Pasutri muda itu berjalan beriringan dengan seorang batita yang tengah dalam gendongan sang suami. Mereka tengah berada di mall untuk membelikan mainan si kecil.
"Obil, obil," ucapnya girang ketika melihat jejeran mainan.
"Alzam, nanti habis ini beli es krim, ya," pinta Dhira dengan suara memohon.
Alzam menghela nafas, dirinya seperti membawa dua anak kecil. "Ya."
Mereka membeli beberapa mainan yang ditunjuk bocil itu. Dhira hanya mengikuti kemana Alzam melangkah. Sampai akhirnya semua selesai dengan total 10 mainan.
"Tunggu! Jangan pindah," ucap Alzam mewanti-wanti. Ia harus menaruh mainan adeknya ini, karena tak tega jika harus Dhira yang membawanya, atau mungkin Dhira harus menggendong adeknya itu.
"Iya," balas Dhira. Ia memangku bocil itu dengan sayang. Mereka sudah dekat setelah tadi bermain cukup lama.
Kedua mata bulat itu menatap lekat Dhira dengan kepala yang sedikit miring. "Tantik," celetuknya cekikikan. Tak lupa tangan mungil itu menutupi mulutnya.
"Kamu juga ganteng." Dhira mencium pipi gembul itu beberapa kali karena merasa gemas.
"No, no." Telunjuk itu ia gerakkan ke kanan dan ke kiri. "Maa cyaa Allah, balu benel," lanjutnya dengan memberi dua jempol.
"Siapa yang ajarin?"
"Al."
Dhira tak kaget jika bocil itu memanggil suaminya dengan sebutan Al. Kata Papa mertuanya, bocil ini sangat sulit menyebut Abang, sampai pernah menangis karena tak bisa dalam pengucapannya. Akhirnya Alzam memperkenalkan diri dengan namanya, dan panggilan Al sudah biasa bocil itu sebut.
Mereka berdua tersentak ketika ada yang duduk di kursi sebelah. Alzam langsung mengambil alih adeknya untuk duduk dipangkuannya.
"Dhira masih mau pangku dia loh, mau main."
"Berat."
"Terserah."
"Es krim?" tawar Alzam ketika tahu jika istrinya itu akan marah dan berujung mendiamkannya.
"Iya," balas Dhira cepat.
Akhirnya mereka beranjak dari duduknya dan berjalan untuk membeli es krim.
.....
Malam ini semua keluarga Alzam berkumpul di ruang keluarga. Mereka membaca do'a bersama untuk alm. Mama Alzam. Dhira yang memang masih kedatangan tamu hanya ikut dengan membaca istighfar.
"Dhil." Panggilan lirih itu dari batita yang duduk anteng di antara Alzam dan Dhira. "El mau pup," ucapnya polos.
"Hah? Oh, oke." Beberapa detik kemudian Dhira menoleh kembali, menepuk jidatnya karena ia masih load. "Ke kamar mandi, yuk!"
Dhira segera menggendong El dengan cepat diikuti Alzam yang mendengar percakapan mereka berdua.
"Bisa?"
Dhira terlonjak kaget mendengar suara itu. Ia menoleh dan menganggukkan kepalanya. "Bisa kok."
Akhirnya Alzam hanya mengawasi kegiatan kedua anak manusia berbeda umur itu. Melihat bagaimana sang adek yang tersenyum lebar karena Dhira membuatnya bahagia. "Ma, dia berhasil."
"Cudah." Adek Alzam, atau yang bisa dipanggil dengan nama El itu bertepuk tangan riang.
"Gue aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzam (END)
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TETAP JADIKAN AL-QUR'AN SEBAIK-BAIKNYA BACAAN. .... Kisah antara dua remaja yang bersatu karena adanya perjodohan. Awalnya hanya sifat dingin dengan sikapnya yang tiba-tiba, namun seiring berjalannya waktu sifat di...