12. Memasak Bersama

14.5K 915 6
                                    

"YA ALLAH DHIRA, LO KEMANA AJA SIH?"

Dhira mengelus telinganya yang berdengung. Matanya menatap Fellin yang berdiri dengan berkacak pinggang.

"Lo kemana aja, ha? Baru juga masuk udah izin lagi," jelasnya dengan tatapan yang sengit.

"Maaf, kemarin ada acara keluarga," balasnya kikuk. Ia juga sudah berusaha membujuk Alzam untuk izin satu hari saja. Namun, Oma justru menyuruh untuk menambah waktu izin supaya bisa ikut berkumpul.

"Biarin, dia emang ada acara," sahut Cellyn yang sudah muak mendengar ocehan dari temannya ini.

Fellin memutar bola matanya malas mendengar sahutan dari Cellyn. "Gue mau nagih ucapan lo."

Dahi Dhira berkerut, menatap Fellin bingung. "Apa?"

Fellin mendengus mendengar pertanyaan tak bermutu dari Dhira. "Traktir."

"Oh, iya," ucapnya sembari menyengir. "Tapi Dhira lupa nggak minta uang saku," lanjutnya sendu. Ia memang lupa untuk meminta uang saku dari suaminya itu.

"Ya tinggal minta lah, satu sekolah juga," sahut Fellin ngegas.

"Lo ngapain ngegas mulu dah?" tanya Cellyn heran. Dari dirinya baru sampai sudah di semprot, dan sekarang Dhira pun begitu.

"Nggak tau." Fellin menggelengkan kepalanya acuh.

"Yaudah, nanti Dhira coba minta."

"Nah, oke," seru Fellin dengan senyum bahagianya. Kemudian ia merangkul Dhira dan membawanya untuk duduk.

Cellyn hanya mendengus malas, dan menyusul kedua sahabatnya itu.

.....

"Eh." Cakra memegang dadanya yang kejedar kejedur karena terkejut. Ia menatap seorang gadis yang berdiri di hadapannya dengan kepala menunduk.

"Nyari siapa?" tanyanya halus. Ia harus menjaga image, karena gadis di hadapannya ini berbeda dari yang lain.

"Eum, permisi, Dhira mau nyari Alzam."

Mendengar nama Alzam, alis Cakra bertaut. Ia menatap ke dalam kelas dimana Alzam masih duduk tenang dengan ponsel di tangannya. Ia sempat berpikir, apakah ini istri sahabatnya itu? Karena gadis itu bercadar.

"Oh, ada kok. Mau dipanggilin atau panggil sendiri?" tawarnya dengan senyuman kecil.

"Boleh minta tolong panggilin?" tanya Dhira pelan. Meskipun sudah ditawari, tak ada salahnya jika harus meminta tolong.

"Boleh dong," sahut Cakra senang. Ia berlari kecil memasuki kelasnya dan memberitahu Alzam. Tak lupa ia kembali mengikuti langkah Alzam bersama Akbar yang juga kepo.

"Kenapa?" tanya Alzam setelah berdiri di depan Dhira.

Mendengar suara itu, Dhira mendongak. "Itu." Ia menjeda ucapannya karena takut.

"Hm?"

Sedangkan kedua sahabat Alzam sudah bisik-bisik tetangga.

"Sumpah, suara Alzam lembut banget coy," bisik Cakra lirih.

Akbar mengangguk setuju. "Bener, baru denger gue," balasnya balik dengan lirih.

"Dhira boleh minta uang?" cicitnya sangat lirih, hampir tak terdengar. Ia sebenarnya tak ingin meminta uang begini, namun Alzam adalah suaminya.

Alzam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang