Terdengar bunyi langkah kaki beraturan di lorong yang temaram itu. Seorang pemuda berjalan tegap dengan wajah datarnya. Langkahnya membawanya ke sebuah ruangan yang berada di pojok.
Klek.
Suara pintu yang di buka membuat atensi kelima cowok di dalam ruangan itu tertuju pada pemuda yang tengah berdiri di ambang pintu itu. Semua mata mengerjap, merasa tak percaya jika pemuda itu kembali setelah sekian lamanya.
"Fatih?" gumam salah satu dari mereka. Terlihat gurat bahagia di wajahnya, bahkan senyum nya merekah.
Pemuda itu masih memasang wajah datarnya. Tanpa banyak kata, ia berjalan mendekat dan mengambil duduk di kursi yang kosong. Matanya menatap sekeliling, masih sama, tidak ada perubahan. Hanya ada beberapa hal yang mungkin baru saja ditambahkan.
"Tumben ke sini, gue kira udah lupa," ujar Barra disertai kekehan ringan.
Tak ada jawaban dari mulut pemuda tadi, matanya masih menatap sekeliling dengan teliti. Sampai pada akhirnya matanya tertuju pada sebuah lemari. Ia berdiri, mendekat pada lemari itu. Sedangkan yang lain hanya diam ketika tamu mereka sepertinya sedang meneliti tempat ini.
"Lo nggak bakal nemu sesuatu yang aneh, kita-kita udah tobat," celetuk Ezekiel-cowok dengan rambut pirangnya. Memang dulu ia dan juga teman-temannya terjebak pergaulan bebas, tapi sekarang tentu saja sudah berubah.
"Tih, mending lo kasih kita wejangan kayak dulu aja, daripada lo cuma diem kayak gini, serem," seru Calvin seraya bergidik.
Pemuda yang dipanggil Fatih itu masih belum menoleh atau membalas segala ucapan mereka. Kakinya masih membawanya untuk berkeliling dengan mata yang menajam. Sebenarnya ia percaya pada mereka soal berubah, namun mengecek bukanlah hal yang salah.
Keempat cowok itu menghela napas lega ketika tamu mereka sudah duduk anteng, kecuali satu cowok yang berada di pojok. Cowok itu sedari tadi hanya menatap setiap pergerakan tamunya dengan mata tajamnya.
"Lo kenapa sih, Lard?"
Pertanyaan itu membuat Adelard-cowok yang sedari tadi diam itu menoleh, menatap dengan satu alis yang dinaikkan. "Hm?"
"Lo kenapa diem aja? Tumben," heran Ethan. Pasalnya, cowok itu biasanya paling excited dengan kedatangan sosok Fatih.
"Nggak pa-pa," balasnya santai.
Ethan mendengus pelan mendengar jawaban dari Adelard. Kemudian tatapannya beralih pada Fatih yang masih duduk tenang tanpa membuka suaranya sama sekali. Ia pun heran, mengapa pemuda itu datang mendadak sekali? Bahkan, seingatnya terakhir kali Fatih datang itu sekitar 5 bulan lalu. Lama bukan?
"Ada apa, Tih?" tanya Ezekiel setelah beberapa saat hening. Sepertinya Fatih kembali ke sini karena hal mendesak, jika tidak ada hal mendesak itu sangat mustahil.
Cowok bernama Fatih itu memandang satu persatu teman lamanya, kemudian merogoh saku jaketnya untuk mengeluarkan sebuah foto. Ia menaruh foto itu pada meja, membuat keempat cowok itu berkerumun untuk melihat.
"Urus!" perintahnya seolah sudah terbiasa.
"An**ng, dia balik lagi?" tanyanya tak percaya, saking tak percayanya ia sampai mengumpat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzam (END)
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TETAP JADIKAN AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN. .... Kisah antara dua remaja yang bersatu karena adanya perjodohan. Awalnya hanya sifat dingin dengan sikapnya yang tiba-tiba, namun seiring berjalannya waktu sifat di...