankan suara ketika diakhir.

Alzam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang